"Jeanca Atseira, jadi pacar gue, yuk!"
Upacara baru saja selesai. Anak perempuan yang sedari tadi ingin berbincang dengan sahabatnya itu langsung menoleh ke arah sumber suara.
Tepat di hadapannya. Di tengah lapangan sekolah yang mulai terik. Arlingga Gemilang. Nama lelaki itu. Dengan senyum penuh percaya diri menyatakan perasaannya kepada teman seangkatannya yang masih duduk di kelas 2 SMP.
"Lo siapa?" tanya Jeanca Atseira dengan tatapan keheranan dan menciptakan kerutan halus di dahinya.
Anak perempuan yang masuk jajaran most wanted SMP Franshine. Pertama karena prestasi dan yang kedua karena tampang dan kepribadiannya.
Bodoh. Seorang Lingga. Most wanted juga. Menyatakan perasaannya, kepada anak perempuan yang jelas saja tidak mengenalinya sama sekali. Tetapi, Lingga tau tentang perempuan itu.
"Weh! Selamat, Jeje nggak jomblo lagi dong!" seru anak lelaki di sebelah Jean. Tidak lama setelah itu, tepuk tangan dan sorakan yang sangat heboh dari seluruh penjuru sekolah yang lumayan mengganggu pendengarannya apalagi sekarang wajahnya sudah memerah menahan malu.
Setelah menatap Putra dengan kesal, Jean pun menjawab 'tawaran', iya, kalimat yang anak laki-laki itu katakan terdengar seperti tawaran di telinga Jean, bukan ungkapan perasaan.
"Maaf, pertama, gue nggak kenal sama lo dan kedua tawaran lo, gue tolak. Makasih."
Setelah adegan dramatis di tengah lapangan tersebut terjadi, Lingga dipanggil ke ruang guru dan diberi hukuman. Sedangkan Jean yang tidak tau apa-apa harus ikut dihukum juga.
Kembali lagi ke persoalan menyatakan perasaan, bukan Lingga jika begitu saja melepaskan mangsanya. Dan percaya atau tidak, dalam hitungan dua bulan Lingga berhasil meluluhkan hati seorang Jean.
Jean yang mengungkit kejadian pada hari itu hanya bisa tertawa. "Parah, muka lo waktu nembak gue songong banget. Lo nembak tapi kayak nawarin gue makan. Ngakak parah!" Jean masih tidak bisa berhenti tertawa, Lingga hanya melihat tingkah perempuan di depannya. Bahagia.
"Asli, gue nggak percaya masih bisa bertahan sama lo. Suara kayak toa, malas mandi, banyak deh kejelekan lo," gantian sekarang Lingga yang tertawa.
Hari ini tanggal 10 Juli, setahun berlalu. Dan sekarang mereka sedang merayakan itu di salah satu toko es krim kesukaan Jean.
"Minggu depan udah masuk sekolah, kita udah jadi kakak kelas dong. Taruhan, yuk," kata Lingga dengan semangat.
Jean yang sedang sibuk dengan es krim di depannya kini menatap Lingga tidak mengerti. "Taruhan gimana, Ga? Jelasin coba."
"Mulai besok harus ngomong pake aku-kamu. Kalau ada yang keceplosan pake lo-gue bakal dapat hukuman. Gimana?"
"Hukumannya apa?" tanya Jean.
"Kalau gue keceplosan, gue bakal nambahin koleksi kaos kaki lo. Tapi, kalau lo yang keceplosan, lo harus bawain gue bekal. Masakan nggak jelas lo juga nggak apa-apa."
Sekarang Jean sedang berfikir. Sebelumnya, Lingga pernah menyuruhnya menggunakan aku-kamu tapi Jean tidak terbiasa. Dan merasa aneh.
Lingga mengulurkan tangannya sebagai pertanda kesepakatannya disetujui tapi sepertinya Jean belum setuju. "Jawaban gue pas hari pembagian kelas, kalau gue sekelas sama lo, gue bakal setuju. Kalau nggak sekelas, yah... batal. Oke?"
Lingga mengangguk dan Jean menyambut uluran tangan dari Lingga.
"Latihan aku-kamu, yuk," ajak Lingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Met Plezier
Teen FictionTentang seorang perempuan yang suka mengabadikan suatu kejadian dengan lensa kamera serta coretan di atas lembaran. Dan tentunya abad di ingatannya. Perempuan yang terlihat baik-baik saja namun hatinya sering dirundung duka. Dugaanmu salah. Semesta...