Krist terbangun dari mimpi indahnya. Krist merasakan berat di tubuhnya, terkejut melihat tangan yang melingkar di pinggangnya. Krist melirik ke belakang.
"Phi Sing....apa yang kulakukan semalam....Krist...bodohnya kau..."batin Krist berkecamuk.
"Tapi...phi Sing terlihat tampan...dan aku sudah melakukannya dengan phi Sing..."gumam Krist dalam hati tersenyum-senyum memandang wajah Singto yang terlihat tampan dan sexy.
"Tunggu dulu...bukankah Phi Sing menyukai Catty...Apa?!lalu kenapa phi Sing lakukan ini padaku?!"Krist hendak bangun dari tidurnya.
Namun Singto menarik pinggang Krist.
"Catty...."bagai di sambar petir. Krist terkejut dan tidak ingin mempercayai apa yang di dengarnya kini.
Krist berpura-pura tidur saat Singto mulai terbangun, Singto tersenyum lalu memeluk erat punggung Krist. Krist mengernyitkan dahinya.
Krist hampir melengkuh ketika adik kecil Singto bergesekan dengan pantatnya. Singto menyeringai ketika mendengarkan.
"Ternyata kau sudah bangun..."Singto membalik tubuh Krist.
Krist menenggelamkan wajahnya di dada Singto karena tersipu malu. Singto merasakan semua rasa pening di kepalanya telah hilang.
Pagi ini terasa cerah dan segar. Apalagi dengan adanya Krist dipelukannya. Singto semakin mengeratkan pelukannya. Tidak berharap untuk melepaskan pelukan itu.
Singto memeluk Krist erat menenggelamkan kepala Krist ke dalam dadanya. Krist kembali teringat akan panggilan Singto tadi. Krist mengangkat wajahnya...
"Phi...eemm...aku...aku...bukan Catty..."Krist mengangkat wajahnya.
"Kau adalah Catty. Catty adalah Kau...Kau pikir aku tidak tahu...aku sudah tahu semuanya."Krist duduk, membelalakkan matanya, terkejut dengan tubuhnya yang masih telanjang, lalu menutupi tubuhnya dengan menarik selimut putih. Singto bangkit dari tidurnya lalu mencari boxernya.
Setelah itu secara perlahan mendekati Krist dan duduk di pahanya. Krist memerah. Tersipu malu.
"Kau tidak tahu betapa tersiksanya aku mengetahui itu. Kau membohongiku. Kau menghilang. Kau mencoba untuk menghindariku. Menjauhiku. Ku hilang akal mengetahui semua ini. Tapi senyummu selalu berada di dalam pikiranku. Ku merasa tersiksa kau tersenyum untuk orang lain disaat kau mengabaikanku."Singto mencubit pipi Krist, lalu menarik dagu Krist mempout bibirnya merasa kesal.
"Maaf phi Sing...aku tidak bermaksud membohongimu. Benar...Aku berani bersumpah?!"ucap Krist menggelengkan kepalanya, dan mengangkat dua jarinya.
"Kalau begitu sekarang jelaskan?!"tanya Singto.
"Sekarang?!"Krist mengerjap-ngerjapkan matanya.
"U'um."Singto menganggukkan kepalanya.
"Maaf phi Sing...aku benar-benar tidak bermaksud membohongimu...Aku hanya ingin menjadi Catty. Hal ini sudah kuinginkan sejak lama. Gun yang tanpa sengaja memergoki ku menjadi Catty pertama kali. Hanya mencoba menjadi sahabat yang baik untukku. Hingga aku bertemu phi Lee...untuk pertama kali aku jatuh hati pada phi Lee..Tapi...phi Lee menyukai Catty...aku..."Krist merasa ragu untuk melanjutkan kembali.
Singto melihat raut wajah Krist, kini mengecup bibir merah muda itu.
"Sudah...sudah...nanti lagi...lebih baik kau berada di sisiku dari pada kau mengabaikanku seperti kemaren."Singto mengecup bibir Krist. Krist yang merasa malu berdiri menggunakan selimutnya menuju kamar mandi.
"Kau mau kemana?"tanya Singto.
"Phi...aku harus pulang ke rumah Gun. Gun pasti marah besar."Krist mempoutkan bibirnya kesal.
"Ku antar kau pulang ke rumahmu?"pinta Singto.
Krist menghentikan langkahnya. Membalikkan badannya ke arah Singto. Singto merasa gemas dengan keterkejutan Krist. Singto berlari memeluk Krist dari depan.
"phi tahu semua...termasuk keluargamu..."Singto mendekatkan wajahnya.
"phi...uucmh..."sebelum Krist bergulat pada ciuman Singto. Krist ingin melepaskan diri dari ciuman itu. Tetapi tangannya memegang selimut yang menutupi tubuhnya kini.
Ciuman itu begitu menuntut, membuat Krist terbuai. Mengikuti keinginan Singto.
"Hah...hah..jangan kau lepas selimutmu atau aku ingin memakanmu pagi ini."ucap Singto menggoda Krist.
"Maaf phi Sing..."dengan napas tersengal-sengal Krist menendang kaki Singto. Lalu mengambil semua pakaiannya, lalu pergi meninggalkan Singto sendiri tanpa kata.
Singto terkejut. Dengan tingkah Krist yang hanya terdiam meninggalkannya.
"Krist...ada apa?"tanya Singto mengejar Krist hanya dengan celana pendek dan kaos polos warna putih.
Singto menarik tangan Krist. Membalikkan tubuh Krist hingga kini keduanya saling bertatap muka. Terlihat di mata Singto, airmata Krist mengalir deras.
Secepat kilat Krist mendorong Singto. Berlari meninggalkan Singto yang terheran-heran.
"Krist...ada apa?"teriak Singto mengejar Krist.
Namun Krist yang langsung mendapatkan taxi. Yang kebetulan lewat di depannya. Pergi meninggalkan Singto dengan segala keterkejutannya.
.................................
"Phi tahu segalanya...segala tentang hidupku..."gumam Krist menitikkan airmatanya menatap pagi yang cerah.
"Kenapa kau tidak pulang?!"Gun membuka pintu rumahnya dengan segala amarahnya.
Krist menangis di pelukan Gun. Gun terkejut.
"Phi Sing...tahu segalanya Gun..."tangis Krist pecah.
"Aku tanya kenapa kau tidak pulang?!"tanya Gun lagi.
Krist tersipu malu.
"Ada apa dengan sikapmu yang aneh itu?!"Gun masih terlihat kesal.
"Phi Sing semalam menarikku masuk dalam mobil. Trus membawaku kerumahnya. Aku tidak tahu bila phi Sing sudah mengetahui segalanya. Kita...kita..uu'm..."ucap Krist terbata-bata. Membuat Gun semakin curiga.
"Kau dan dia..."Gun menunjuk Krist. Krist mengangguk malu.
Gun memukul bahu Krist.
"Kau bilang phi Sing tahu, maksudnya?!"tanya Gun dengam semua rasa penasarannya.
"Phi Sing tahu aku Catty. Phi Sing tahu phi Arthit dan Mae. Phi Sing tahu rumah ku. Dan itu yang membuatku ragu tentang dirinya."Krist kini menundukkan kepalanya.
"Kau...semalam phi Arthit menghubungiku...aku bilang kau mabuk. Karena phi Arthit ingin bicara denganmu. Kau tidak tahu seberapa paniknya diriku!!!"ucap Gun kesal.
"Maaf...maafkan aku Gun..."ucap Krist menundukkan kepalanya.
"Jadi kalian sudah jadian?!" tanya Gun.
"Aku belum menjawabnya."ucap Krist masih menundukkan kepalanya.
"Bukankah ini yang kau inginkan?kenapa tidak kau jawab langsung 'Yes. I do."Gun memperagakan dengan menjabat tangan Krist seolah dirinya Krist.
"Phi Sing tahu dari mana tentang diriku?!"tanya Krist.
"Mana ku tahu?!Dia orang berkuasa, bisa saja menyewa detektif seperti di sinetron-sinetron itu. Lalu kenapa dengan itu, Krist?!kenapa kau memikirkan hal itu?!Bukankah kau bilang hanya dia yang menggetarkan hatimu."ucap Gun.
"Lalu bagaimana dengan kencan mu hari ini dengan Jay?! Bukankah phi Arthit yang menjodohkanmu dengannya?! Bukankah phi Arthit melarang kita berhubungan lagi dengan Singto waktu dulu kita ketahuan olehnya."ucap Gun memperingatkan Krist.
"Aku tidak tahu Gun...tapi aku tidak ingin mengecewakan phi Arthit."jawab Krist ragu.
"Jadi ntar sore kita jadi double date?"tanya Gun. Krist mengangguk pelan.
"Bagaimana Singto tahu ya?"Wahh uang memang bisa melakukan segalanya."ucap Gun.Kriiing Kriiing Kriiing
No name Calling
"Siapa?"tanya Gun. Krist menggelengkan kepalanya.
"Hallo?"jawab Krist.
"Hallo Krist...selamat pagi..."Jay terlihat riang.
"Jay...se...selamat pagi...ada apa?"tanya Krist gugup. Gun menganggukkan kepalanya.
"Kau bekerja di Perusahaan Ruangroj bukan?aku bisa mengantarmu pagi ini?"pinta Jay.
"Ahh tidak apa-apa Jay...aku berangkat sendiri saja. Sudah dulu ya. Aku akan mandi dulu. Sebentar lagi aku akan berangkat kerja."jawab Krist.
"ahh ok...nanti sore aku jemput..."Jay
"Ok. Bye."Krist.
"Bye..."Jay menutup sambungan telephonenya.
Setelah Jay menutup telephonenya...Kriiing Kriiing Kriiing
Phi Arthit Calling
"Phi...."jawab Krist.
"Phi sudah bilang tidak boleh mabuk-mabukan. Tapi Jay bilang kau ada urusan dengan temanmu."ucap Arthit heran.
"ahh iya phi...ketemu teman lama...phi aku mau mandi dulu...aku telat nanti..."rengek Krist.
"U'um...mana Gun?!aku ingin bicara..."Krist menyerahkan handphonenya pada Gun. Gun menunjuk dirinya sendiri.
"Phi Arthit ingin bicara..."ucap Krist. Gun menunjukkan mimik
"Untuk apa?!"Gun bertanya. Krist hanya mengangkat bahunya. Langsung melesat ke dalam kamar mandi.
"Hallo phi Arthit...."jawab Gun.
"Apakah Krist sudah sarapan?"tanya Arthit.
"Belum phi..."jawab Gun.
"Kepalanya masih pusing karena mabuk semalam?"tanya Arthit khawatir.
"Katanya tidak apa-apa phi..."jawab Gun.
"Tolong jagain Kiit ya.. Gun..."Pinta Arthit lembut seperti seorang kakak yang posesif pada adiknya.
"Ya. Phi Arthit..."jawab Gun.
"Terima kasih Gun..."Arthit menutup sambungan telephonenya. Gun menghela napasnya panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide Identity [COMPLETED]
RomanceCast : Krist Perawat Catherine Singto Prachaya Gun Attaphan Lee Thanat Off Jumpol 2 IDentitas yang dijalani Krist Perawat. Sebagai Catherine dan Krist Perawat. Hingga Krist menemukan cintanya, begitu juga cinta pertamanya.