Tired

6.1K 279 10
                                    

Saat ini Adel sedang tiduran di ranjang UKS, bukan karena kesakitan. Namun ia butuh ketenangan. Baru masuk di SHS, kepalanya sudah di buat pusing kembali oleh kalia. Ingin sekali rasanya ia membunuh Kalia. Namun, ia masih ingat tempat dan ia juga harus jaga sikap agar tak ada yang curiga.

But, Adel baru ingat ketika dia menembak kaki Kalia. Ia bingung kali ini akan menjawab apa jika di tanya oleh teman-temannya. Namun bukan Adel jika tak memiliki akal. Ia sudah mempersiapkan jawaban untuk teman-temannya nanti.

Ceklek

Tiba-tiba pintu UKS terbuka dan tampaklah Rafa dkk dan Kanaya dkk dengan raut wajah khawatir terutama Rafa.

"Kamu kenapa, masih sakit? Ke dokter aja yah?!" ucap Rafa.

"Enggak usah ke dokter, lebay banget si," ucap Adel.
"Aelah, lu di perhatiin malah ngomong gitu. Nyesel gue." ucap Rafa.

"Yee, enak aja lu. Gue udah pusing lu bikin pusing. Mumet tau gak?!" ucap Adel sambil menoyor kepala Rafa.

Rafa hanya mencibir Adel dalam diam, kesal. Itu yang Rafa rasakan. Bagaimana tidak? Adel bersikap biasa saja saat perutnya di tonjok oleh Kalia dan sekarang Rafa di katai lebay. Hadeh, untung pacar.

"Lu beneran gapapa kan?" tanya Kanaya.

"Iya ish bawel semua deh." ucap Adel kesal.

"Yaudah, Alfa lo sama Alina beliin bubur Bu Titi dan lo Abran ambilin tas Adel di kelas!!" ucap Kanaya. Mereka mengangguk dan segera keluar.

"Lo pucet banget sumpah." ucap Kirana khawatir.

"Gue gapapa bawel." ucap Adel dengan senyum palsunya. Ia tak ingin melihat teman-temannya cemas. Hanya dia, Tuhan, dan Author yang tau apa yang ia alami dan rasakan.

"Entar pulang sama aku aja." ucap Rafa.

"Eh gausah, aku mau ke kantor dulu.

"Mau ngirim naskah ke manajer." ucap Adel.

"Aku anter!" ucap Rafa lagi.

"Aku mau rapat juga." ucap Adel.

"Aku tungguin," ucap Rafa.

"Gausah, lagian kan kamu mau nganter mommy sama daddy ke bandara." ucap Adel terus mencari alasan. Karena ia akan mendatangi suatu tempat.

"Aishhh, tapi kalo ada apa-apa telpon aku!!!" ucap Rafa.

"Asyiap." ucap Adel lalu mengacungkan jempol.

Lagi-lagi, mereka menjadi tontonan gratis teman-temannya.

"Lumayan, hemat kuota." ucap Rena.

"Makanya jan jomblo." ucap Adel.

"Bacod!" ucap Rena sambil mengerucutkan bibirnya. Mereka pun tertawa bersama-sama.

Cukup aku yang menderita, mereka jangan. Cukup aku yang merasakan sakit. Cukup aku yang berjuang. Aku hanya ingin melihat mereka bahagia. Aku akan membahagiakan mereka sebelum aku pergi tuk selama-lamanya.

Batin seseorang.

***

Saat jam pulang sekolah berbunyi, Adel dkk dan Rafa dkk berjalan bersama-sama melewati koridor untuk menuju parkiran. Tiba-tiba ponsel adel berdering.

"Datang ke belakang sekolah, sendiri!"

"Ha---"

Belum selesai Adel menyelesaikan bicaranya, telepon nya sudah di matikan sepihak.

Bad fate[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang