Sebenarnya aku nggak mau ngambek kayak bocah begini. Tapi kali ini aku benaran kecewa sama Irene maupun Lando. Kukira aku cukup penting buat mereka. Tenyata aku nggak sepenting itu sampai mereka nggak mau berbagi cerita sama aku.
Alhasil seharian ini aku memilih untuk menyendiri. Ponselku sudah aku ubah menjadi mode airplane setelah mengirim pesan pada Tari kalau aku nggak enak badan dan nggak akan balik ke kantor lagi. Aku Irene pasti akan menelpon dan mencariku di kantor nanti. Dan aku belum mau ketemu siapa pun untuk saat ini.
Jadilah aku memilih untuk menyendiri. Dan, yeah, jangan bayangkan kalau caraku menyendiri adalah dengan pergi ke taman kayak di drama Korea, mengurung diri di kamar, atau nonton bioskop sendirian. Bagi cewek kesepian kayak aku, hal-hal seperti itu malah nambah bikin galau.
Aku lebih suka melakukan hal-hal yang membuatku bahagia. Dan salah satunya adalah belanja makeup. Nggak ada hal yang lebih menyenangkan dari belanja. Beneran deh. Urusan tabunganku bakal jebol dipikirin di belakang aja. Yang penting aku bahagia.
Setelah puas berkeliling menyusuri makeup store selama empat jam. Aku pun memutuskan untuk mengistirahatkan diri di Tatemukai buat makan sushi. Sambil menonton seorang beauty vlogger yang lagi ngereview salah satu makeup brand terbaru bernama Colette yang lagi di hype di Korea apalagi brand ambbasadornya itu Yeri Red Velvet. Sayang banget, makeup mereka belum rilis di Indonesia dan hanya ada di Korea. Padahal aku penasaran banget pengen nyoba.
Oh iya, kebetulan aku nontonnya offline. Jadi nggak perlu sambungan internet. Aku masih belum mau berinteraksi sama orang buat sekarang. Sampai suara yang sangat kukenal menganggu aktivitasku. Senyumku langsung lenyap saat mengetahui siapa orang itu.
"What a surprise, huh?"
"Sial banget gue." Gerutuku.
Alih-alih tersinggung ia malah ketawa. Tanpa dipersilakan, cowok itu udah duduk disebelahku.
"Seharusnya lo seneng ketemu gue hari ini."
Bola mataku memutar lantas menyimpan ponsel ke dalam tas. "Nggak usah over pede deh. Gue lagi nggak mood buat berdebat sama lo."
Cowok itu—Aldian mengerutkan kening. Menatapku lekat-lekat lalu berkata.
"Kalau diliat-liat dari tampang lo kayaknya sih lagi galau." Cetusnya lalu menopang dagunya. "Butuh temen? Kebetulan gue juga lagi galau dan punya waktu kosong. Dua orang galau bersatu kayaknya kombinasi yang pas."
Aku mendelik. "Sorry ya, lo emang ganteng. Tapi bukan berarti karena kita lagi satu nasib, gue mau-mau aja main sama lo. Cowok kayak lo ini, baiknya pasti ada niat terselubung. Iya, kan?"
"Lo nggak pernah dengar istilah don't judge people by cover? Orang yang kelihatan baik belum tentu beneran baik. Dan orang yang kelihatan buruk belum tentu seburuk yang lo pikir."
"Jadi lo mau bilang kalau lo itu nggak seburuk yang gue pikir, gitu?"
"Yah, terserah lo mau mikir apa tentang gue. Toh, itu nggak ngaruh buat hidup gue." Balasnya sambil mengangkat bahu cuek.
"Yaudah."
"Yaudah apa?"
"Ngapain lo masih disini?"
"Nemenin lo."
Wah, dari mana sih gen menyebalkan ini turun? Perasaan Papanya nggak semenyebalkan ini dan Adrian juga bukan orang yang kayak gini. Atau turunan Mamanya?
"Gue mau me time. Nggak butuh ditemenin siapa-siapa."
"Yah, sayang banget," katanya mendesah kecewa. Kembali duduk tegak sambil melirikku. "Padahal gue mau berbagi informasi tentang Adrian sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
ChickLit[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...