Sebenarnya aku hanya bercanda saja bilang mau ngenalin Lando sama teman kantorku. Tapi tak kusangka cowok itu akan menyetujui ide dariku. Aku kira dia akan menolak seperti sebelum-sebelumnya setiap kali aku meledek status kejombloannya. Aneh aja, kenapa sekarang dia mau? Apa Lando sudah bosan ngejomlo?
Saat ini aku sedang berada di Pagi Senja. Sesuai janjiku, hari ini aku akan mempertemukan Lando dengan teman kantor yang aku ceritakan padanya.
Namanya Gisela Annastasia. Biasanya dipanggil Gigi dari divisi HR. Anaknya baik banget. Literally, super duper baik. Dia punya good personality yang membuat orang-orang nggak tega buat jahatin dia. Ditambah lagi dia cantik, humble, pintar masak, dan pengertian. Tipe-tipe cewek yang akan disukai oleh calon mertua dan siap dijadikan istri.
Menurutku dia tipe Lando sih, secara, tipe cewek Lando itu kan cewek yang keibuan dan bisa mengerti dia. Gigi ini, nggak beda jauh sama Irene. Mereka paket lengkap yang nggak akan susah buat mendapatkan cowok yang mereka inginkan.
"Dir, kalau dia nggak suka sama gue, gimana?" Gigi bertanya dengan tampang cemas. Dia menggigit bibir, sementara tangannya saling bertaut gelisah di atas meja.
Duh, ngelawak nih cewek. Hanya cowok bego yang nggak suka sama Gigi. Kurang apalagi coba? Dan aku yakin Gigi sama Lando itu bakalan cocok.
"Tenang aja, Gi. Lo itu tipenya Lando, kok," balasku menenangkan Gigi.
Sekali-kali melirik pintu masuk menunggu kedatangan sang cowok. Lima menit berlalu, akhirnya mataku menangkap sosok Lando yang berperawakkan tinggi memakai topi hitam kesayangan. Seperti biasa, Lando yang anti ribet-ribet club tetap akan menggunakan kaos hitam meski ini adalah kencan pertamanya dengan Gigi.
Aku mengangkat tangan guna menarik perhatiannya. Lando melihat itu, ekspresi datarnya membuatku mengerucutkan bibir sebentar. Dia tidak bisa lebih kelihatan ramah lagi apa gimana gitu. Bisa-bisa Gigi jadi takut padanya.
"Sorry, gue telat." Katanya tenang, mengambil tempat di sebelahku. "Tadi macet. Mahasiswa demo," tambahnya.
Gigi cuma menganggukkan kepalanya dengan ekspresi malu-malu. Nampaknya dia sudah jatuh duluan pada pesona Lando.
Tugasku sebagai makcomblang mereka telah selesai. Buru-buru aku beranjak, mengambil ponsel serta tasku.
"Ya udah, gue cabut kalau gitu. Have fun, you two." Ujarku menatap mereka berdua bergantian.
Lando nggak merespon. Sementara Gigi tersenyum manis dan membalas. "Hati-hati ya, Dir."
Aku mengangguk kecil. Melangkahkan kaki menjauh dan berhenti di depan counter guna memesan Ice Americano karena cuaca hari ini lumayan panas.
"Menurut lo, mereka cocok nggak, Gi?" tanyaku pada Gio yang sedang sibuk di cash register.
Cowok ganteng itu mendongak, menyerahkan credit card milikku lalu ikut berpaling pada sepasang anak Adam dan Hawa yang tengah mengobrol. Sekali-kali Lando tersenyum kecil lalu bibirnya bergerak mengucapkan sesuatu yang membuat Gigi menunduk malu-malu.
"Itu bukannya...cowok yang sering jemput Mbak Dira?"
Aku mengangguk sambil menatap mereka, memperhatikan interaksi mereka yang kelihatan sudah mulai nggak canggung lagi.
"Iya. Gue jodohin mereka berdua."
"Kenapa?"
"Huh?" aku menoleh, menggaruk kening. "Ya...karena...Lando udah kelamaan sendiri. Dia kayaknya males nyari cewek, makanya gue bantuin nyari."
"Mungkin bukan karena Kak Lando males nyari cewek," keningku mengernyit. Melihat Gio yang kini tersenyum membuat lesung pipi mempesonanya tercetak. "Tapi karena Kak Lando udah ngerasa cukup ada Mbak Dira disampingnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I'm Ugly
ChickLit[completed] Seumur hidupnya Anindira merasa selalu menjadi bayangan sahabatnya--Irene. Membuat kepercayaan dirinya berada di titik terendah dan mati-matian berusaha menjadi secantik Irene. Namun sekuat apapun dia mencoba, nyatanya Anindira tak bisa...