"Lift my head and shout all day. So that I'll even surprise myself in." - NCT 127, Superhuman
Usai melepas satu beban berat dari pundak gue-seminar, rasanya diri gue ini patut banget buat dapet self-reward dalam bentuk istirahat seharian. Dalam angan gue, berbaring di atas tempat tidur gue yang belakangan ini udah jarang banget gue sentuh mungkin bisa mengobati kelelahan gue saat ini.
Tapi apa daya, hari ini gue full kegiatan sampai malam demi persiapan acara besok yang sama sekali ngga gue inginkan. Gue benar-benar terpaksa. Dan keterpaksaan ini membuat gue semakin muak dengan hidup gue yang ngga bisa menentukan langkah sendiri.
Berbeda dengan gue yang tertekan dengan rencana pernikahan ini, kak Doyoung justru kelihatan tenang-tenang aja di balik kemudinya. Sejak awal, sejak semua orang di keluarga gue memvonis gue buat menikah dengan kak Doyoung, laki-laki itu ngga kelihatan stress sama sekali.
Selain fakta bahwa dia bilang kalau dia punya alasan tersendiri sampai-sampai ngga bisa menolak rencana pernikahan ini, gue jadi curiga jangan-jangan dia sendiri yang mengajukan rencana ini ke keluarganya dan keluarga gue.
Tapi rasanya mustahil.
Kak Doyoung emang lajang, tapi gue ngga yakin dia se-desperate itu sampai minta dinikahin sama gue. Sumpah, ngga masuk akal banget.
Lagian juga kalau emang ini idenya, kenapa harus sama gue? Ada banyak perempuan cantik di luar sana yang lebih pantas dan rela mengorbankan seluruh jiwa raganya demi menikah sama dia.
Jangan-jangan karena gue punya sisi menarik yang ngga bisa dijelasin dengan kata-kata, dia naksir gue beneran. Bisa jadi loh, kak Doyoung kan orangnya emang ngga bisa ditebak.
Tahu lah, dasar aneh.
"Kenapa liatin saya begitu?" tanya kak Doyoung setelah melirik gue sebentar, lalu kembali fokus ke jalan di depan.
Jalan Rasuna Said di pagi menjelang siang ini terpantau ramai lancar. Mobil yang dikendarai kak Doyoung masih bisa melesat lincah membelah keramaian jalan. Meskipun jarum spidometer merangkak naik turun drastis, benda kecil itu lebih sering bergerak di sekitar angka lima puluh kilometer per jam.
Gue menangkap perbedaan signifikan antara kondisi di luar dan di dalam mobil. Di luar mobil, kendaraan saling menyolot ngga mau ngalah dengan klakson mereka masing-masing. Sementara itu, di dalam sini belum ada yang berinisiatif buat mengadakan percakapan panjang sejak sepuluh menit yang lalu mobil meninggalkan basement.
Seenggaknya, sampai sepuluh menit yang lalu aja kita diam karena gue lagi capek dan mungkin kak Doyoung juga pengen fokus aja ke jalan.
"Pak, seminar saya gimana?"
"Gimana apanya? Kan tadi udah," katanya. "Mau seminar lagi?"
Gue berdecak pelan. "Maksud saya, pendapat Bapak gimana gitu, lhoo."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Scriptsweet ✔
Fanfiction[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Seandainya Jane memutuskan untuk menunda skripsi sampai tahun depan demi menghindari Doyoung, ceritanya mungkin tidak akan mengalir seperti ini. Start...