Berbohong demi kebaikan. Kayaknya kalimat itu hanya diperuntungkan untuk orang-orang yang tidak percaya diri sepertiku. Apapun alasannya bohong tetap nggak ada baik-baiknya.
Tapi gimana lagi aku harus menghadapi situasi rumit ini selain dengan berbohong?
Aku tahu, Lando hanya khawatir padaku. Dia memang menyebalkan (terkadang) dan cueknya bikin aku kesal setengah mati. Tapi terlepas dari semua itu, Lando orang yang sangat peduli. Dan Lando nggak sepenuhnya salah. Anindira memang gampang banget percaya sama orang (bego).
Sudah berapa kali hatiku patah akibat ulahku sendiri.
Namun menjauhi Adrian itu sulit dilakukan. Adrian itu magnet! Dia punya daya yang membuatku nggak bisa mengabaikannya. Lagian Adrian bukan orang jahat. Walaupun aku nggak pintar menilai orang. Tapi aku yakin Adrian bukan cowok brengsek yang bakal memanfaatkanku. Jika pun benar, dalam tujuan apa? Nggak ada, kan?
Jadi kupikir aku nggak punya alasan buat menjauhi Adrian.
"Nikahan anaknya Tante Ratna? Bukannya, anak Tante Ratna masih umur 10 tahun, ya?"
Aku langsung gelagapan. Memutar otak mencari alasan lain. Duh, bego banget sih, Dir. Aku menggigit bibir. Menolehkan kepala ke samping jendela mobil taksi online yang sudah kunaiki sebelum Lando menelpon dan menanyakan keberadaanku.
"Maksud gue nikahan anaknya temannya Tante Ratna." Jawabku setengah gugup. "Kebetulan Nyokap juga kenal.... jadi kita diundang." Tambahku lagi lalu merapatkan bibir. Didalam hati berdoa semoga Lando lekas percaya sama kebohongan anehku ini.
Tapi Lando bukan cowok yang gampang dibohongi saudara-saudara.
"Tumben amat lo mau ikut Nyokap lo pergi kondangan? Lo kan anti dateng ke acara nikahan orang karena males ditanyain pertanyaan basi 'kapan nikah' sama Ibu-ibu?"
"Nyokap maksa. Bokap masih dinas di Bandung. Kevin sibuk pacaran. Lagian kasihan juga kalau Nyokap pergi sendirian." Balasku. Kali ini lebih cepat.
"Oh, gitu..." Gumamnya. Aku menangkap nada kecewa dari suara Lando. "Yaudah. Salam buat Nyokap lo sama Tante Ratna deh. Lo juga hati-hati nyetirnya."
Setelah mengiakan. Aku langsung bernapas lega. Mengakhiri sambungan telpon dengan Lando. Masih terasa janggal karena baru pertama kali berbohong pada cowok itu. Selama ini aku begitu transparan dan terbuka pada Lando mengenai apapun. Nggak ada yang aku tutupin sedikit pun dari cowok itu.
Tapi kali ini...aku pikir jujur bukan hal...bagus...mungkin. Entahlah aku juga bingung.
Selesai menempuh perjalan hampir tiga puluh menit, akhirnya taksi online yang kutumpangi sampai juga di tempat tujuan. Dan inilah alasan yang membuatku harus berbohong sama Lando. Kemarin Adrian baru saja pindah ke studionya. Karena dia pindah di hari weekdays, aku nggak bisa membantu. Dan memutuskan untuk mengujunginya saat weekend saja.
Semalam aku sudah mengabari Adrian jika mau datang. Adrian pun mempersilakan dan bilang dia nggak akan kemana-mana hari ini.
Turun dari taksi, aku segera melangkah memasuki perkarangan studionya. Menaiki anak tangga di samping rumahnya sembari memegang tanaman hias sebagai ucapan selamat untuk tempat barunya.
Mataku sedikit mengintip pada dinding kaca, melihat figur Adrian dari belakang. Cowok itu tengah setengah duduk pada meja pendek di tengah ruangan sambil melakukan sesuatu yang tak bisa kulihat.
Tuhan, dari belakang saja dia sudah keliatan ganteng gitu. Lihat punggungnya itu, enak banget kayaknya kalau meluk Adrian dari belakang. Terus sandaran di punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
Chick-Lit[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...