"Living and enduring if we're together, we can be a little happier." - NCT U, Without U
Tanpa harus menjadi seorang pluviophile alias maniak hujan yang ngga pernah absen menyambut aroma, senandung rintikan, dan dinginnya hujan sampai berjingkrak-jingkrak kegirangan-mungkin dalam makna konotasi, gue paham betul kalau hujan selalu punya cara tersendiri buat bikin gue merasa nyaman berada di dalam rumah.
Dan kata Abraham Maslow, rasa nyaman itu masuk ke dalam salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Itulah kenapa gue selalu memposisikan diri ke dalam keadaan paling nyaman sebelum benar-benar menenggelamkan diri ke dalam kesibukan yang bisa mengancam kewarasan gue. Namun sayangnya, ngga semua orang paham sama pola pikir gue tentang penempatan rasa nyaman ini.
Salah satunya dia.
"Saya hitung sampai tiga. Kalau kamu masih ngga mau bangun dari tempat tidur, saya laporin kamu ke jurusan karena malas ngerjain skripsi dan susah disuruh bimbingan."
Gue yang semula memasang horizontal body battery-saving mode alias rebahan cantik sambil main hape, otomatis memutar badan gue cepat-cepat sampai posisi tengkurap. Senyaman itu, cuy, sampai bangun buat duduk aja gue ngga rela. Kayaknya tempat tidur ini harus direparasi dan diminimalisir kekuatan gravitasinya.
"Yaelah, Pak, saya udah ngebut nyelesaiin revisi selama tiga minggu aja masih mau dilaporin karena malas," keluh gue sambil menempelkan kepala ke tempat tidur. "Lagian kenapa harus bimbingan sekarang banget sih?"
"Saya ngga suka kalau kamu nunda-nunda pekerjaan."
"Bukannya nunda, tapi kan ini udah malem. Jadwal bimbingan reguler juga masih besok. Terus, mana ada mahasiswa yang bimbingan sama dosennya malem-malem begini."
Kak Doyoung menarik lengan gue dan menyeret gue buat bangun dari tempat tidur. "Ada, dan itu kamu."
Sekuat apapun gue menolak-namanya juga tenaga laki-laki hitungannya lebih kuat daripada perempuan, tetap aja gue tertarik paksa buat berdiri dan diseret sampai didudukkan di bangku depan meja kerja di dekat tempat tidur.
"Besok saya ada rapat di luar kantor seharian."
"So what?"
"Berarti saya ngga di kampus seharian."
"Terus kenapa kalo ngga di kampus seharian? Ngga ada pengaruhnya juga kan buat saya?" tanya gue memastikan.
Kak Doyoung mendorong kursi beroda yang gue duduki sampai gue dekat dengan meja di mana ada laptop gue di atasnya. "Ya kalo saya ngga di kampus, berarti saya ngga bisa ngasih bimbingan."
Gue mengerjap pelan. "Maksudnya, ini cuma bimbingan pengganti? Besok saya bisa bebas dari bimbingan reguler?" tanya gue, dan mungkin kedua mata gue udah berbinar-binar menatap kak Doyoung sambil menanti jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Scriptsweet ✔
Fanfic[TERBIT DI PENERBIT NARATAMA - SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN] [eduseries] Seandainya Jane memutuskan untuk menunda skripsi sampai tahun depan demi menghindari Doyoung, ceritanya mungkin tidak akan mengalir seperti ini. Start...