I Think I'm Ugly | 38. Sweetest thing

40K 3.4K 351
                                    

"Langsung gue lamar aja, gimana?"

Mataku membulat dengan mulut terbuka. Tak bisa menyembunyikan kekagetanku sama sekali. Kubalikkan badan untuk melihat keseriusan ucapan Lando. Mungkin aja, cowok itu lagi mengerjaiku atau hanya sekedar bercanda. Alih-alih begitu, justru sebuah tatapan penuh yakin yang kutangkap dari wajahnya.

Aku membasahi bibir. Masih tidak tahu harus merespon seperti apa sampai Lando menarik tangannya yang memelukku, meraih kalung yang tersembunyi di balik kaos hitamnya hingga terlihat sebuah cincin yang melingkar di sana. Lando melepaskan kalungnya dan mengambil cincin tersebut.

"Gue beli cincin ini pas di Itali." Beritahunya. Menunduk ke bawah. Kepadaku. "Waktu itu, gue lagi jalan disana, gue ngeliat cincin ini. Entah kenapa gue keinget lo. Gue bingung gimana cara ngasihnya tanpa lo curiga sama perasaan gue. Tapi pada akhirnya, gue nggak berani ngasih karena nggak ketemu waktu dan alasan yang tepat." Lando menarik napas lantas menatapku dalam. "Sekarang, gue pikir, ini waktu yang tepat. Dan gue juga udah punya alasan untuk ngasih lo cincin."

Jantungku. Tolong, jantungku.

"Kita udah kenal lama. Lo udah tahu gue gimana dan gue juga udah tahu lo gimana. Umur kita juga udah pas buat nikah." Katanya lantas kembali menyambung. "Sejak awal, gue sama sekali gak berniat buat pacaran sama lo. Perasaan gue gak sebercanda itu. Gue mau lo jadi wanita yang mendampingi hidup gue. Wanita yang melahirkan anak-anak gue. Wanita yang akan nemenin gue sampai ajal yang cuma bisa misahin kita."

Ya Tuhan, aku mau nangis.

Lando meraih tangan kiriku, memasukkan cincin tersebut ke salah satu jariku. Ajaibnya, cincin itu melekat pas di sana. Dia memandangi tanganku lama. Sebelum akhirnya, mata Lando kembali menatapku lekat-lekat.

"Nikah sama gue, ya?"

Aku nggak langsung menjawab. Menatap cincin di tanganku dengan perasaan membuncah. Seumur-umur baru kali ini aku dilamar. Dan itu oleh Lando. Cowok ini benar-benar penuh kejutan. Aku nggak pernah bisa menebak apa yang ia lakukan atau apa yang lagi dia pikirin.

"Lan,"

"Lo mau kan nikah sama gue?"

Aku menelan saliva gugup. "Lo serius?"

"Gue gak pernah seserius ini dalam hidup gue." Balasnya mantap.

Bola mata hitam pekatnya terus menatapku tanpa berpaling. Posisi kita yang berbaring berhadapan dengan jarak tipis bikin aku bisa mengamati setiap ekspresi yang tercipta di wajahnya.

"Gue nggak bisa masak," kataku.

Lando tersenyum. Mengusap pipiku. "Udah tahu."

"Gue suka bangun siang, mageran, males beresin kamar, hobi belanja yang nggak penting."

"Udah tahu."

"Gue ngambekkan, gampang baper, suka ngambil keputusan sendiri, labil, nggak peka sama perasaan orang lain, cu—"

"Iya, gue tahu." Potong Lando. "Dan gue tetap mau nikah sama lo."

Aku menipiskan bibir dengan mata berkaca-kaca. Perasaanku campur aduk sekarang. Antara senang dan juga terharu. Tentu saja, tanpa kuberitahu, Lando sudah tahu hal itu. Tak kusangka, dia mau menikah dengan cewek yang sangat nggak istriable sepertiku.

"I love you to the moon and back, Ra."

Senyumku mengembang sehingga air mataku turun melintasi pipi. "I love you too, Lan."

Kedua ujung sudut bibir Lando menungkit. Dia tersenyum lebar. Matanya mengerjap tak percaya. Sampai aku menganggukkan kepala untuk meyakinkannya.

Lando mengangkat kepalanya, menghapus air mata dipipiku dan mencium bibirku lama.

I Think I'm UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang