"I see your face, I recall it. Just waiting for you." — NCT U, Baby Only You
Sejak gue kuliah sampai sekitar sebulan yang lalu—sebelum gue melepas masa lajang, hal yang selalu gue tunggu-tunggu setelah hujan reda adalah munculnya pelangi yang samar-samar di atas kamar Jaemin. Ulasan tipis dengan barisan berbagai warna yang tampil di sana memang enggak kelihatan di mana ujung dan pangkalnya, tapi hadirnya selalu bikin gue merasa lebih nyaman. Dari balkon kamar kos, gue bisa melihat kalau dia melengkung indah di langit, sebagai tanda bahwa langit udah capek menangis dan udah waktunya buat menghibur makhluk-makhluk yang sempat terbawa suasana sendu selama hujan turun.
Namun, hari ini, hujan datang terlalu fajar.
Hujan mulai turun tepat ketika azan subuh berkumandang, makin deras saat terdengar ikamah, dan berangsur reda sebelum kak Doyoung pulang dari masjid buat melaksanakan salat subuh berjamaah. Gue menyibakkan tirai di jendela, melongok ke luar sementara rintik hujan masih turun sedikit demi sedikit. Hari udah terlalu pagi buat bulan dan bintang tetap terjaga, tapi terlalu dini buat matahari memunculkan dirinya. Akhirnya, yang gue lakukan cuma menatap langit yang gelap tanpa konstelasi bintang sambil menunggu terang dengan harap-harap pelangi bakalan muncul secara mendadak di balik gedung-gedung pencakar langit di luar sana.
Pintu kunci otomatis apartemen berbunyi ketika gue mulai menyeret langkah keluar kamar, membuat gue tanpa sengaja berhenti di ruang tamu. Enggak butuh waktu lama buat menemukan orang yang membuka pintu karena beberapa detik berikutnya, kak Doyoung menyembul dari balik pintu dengan sarung cokelat kombinasi oranye yang masih terlilit rapi di pinggangnya.
"Assalamu'alaikum." Kak Doyoung menutup pintu sambil melepas pecinya.
"Wa'alaikumussalam."
Gue melihat bajunya basah di bagian pundak dan punggungnya dengan area yang cukup lebar ketika kak Doyoung mulai masuk ke dalam ruang tamu. "Bajunya kok sampai basah begitu? Setahu saya, masjid ada di gedung yang sama dan enggak perlu sampai basah-basahan begitu."
Kak Doyoung menepuk-nepuk bagian lengannya yang ternyata juga basah. "Tadi selesai salat, waktu mau pulang, saya sempat ke tempat lain sebentar."
Kedua alis gue kontan menukik tajam. Ada rasa penasaran yang mulai menggelayuti gue, bertanya-tanya tentang alasan kenapa kak Doyoung ke luar apartemen sepagi ini sementara masjid yang dia kunjungi tadi letaknya lima lantai ke atas dari sini. Seharusnya, dia enggak perlu bersentuhan langsung dengan hujan karena akses bolak-balik sini masjid sama sekali enggak ada ruangan terbuka. Kecuali kalau dia jalan-jalan di balkon masjid yang enggak ada kanopinya sama sekali. Tapi kalaupun begitu, ngapain dia buang-buang waktu di sana?
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Scriptsweet ✔
Fanfiction[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Seandainya Jane memutuskan untuk menunda skripsi sampai tahun depan demi menghindari Doyoung, ceritanya mungkin tidak akan mengalir seperti ini. Start...