acht

34 4 0
                                    

Sekarang sudah masuk pekan kedua di bulan Agustus. Sebentar lagi akan diadakan Porseni (Pekan Olahraga dan Seni) dan artinya akan ada lomba menghias kelas.

Karena ini terakhir kalinya mereka menghias kelasnya di masa putih-biru. Mereka berencana untuk mengecat kelasnya.

Jean bertugas sebagai bendahara kali ini. Uang kas digunakan untuk membeli perlengkapan untuk menghias kelas. Seperti kertas karton, lem, cat dinding, tempelan-tempelan unik, pot bunga, benang wol, kertas minyak dan banyak lagi.

"Ayo, semangat!"

Jean, Gea, Helena dan Venus bertugas membuat mading kelas dan kotak saran. Della dan Lingga yang memang terkenal bisa menggambar mengambil ahli bagian dinding belakang kelas. Dinding tersebut dibagi dua. Lingga kebagian tugas melukis dinding bagian kanan dan Della bagian kiri.

Dan puncaknya pada tanggal 16 Agustus, mereka mulai menyelesaikan untuk membungkus meja di kelas dengan kertas kado dan melapisinya dengan plastik.

Kemudian memasang mading pada dinding sebelah kanan dekat pintu masuk. Dan terakhir kerja bakti membersihkan kelas.

"Capek astaga."

"Keren parah, cuy."

"Kalian luar biasa."

"Dinding belakang bisa di pake foto dong."

"Juara satu nih kita."

"Wagelaseh."

Dan banyak komentar lain. Setelah anak laki-laki yang bertugas membuang sampah dibelakang sekolah itu kembali, rapat pun dimulai. Mereka akan membahas tentang siapa yang mewakili kelasnya untuk lomba nanti.

"Nah, puisi, basket, sepak bola, makan kerupuk, catur, lari sarung, cerdas cermat, paku botol, tarik tambang, voli, membuat mading, melukis, speaking, mengetik cepat dan lain-lain, kan, sudah terpilih siapa yang akan mewakili kelas kita. Terus ada satu lomba yang mewajibkan semua harus ikut. Lomba kostum namanya, ada saran kostum?" tanya Jean.

"Kostum hantu aja."

"Liburan ke pantai."

"Dunia dongeng."

"Profesi."

"Geng motor."

"Olahraga."

"Zombie-zombie."

"Baju adat."

"Ada lagi? Kalau nggak ada kita mulai voting, ya."

Voting pun dimulai dan yang unggul adalah Profesi.

"Oke, rapat selesai. Saya selaku penanggung jawab kelas mengucapkan terimakasih atas partisipasi kalian semua. Soal menang kalah itu biasa dan yang terpenting adalah kebersamaan dan kekeluargaan kita. Saya Jean yang kalem beserta kru yang bertugas hari ini, pamit undur diri dari hadapan pemirsa. Kalian boleh pulang, jangan lupa besok menggunakan pakaian putih-biru, pakai atribut yang lengkap dan yang memiliki tugas pada hari esok, harap datang cepat. Terimakasih." Jean menghembuskan napasnya dan menjadikan buku tipis ditangannya sebagai alat pencipta angin. Gerah. Capek. Ngantuk.

Pukul setengah 10 malam, Jean baru bisa merebahkan tubuhnya. Dan terlelap begitu saja padahal Jean biasanya tidur larut malam.

***

Alarmnya berbunyi. Dia bangun lebih cepat. Sibuk memasak setelah itu menyimpannya di tempat makanan. Selanjutnya, mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.

Pagi ini, Jean datang lebih cepat. Menyimpan sebuah kotak berisi makanan di laci Lingga. Dan meninggalkan kertas juga di sana.

Hi-! Ini Jean. Dimakan, ya:) nggak tau rasanya gimana. Ada tempe tumis kecap, telur dadar sama kol goreng. Ini sebagai hukuman karena kemarin aku keceplosan.

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang