eps16

262 32 2
                                    

Krist seharian disibukkan dengan laporannya. Sehingga terlambat untuk makan siang. Hingga Earth membawakan Lunch box untuk Krist.
Meminta Krist untuk lunch di pantry. Ruangan Khusus yang disediakan untuk tempat makan atau membuat minuman untuk semua pegawai Perusahaan.
Krist mengaktifkan no handphone Catherine. Secara otomatis terdapat banyak notifikasi yang masuk termasuk dari Lee dan Singto.
Singto yang sedari tadi memperhatikan handphone mengetahui bahwa pesannya telah terbaca. Langsung menghubungi Catherine.

Kriiing Kriiing Kriiing

Callended...

Kriiing Kriiing Kriiing

Callended

Krist merasa kesal, secepat kilat Krist sending message. Begitu juga dengan Singto yang merasa kesal karena daritadi sambungan telephonenya di putus oleh Catherine.

Drrrt Drrrt Drrrt

Sending message from Catherine

"BENTAR!!!"Catty. Singto menghentikan mengetik pesan untuk Catty setelah ada pesan masuk dari Catty.

"Maaf..."Singto.
"Ada apa?"Catty.
"Aku hanya khawatir padamu. Selama beberapa hari ini kau tidak bisa kuhubungi."Singto.
Krist menghela napasnya.
"Phi Singto..."gumam Krist merasakan sesak di dada. Matanya mulai berkaca-kaca. Dari pantulan desk pantry terpantul bayangan diri Krist yang sebenarnya. Bukan sebagai seorang Catherine. Krist mengusap airmatanya yang mulai turun. Meyakinkan dirinya sendiri.
"Krist...apa yang kaulakukan itu benar. Yakinlah. Demi keluargamu. Demi orang yang kau cintai. Kau yang harus berkorban disini."gumam Krist.
"Catherine..."Singto.
"Catherine..."Singto.
"Kau marah...Maafkan aku na..."Singto.
"Catherine..."Singto.
"Catherine...sayang~"Singto.
Tanpa Krist sadari kata terakhir yang diucapkan Singto. Krist yang tersadar dari lamunannya. Langsung membalas chat Singto.
"Sore ini. Bisa kita bertemu di Cafe Biru?"Catty.
Singto langsung melonjak dari kursi kerjanya. Berteriak.
"Bisa. Bisa. Bisa."Singto.
"Ok. Aku tunggu di Cafe Biru sore ini jam 19.00."Catty.
"Ok. sayang~"Singto.
Singto menari-nari di ruang kerjanya. Langsung menuju lemari pakaiannya. Memilah baju apa yang akan dipakainya sore ini.
Krist menghela napasnya panjang. Mematikan no handphone Catherine.
"Maafkan aku...phi Singto...aku mencintaimu..."gumam Krist, mengusap airmatanya. Dan kembali ke tempat kerjanya.

.......................................

Pukul 19.00 di Cafe Biru...
Krist yang dengan pasti yakin Singto pasti datang terlebih dahulu seperti kata sahabatnya, Gun.

"CLank!!!"

Krist melihat Singto yang menunggunya dengan menopang dagunya memandang jalanan yang mulai ramai pejalan kaki. Kebanyakan berpasangan memamerkan kemesraan mereka di depan Singto.
"Cihh...bikin iri saja. Suatu saat nanti aku juga akan memamerkan kemesraanku bersama Catty di depan kalian."gumam Singto cemberut.
Saat Singto mendengar suara pintu masuk terbuka, dengan senyum merekah Singto mengangkat tangannya ke arah Catherine.
"Begitu tampan..."Singto yang kali ini dengan Sweter putih sangat terlihat lebih menggoda hati Catherine.
Catherine melupakan sekitar, pandangan para lelaki yang memuja kecantikannya. Dengan gaun putih panjangnya, mode sabrina berbalut renda dengan warna silver, menampilkan leher putih seputih susu.
Yang membuat para lelaki di sekitarnya melihat leher itu begitu lapar akan Catherine, meneteskan air liur mereka. Singto menyadari itu menjadi kesal.
Seperti interupsi dari Gun. Catherine datang dengan muka kesal. Duduk di kursi depan Singto. Dimana meja yang dipilih Singto hanya untuk 2orang.
Singto melirik sekitar, yang merasa kecewa. Karena mengira Catherine telah memiliki pasangan. Singto tersenyum dengan bangga di depan yang lain.
"Catty...kau cantik sekali malam ini..."rayu Singto tersenyum manis.
"Terima kasih...phi Sing...tetapi aku kesini akan langsung saja dengan pembicaraan kita. Aku harap phi Sing...tidak usah menemuiku lagi...atau kirim pesan...atau menghubungiku lagi..."saat Singto ingin berbicara, Catherine mengangkat tangannya ke arah Singto mengisyaratkan untuk diam. Singto langsung menutup mulutnya rapat-rapat membiarkan Catty berbicara terlebih dahulu.
"Aku sudah punya tunangan phi...dan phi Sing...tahu yaitu phi Krist. Phi Krist sudah cerita bahwa phi adalah Boss dari tunanganku. Aku tidak ingin membuat kecewa Mae...jadi tolong jangan menghubungiku lagi."Catherine akhirnya bisa mengucapkan kata-kata yang sudah dihapalnya dengan satu tarikan napasnya.
Tanpa Krist sadari....
Dari luar Cafe, di arah yang berlawan Catherine duduk. Arthit dari kejauhan melihat seseorang yang dikenalnya, tetapi memakai pakaian wanita. Dan terlihat sangat cantik.
Arthit menghentikan langkahnya. Mengusap-usap kedua matanya. Lalu menatap lagi ke arah yang dituju.
Dengan ragu Arthit melangkahkan kakinya mendekati jendela itu. Menatap Catherine dengan seksama.

Tok Tok Tok

Suara ketukan membuat Arthit dan Krist terkejut. Jantung keduanya lalu berdetak kencang. Tidak percaya dengan yang terjadi sekarang.
Krist berdiri sambi berteriak...
"PHI....!!!"teriak Krist menatap jendela.
Arthit merasa kepalanya berat. Apa yang di dalam benaknya kini benar. Perempuan yang dilihatnya ini adalah adik laki-lakinya Krist Perawat Sangpotirat.
"Aduch!!!Gawat!!!Gun!!!Kenapa phi ada disini!!!Diwaktu yang tidak tepat!!!"Krist berlari keluar menghampiri Arthit.
Singto menjadi kesal dengan kehadiran Krist dimata Singto. Karena wajah Krist dan Arthit sama. Singto merasa cemburu. Catherine langsung berlari menghampiri tunangannya.
Dengan cepat Krist menghampiri  kakaknya, Arthit. Arthit untuk sesaat merasa terpesona dengan kecantikan adiknya. Dalam pelarian Krist, Krist berpikir dengan cepat.
"Kiit...apa yang...?"setibanya Krist menghampirinya, mengenggam tangannya.
Menatap adik laki-lakinya tanpa henti didepannya kini, lebih tepatnya membelalakkan matanya dari atas sampai bawah. Lalu menatap Krist.
"Phi...maaf...maaf...untuk kali ini...tolong bantu aku malam ini...nanti aku ceritakan segalanya...jadilah pacarku. Namanya Krist. Orang itu adalah Boss ku..."Krist menoleh ke arah jendela tetapi tidak mendapati Singto di mejanya.
Setelah itu melihat ke arah pintu masuk, Krist mendapati Singto baru keluar dari Cafe. Krist bertambah panik ketika Singto mulai berjalan ke arahnya.
"Phi...aku mohon...bantulah adik kembaranmu ini...nanti aku ceritakan segalanya...aku janji!!!aku bersumpah!!!"Krist mengangkat dua jarinya sebagai tanda janjinya.
Arthit menatap Singto yang menghampirinya. Singto yang sudah mulai dekat, mendengar Catherine mengatakan kata terakhirnya.
"Apa yang mereka bicarakan tentang aku...Pasti Krist salah paham. Dan Catherine menjadi terlihat gugup seperti itu pasti bingung mengatakan apa yang terjadi. Tunggu...tunggu...tunggu...kenapa aku seperti terlihat orang yang berselingkuh dengan Catherine sepertinya."gumam Singto.
"Krist sepertinya cemburu...dari tatapan matanya. Bukankah dia juga berduaan dengan pegawaiku. Cih...dasar serakah!!!"batin Singto. Singto masih tenggelam dalam pemikirannya sendiri.
"Hi...Krist...kebetulan sekali..."sapa Singto memberi salam. Dibalas dengan Arthit salam dan hanya senyuman.
"Hey!!!aku Boss mu...tidak sopan!!!Benar tebakanku. Terlihat dari sikapnya sinis seperti itu."batin Singto.
"Phi Sing...apa yang ingin kukatakan padamu, sudah aku katakan dengan jelas. Aku harap phi Sing...mengerti...Aku minta maaf dan terima kasih segalanya. Ayo phi..."ucap Catherine langsung menarik kakaknya berjalan menuju mobil Gun yang sedari tadi terparkir di pinggir jalan. Dan tentu saja Gun melihat segalanya yang terjadi.
Krist terus menarik lengan Arthit tanpa memperdulikan pembicaraan Singto yang terkejut dengan situasinya saat ini.
"Catty...Catty...tunggu..."Singto hanya bisa melihat Catherine yang menarik Krist darinya.
Yang Singto yakini bahwa Catherine tidak ingin tunangannya salah paham dengan situasi sekarang.
"Kau begitu peduli padanya...tapi...Kau tidak tahu apa yang kulihat...aku khawatir padamu sekarang Catty..."gumam Singto mengepalkan tangannya.

Hide Identity [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang