Dalam perjalanan menuju bandara yang bisa kulakukan hanyalah diam.
Ini bahkan lebih mendebarkan daripada wawancara kerja pertamaku. Saking gugupnya, aku bahkan semalam googling bagaimana cara menghadapi calon mertua. Membaca beberapa artikel untuk mempersiapkan diri. Alih-alih tenang, aku malah gak bisa tidur karena semua kriteria calon menantu idaman yang disebutkan gak ada dalam diriku.
Sehingga aku pun nelpon Lando buat curhat. Bukannya menghibur, dia malah mentertawaiku dengan sangat amat puas. Bikin aku bete sepanjang malam, tapi langsung sumringah saat dia menjemputku ke rumah.
"Dari tadi kamu kok diam aja? Sariawan?" tanyanya sambil mulai menghidupkan tape radio. Mungkin biar aku lebih rileks.
Aku cemberut, menoleh sekilas tanpa membalas.
"Bunda bukan tipe-tipe mertua jahat kayak di drama Korea kok, Ra. Kamu kan udah pernah ketemu."
"Iyaa emang udah, tapi waktu itu ketemunya sebagai teman kamu bukan calon istri kamu." Jawabku rada sewot.
Kalau Lando kan enak, udah kenal sama semua keluargaku. Dia punya banyak kesempatan untuk mengambil hati mereka. Sedangkan aku boro-boro buat kayak gitu.
"Nggak ada bedanya, Ra. Bunda nggak pernah beda-bedain orang. Semuanya sama dimata dia."
"Gimana kalau aku ngecewain Bunda kamu? Atau ternyata aku nggak sengaja bikin salah terus Bunda kamu nggak setuju kamu nikah aku?" tanyaku mulai ngedrama.
Lando ketawa, melepas salah satu tangan dari kemudi stir untuk mengusap kepalaku penuh sayang." Kamu takut banget ya nggak jadi nikah sama aku?"
"Emang kamu nggak takut nggak jadi nikah sama aku?"
Dia meredakan tawanya lantas mengambil tanganku dan dibawa ke pangkuannya. "Bunda bakal suka sama kamu kok. Aku aja bisa sesayang ini sama kamu apalagi Bunda."
Sialan.
Aku tertunduk dengan wajah memerah. "Apasih, Lan."
Dia tersenyum. Manis banget. Apalagi lesung pipinya itu. "Kamu tahu nggak kalau dari dulu Bunda pengen banget ketemu kamu?"
Aku menoleh dengan mata membulat. "Ketemu aku?"
Lando mengangguk sambil mengusap punggung tanganku. Pandangannya lurus ke depan, membuatku memperhatikan figur wajahnya yang masih kelihatan ganteng meskipun dilihat dari samping. Apalagi kini terdengar lagu Jill Andrew yang berjudul I'm so in love with you dari tape radio. Romantis banget.
"Aku sering cerita tentang kamu sama Bunda." Lando mengaku. Bikin aku cukup syok selama beberapa detik. "Sejak kecil, aku emang deket banget sama Bunda. Saking dekatnya, aku nggak pernah ragu buat curhat tentang apapun. Bahkan Bunda yang terus semangatin aku untuk perjuangin kamu. Dia bilang kalau kamu jodoh aku, mau kamu pacaran sama siapa atau mau lari sejauh-jauhnya, ujung-ujungnya kamu tetap bakal sama aku. Yang harus aku lakuin cuma tetap sabar dan memperlakuan kamu setulus dan sebaik mungkin."
Rasanya aku mau nangis. "Bunda kamu nggak marah sama aku karena udah buat anak cowoknya menderita selama itu?"
Lando terkekeh kecil, menoleh sekilas. "Aku nggak menderita kok, Ra. Perjuangin kamu bukan sebuah penderitaan. Aku bahagia pas bareng kamu. Meski yah, aku juga sedih saat kamu sama cowok lain. Tapi lebih dari pada itu, Bunda, kamu, Lika adalah sumber kebahagian aku. Orang-orang yang bikin dunia aku terasa sempurna. Tanpa kalian, kebahagian aku gak akan pernah lengkap."
Aku nggak bisa berkata-kata lagi. Apa dulu aku pernah menyalamatkan kerajaan Majapahit sampai-sampai bisa dikasih nikmat kayak gini?
"Aku nggak tahu harus ngomong apa." Ucapku pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
ChickLit[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...