negen

28 4 1
                                    

"Allahu Akbar. Botak gue liat soal matematika. Untung hari terakhir," cerocos Chira sambil menyeruput jus melonnya.

"Nah, kan, bener banget! Asli nanti kalo masuk SMA, gue mau ambil jurusan Ips aja," kali ini Della yang sedang fokus pada kulit ayamnya.

"Gue sih Ipa. Mau jadi dokter gila kalian," sahut Gea.

Jean yang sedari tadi hanya diam akhirnya ikut berbicara. "Sama. Gue Ipa juga soalnya si Jef udah Ips."

"Je, temenin gue ke toilet, yuk." Chira berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah toilet bersama Jean yang mengekorinya.

Karena Jean berjalan sambil menunduk, segelas jus mangga tumpah di bajunya. Jus mangga, Jean jadi mengingat ayahnya.

"Eh, maaf, Nak. Saya nggak sengaja," Perempuan yang bisa jadi seumuran dengan mamanya itu baru saja ingin membersihkan seragam pramuka yang Jean kenakan dengan sapu tangan.

Jean menahan tangan perempuan itu untuk tidak menyentuh bajunya. "Nggak usah, Bu. Saya yang salah. Ohiya, ini gantinya. Permisi."

Jean berjalan menyusul Chira setelah meninggalkan uang dua puluh ribu rupiah di atas nampan perempuan tadi.

"Baju lo kenapa?" Chira baru saja saja keluar dari toilet.

"Nabrak pelanggan lain tadi."

Kali ini Jean memperhatikan tampilannya dan memutuskan untuk membuka baju pramukanya dan mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam dengan tulisan 'NIRVANA' berwarna kuning di tengah kaosnya.

"Eh, soal nabrak, gue tadi ketemu Lingga. Nggak sengaja nabrak juga pas mau masuk ke sini." Chira yang menatap mata Jean seakan mengatakan 'terus?' langsung melanjutkan perkataannya.

"Terus gue nanya sama siapa terus dia jawab lagi nunggu adiknya makan. Nggak nyambung bangetkan? Gue nanya siapa dia jawabnya seakan gue nanya lagi apa, lo berantem lagi?"

Jean yang baru saja selesai membasuh wajahnya sambil berpikir. "Nggak kok. Baek aja. Pulang yuk."

***

Terima rapor telah berlangsung tiga hari yang lalu. Dan sekarang Jean telah bangun dari tidurnya. Teman-temannya juga liburan di kampung masing-masing. Gea ke Palu. Chira ke Bogor. Della ke Bandung. Lingga menetap saja di Jakarta karena kampungnya memang di situ.

"Assalamu'alaikum Makassar!"

Kota kelahiran Jessy sekaligus asal kakeknya. Kali ini Jean sekeluarga menginap di salah satu hotel dekat Pantai Losari.

Jef baru saja masuk ke kamar Jean. Sepertinya habis lari pagi. "Astagfirullah... anak gadis baru bangun."

"Bang, bentar lagi udah kelas dua belas dong, udah ada pacar?" Jean melangkahkan kakinya dan duduk berhadapan dengan Jef.

"Pacar? Nggak ada. Dan nggak minat pacaran juga. Kamu sama Lingga gimana?"

"Ciee pake kamu, abis diceramahin sama ayah pasti," kata Jean langsung menyeruput es jeruk yang tersisa setengah di gelas Jef.

"Iya. Kamu juga harus pake aku-kamu. Jangan sama Lingga aja."

"Tapi cewek yang ngekorin Abang waktu itu siapa?"

"Oh itu, anak kepala sekolah. Anak Ips tujuh. Namanya Natasha kalo nggak salah," kata Jef sambil melihat pemandangan pantai di luar jendela.

"Risih nggak? By the way dia tau Abang punya adik nggak?"

"Risih. Dia ngaku-ngaku jadi pacar Abang. Masa dulu Fani temen sekelompok Abang disiramin cuka pas belajar bareng di kantin. Gila, kan? Ah, dia nggak tau Abang punya adek. Kenapa?"

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang