dertig

17 3 0
                                    

"Jeje... ada tamu nih."

Jean yang sedang berada di kamarnya langsung segera turun ke bawah. Meski kewalahan karena harus menuruni tangga.

Sesampainya di bawah, Jean langsung menuju ke ruang tamu. Jean pikir yang datang adalah Lingga atau Putra.

"Auriga?"

Garka langsung menoleh ke arah Jean. "Ankaa? Selamat menua."

Jean yang belum duduk langsung menatap kalender mini yang terletak di atas nakas. Ternyata 2 Januari. Jean sendiri lupa dan pantasan saja ponselnya sangat ramai.

Jean langsung duduk di sebelah Garka.

"Kapan pulang?"
"Baru aja. Kamu apa kabar?"
"Aku baik. Alhamdulillah. Kamu?"
"Baik. Setelah lihat kamu."
"Auriga! Gombal!"

Mereka terkekeh. Jessy datang dengan nampan yang membawa dua gelas sirup rasa melon. Dan beberapa potong kue bolu.

Jessy meletakkan minuman dan kue tersebut di atas meja. Setelah itu langsung menuju ke dapur.

"Tante Raline sama om Dimas udah di sini juga?"
"Belum. Masih di Bogor. Mungkin baliknya lusa."
"Lah? Terus kamu sendiri?"

Garka mengangguk dan mengambil sepotong kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Enak."

Jean tersenyum. "Habisin aja kalo enak."

Garka hanya mengangguk. Garka itu sangat tenang. Bahkan terlihat santuy sekali.

Hening. Di luar mulai hujan. Jean masih setia menatap hujan yang turun dan mengangkat kakinya setelah menggeser minumannya.

"Masih sakit?"

Garka yang sedari tadi memperhatikan tingkah Jean.

"Lumayan. Tapi kalo tangan udah nggak. Akhir februari mungkin baru gipsnya dibuka."

Garka menyerahkan kotak kecil berwarna krem kepada Jean. Dan dengan senang hati Jean membukanya. Kalung dengan cincin sebagai bandulnya. "Bagus banget...."

Setelah itu Jean berahli menatap surat kecil berwarna putih dan mulai membacanya.

2 Desember.

Teruntuk Jeje.

Selamat berkurang usia gadis manis. Sehat selalu dan lekas sembuh. Mungkin kalau hadiah ini telah sampai di tangamu, Oma sudah tidak ada. Maaf. Sebagai gantinya, suruh saja pembawa hadiah ini membuat puisi untuk Jeje.

Oh iya, ini cincin nikah Oma. Dijaga dan dipake, ya. Ini sangat berharga bagi Oma. Makanya Oma kasih kepada orang yang berharga juga. Sengaja Oma jadikan kalung karena Jeje lebih suka pake kalung.

Sekali lagi, selamat menua sayang.

With Love, Cathrine.

Jean meneteskan air matanya. Ternyata Cathrine sangat menyayanginya seperti keluarga sendiri.

Garka mengelus bahu Jean. "Hei! Don't cry. Please...."

Jean menarik napasnya dan menatap Garka. Lama. Sangat lama. Begitupula Garka masih setia menatap Jean juga. "Thank you, Ga."

Garka mengangguk dan membawa Jean ke dalam pelukannya. Gadis manis yang membuat omanya betah di rumah sakit. Padahal sebelumnya, omanya sangat tidak suka rumah sakit.

***

Hari ini Jean sudah diperbolehkan untuk masuk sekolah. Jean tidak memberitahu teman-temannya. Bermaksud untuk memberi kejutan.

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang