Lando tidak bisa berkata-kata saat Irene menelponnya dan memberi kabar bila Dira tengah mabuk di kelab. Tanpa pikir panjang, cowok itu langsung menyudahi meeting-nya, menyalakan mesin mobil lantas menyambangi kelab tempat Dira clubbing kali ini.
Begitu sampai, ia mendapati Dira sudah separuh tak sadar, bersandar pada sofa dengan wajah yang berantakan dan rambut acak-acakkan. Kalau saja cewek itu tahu betapa parah keadaannya saat mabuk. Lando yakin, Dira tidak akan pernah berpikir untuk mabuk lagi. Baginya tampil sempurna adalah kemutlakan yang hakiki.
"Lo Lando yang dibilang Irene, ya?"
Suara itu berhasil membuat Lando memalingkan kepala. Ia menatap seorang cowok tinggi yang kelimpungan mengurus seorang cewek mabuk yang sedang dirangkulnya.
"Sorry, Bro, ngerpotin. Gue nggak bisa menghadapi dua cewek mabuk sekaligus. Apalagi cewek kayak mere—holly shit! Tari! Telan muntahin lo!" umpatnya kesal. Apalagi kini kemejanya terkena muntahan cewek itu. Meski hanya sedikit. Tapi mukanya cowok itu sudah panik luar biasa.
"Tolong antar Dira dengan selamat, Bro. I believe in you." Katanya menepuk pundak Lando pelan. Kemudian beranjak sambil bersungut-sungut memampah tubuh Tari yang jalannya pun sudah tidak lurus lagi.
Lando menghela napas pelan. Membungkukkan badannya seraya menatap Dira yang bergumam tidak jelas. Bibirnya melekung membentuk senyum tipis. Entah apa yang dimimpikkan sampai-sampai menampilkan ekspresi seperti itu.
"Lo kenapa sih nggak pernah dengerin omongan gue?" tanyanya yang pastinya nggak akan mendapatkan respon apapun. "Dari dulu sampai sekarang. Lo masih aja suka bikin gue khawatir." Lando menatap Dira, menyingkirkan anak rambut yang menutup wajah cewek itu.
Gerakan halus dari Lando membuat Dira terbangun. Kepalanya yang terasa berat terangkat. Sambil mengumpulkan sisa-sisa kesadaran, Dira menatap cowok itu yang kabur-kabur di pengelihatannya.
Sampai akhirnya pengelihatannya berangsur-angsur menjelas. Menemukan Lando dengan kaos hitamnya tengah memandanginya lekat-lekat.
Dira otomatis tersenyum lebar, merentangkan tangannya seraya menarik Lando dalam pelukkannya.
"Lando kesayangan gue. Cuma lo yang selalu ada buat gue dan nggak akan pernah nyakitin gue." Racaunya lalu menyandarkan kepalanya di bahu cowok itu.
"Lo nggak akan nyakitin gue kayak cowok-cowok di luar sana kan, Lan?" tanyanya setengah merajuk. Memeluk tubuh Lando begitu erat.
Lando mengangguk. Kekesalannua selalu hilang kalau Dira sudah bersikap seperti ini padanya.
"Iya. Gue nggak akan pernah nyakitin lo."
"Lo emang sahabat terbaik gue, Lan."
Dada Lando terasa tersentil mendengar ucapan Dira.
Bagi lo gue memang hanya sebatas sahabat ya, Ra.
Cowok itu tak membalas, melepaskan tangan Dira yang melingkar lehernya. Menarik tubuh cewek itu untuk membantunya berdiri lalu dipapahnya keluar dari kelab menuju mobil jeep miliknya.
Lando tak punya pilihan lain selain membawa Dira ke apartemennya. Mengantarnya pulang dalam keadaan mabuk bisa membuat Ibu cewek itu terkena serangan jantung mendadak. Membawanya ke apartemen Irene pun percuma, karena cewek itu sedang ada di pekerjaan di luar kota sekarang.
Mobil Lando sudah terparkir sempurna di basement apartemennya. Ditolehkan kepalanya ke kiri menemukan Dira yang tertidur dengan kepala terkulai di sisi jendela. Setelah melepaskan sabuk pengaman miliknya, Lando pun dengan cekatan mencondongkan badannya untuk melepaskan sabuk pengaman cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
चिक-लिट[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...
