Aku masih mengingat pertemuan pertamaku dengan Lando. Sebelum dia naksir Irene, aku sudah mengenal cowok itu lebih dulu. Tapi kami hanya sekedar kenal. Nggak pernah berinteraksi dengan intens.
Lando adalah senior yang cukup famous di kampus dulu. Dan termasuk dalam jajaran most wanted boy. Kami beda fakultas tapi satu UKM. Pertama kali masuk kuliah, sudah banyak cewek-cewek yang ngomongin dia. Sejak dulu aku nggak terlalu tertarik sama cowok terkenal karena udah sadar diri kalau aku nggak bakal selevel sama mereka. Aku lebih suka cowok yang biasa-biasa saja. Jadi, saat cewek-cewek membicarakan cowok ganteng bernama Orlando Mahesa Jafar dari jurusan film, aku bodo amat.
Lando itu dulu orangnya cuek banget dan sekarang pun juga masih sih. Dia kelihatan nggak peduli sama lingkungan sekitar. Tapi sebenarnya, justru dia yang paling perhatian.
Waktu masih menjadi Maba, aku pernah beberapa kali ngeliput berita acara musik bareng Lando. Pun aku termasuk orang yang banyak bicara, tapi ketika lawanku orang yang sependiam Lando, aku juga bakalan ikutan diam. Apalagi kalau diam, tampang Lando bakal kelihatan galak banget. Bikin aku tambah keki buat ngajak dia ngobrol.
Lando tipe cowok yang nggak banyak bicara. Pun dia ngomong, paling hanya beberapa kalimat. Aku kira dia nggak suka ngeliput bareng aku, karena seharusnya Lando ngeliput bareng Kak Hanna. Namun, karena Kak Hanna sakit, aku yang diutus buat nemenin Lando.
Tapi ngeliat gimana dia yang sangat peka dengan kecanggunganku yang baru pertama kali datang ke gigs, aku memandang Lando dengan cara yang berbeda. Bukan dalam artian aku naksir dia. Hanya saja, aku kagum dengan cara dia memberi perhatian pada orang lain.
Dia nggak melakukannya dengan cara yang cheesy--dengan tujuan untuk membuat cewek-cewek baper sama dia. Lando lebih menunjukkannya melalui aksi sehingga orang-orang nggak sadar kalau apa yang dilakukannya adalah bentuk perhatian.
Lando itu bukan cowok yang suka tebar pesona. Dia jarang pacaran. Karena dia cukup sulit untuk membuka hati pada cewek baru. Dan melihatnya yang sekarang begitu cepat berniat menjadikan Gigi sebagai pacarnya cukup membuatku speechless.
Aku bahkan nggak belum membalas pesan Lando sampai pagi ini karena nggak tahu harus membalas apa.
"Shit! Gue dari tadi bacot nggak elo dengerin ya, Dir?"
Kepalaku menoleh. Menatap Tari yang nampak sebal.
"Huh? Apaan?" tanyaku dengan tampang bingung.
Wajah cewek itu semakin ditekuk lalu mengibaskan tangannya. "Udahlah, lupain. Abis ngantor, clubbing, kuy! Gue butuh pengalihan dari segala tetek bengek kerjaan, nih." Ajak Tari sambil menaik turunkan alisnya.
"Enggak ah, gue lagi males." Tolakku kembali menatap layar laptop. Menopang dagu.
Tari mendesah kecewa. Menarik kursi rodanya hingga semakin dekat denganku. Mengaitkan tangannya di lenganku.
"Please dong, Dir. Adrian kan juga lagi di luar kota. Gue janji deh nggak akan kasih tau dia." Bujuknya.
Namun aku tetap menolak dengan tegas. "Ajak yang lain aja deh. Gue beneran lagi nggak mood nih, Tar."
Tari mengerucutkan bibirnya, menarik tangannya kembali. "Nggak asik lo!"
***
Adrian
Okay, take care
Kabarin aku kalau kamu udah sampe rumah ya.Setelah membalas pesan Adrian dengan jawaban 'iya', aku kembali memasukkan ponselku ke dalam tas. Keluar dari lift saat pintu itu terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
ChickLit[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...