I Think I'm Ugly | 33. Different

27K 2.9K 187
                                    

"Menurut lo gue cocok pakek warna apa, Ra?" tanya Irene yang meminta pendapatku mengenai produk liptint yang akan ia beli.

Ini hari Jumat. Aku berinisiatif untuk mengajak Irene pergi shopping bareng sehabis pulang ngantor di PIM. Membeli beberapa potong pakaian serta mampir ke makeup store yang nggak akan pernah aku lewatkan. Meski aku nggak beli yang penting mataku termanjakan. Sekalian, aku ingin membicarakan soal Lando pada Irene. Tapi sudah hampir dua jam kami berkeliling di PIM. Mulutku seakan menolak untuk membahas Lando dengan Irene.

"Yang pink bagus, Ren. Nanti coba lo lapisin glossy biar lebih bagus." Saranku yang dibalas Irene dengan anggukkan kepala. Mengambil liptint bewarna pink dan membawanya ke meja kasir.

"By the way, lo nggak beli, Ra?" tanya Irene sambil menyerahkan credit card ke pelayan kasir.

Aku menggeleng. "Ibu bisa ngomel kalau gue belanja makeup lagi."

Irene terkekeh manis. "Iya sih. Makeup lo emang udah kebanyakan."

Aku hanya membalas dengan senyum tipis. Sedari tadi, aku sudah perang batin dengan diriku sendiri. Sumpah ya, aku nggak bohong. Sesulit itu untuk mengaku pada Irene kalau aku suka sama Lando disaat aku juga tahu kalau Irene masih menyimpan rasa pada Lando. Aku merasa seperti manusia yang tidak punya hati. Padahal ini kan karena kebegoanku sendiri yang baru menyadari perasaanku sesungguhnya.

Kalau kalian di posisiku gimana? Apakah kalian akan mengaku suka sama cowok yang juga disukai sama sahabat kalian sendiri?

"Ra,"

Aku tersentak. Menatap Irene yang mengernyitkan keningnya. "Lo ngelamun?"

"Enggak. Cuma bengong bentar." Bantahku asal lantas mengamit lenganya. "Gue laper, Ren. Sushi Tei, kuy."

Siapa tahu, setelah makan aku punya keberanian memberitahunya.

Irene tersenyum lantas mengangguk. Kami pun keluar dari makeup store menuju Sushi Tei. Memesan beberapa makanan sambil mengobrol tanpa membahas Lando. Irene juga sedikit pun nggak menyinggung soal itu. Ataupun perkembangan hubungan asmaraku. Kami hanya membahas tentang makeup atau gosip yang lagi beredar di kantor. Sampai obrolan kami terpotong saat seorang pramusaji mengantarkan makanan yang kami pesan. Meletakkannya dengan rapi di atas meja.

Irene tersenyum sambil mengucapkan terima kasih pada pramusaji yang membuat si pramusaji itu tersipu. Selain cantik, Irene itu juga ramah. Nggak sulit untuk suka sama cewek seperti Irene.

"Lo banyak ngelamun hari ini." Celetuk Irene tiba-tiba yang mengembalikan kesadaranku. Cewek itu menoleh sekilas meraih sumpitnya. "Kenapa, Ra?"

Aku menggigit bibir. Menimang-nimang. Memberi jeda cukup lama hingga akhirnya mengeluarkan suara.

"Nggak apa-apa. Gue cuma mikirin kerjaan." Dustaku.

Ah, dasar. Cemen lo, Ra.

"Pak Arya masih suka ngerjain lo?"

"Kayaknya dia mau mecat gue dengan cara halus." Dengusku. Mengingat pekerjaanku yang selalu numpuk tanpa henti. "Dia bikin gue harus makan siang di kantor dan lembur hampir tiap hari."

"Pak Arya itu sebenarnya peduli sama lo, Ra. Tapi ya gitu, caranya aja yang beda." Hiburnya mencoba menebar pikiran positif padaku lantas menyambung. "Oh, iya. Lando bilang seminggu lagi mau balik."

Gerakkan tanganku yang tengah meraih gelas ocha behenti untuk sekejap. Berusaha untuk sesantai mungkin dengan menyesap ocha itu sebentar dan menanggapi ucapan Irene setelah membasahi tenggorakanku.

I Think I'm UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang