"Pagi, Je!"
Putra baru saja keluar dari rumahnya sambil membawa seragam paskibraka-nya yang sudah rapi.
"Pagi, Put. Widih, entar foto bareng, ya. Keren banget, gila!" seru Jean.
"Lo abis makan apaan, Je? Semangat banget muji gue. Eh, mau bareng nggak? Gue naik mobil sama ayah," tawar Putra dan Jean menyetujuinya.
Selama di perjalanan, Putra hanya tertawa mendengar jawaban Jean tentang apa perannya hari ini.
"Akting dan nyanyi lo harus bagus, paham?"
"Tanpa lo suruh, gue ngerti," ketus Jean.
"Maksud gue, lo nggak boleh malu-maluin gue," ucap Putra dengan nada yang berusaha dibuat serius.
"Lah, malu-maluin lo gimana?"
"Satu sekolahan pasti tau, lo deket banget sama gue, jadi udah gitu aja," jawab Putra asal-asalan sambil memalingkan wajahnya agar Jean tidak melihatnya yang sedang tersenyum malu-malu entah karena apa.
"Apasih, nggak jelas. Ayah, ini si Putra di buang aja di sungai," Baskara —Ayah Putra, hanya tertawa melihat tingkah kedua anak tersebut.
***
Sesampainya di sekolah, Putra dan Jean berpisah di depan gerbang. Jean menuju ke arah kelas IX-3. Karel menunggunya di sana.
Jean mencari keberadaan Karel dan menemukannya sedang duduk bermain gitar di pojokkan kelas dekat jendela.
"Karel! Sori, gue telat," kata Jean dan langsung duduk di depan Karel, "temen band lo yang lain kemana?" lanjut Jean sambil melihat sekelilingnya.
"Kita berdua aja. Masa lupa sih," katanya santai. Belum sempat Jean ingin menjawab, Karel menarik tangan Jean untuk menyuruhnya berganti kostum.
Dress hitam sampai di atas lutut kemudian dipadukan dengan jaket putih panjang ala-ala musim dingin milik Jessy dan memakai sepatu converse berwarna hitam.
"Gimana?" tanya Jean pada Karel.
"Bidadari turun ke bumi. Cantik," puji Karel.
"Balik ke kelas, yuk. Latihan."
Karel berjalan di sebelah Jean. Dan sesampainya di sana, justru pemandangan tidak mengenakan dihadapannya.
Stevani dan Lingga sedang tertawa bersama. Perfect.
Karel menarik tangan Jean melewati Stevani dan Lingga. Tatapannya sempat bertemu dengan Lingga.
Karel mulai memainkan gitarnya dan Jean mulai bernyanyi penuh penghayatan dari awal hingga akhir lagu. "Gila, bagus, Je! Sisa sepuluh menit. Kita di sini aja. Jangan kemana-mana. Ok?" Jean hanya mengangguk.
Tangannya sedikit dingin. Padahal, ini bukan penampilan pertamanya. Karel yang melihat tingkah Jean langsung saja memegangi kedua bahu Jean. "Liat gue."
Jean menatap Karel. "Kita pasti bisa tampilin yang terbaik. Gue percaya sama lo dan lo harus percaya sama gue. Oke?" Jean mengangguk dan Karel mengacak rambut Jean.
***
"Pagi semuanyaaaaaaa! Mana suaranya!!!!!!"
Semua murid mulai bersorak ketika murid laki-laki dan perempuan yang menjadi pemandu jalannya demo eskul hari ini mulai berseru, menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya, membuat kehebohan di seluruh penjuru sekolah.
"Wah!!! masih semangat rupanya."
"Harus dong, La. Kan, masih pagi, jangan lemas dong! Sheila, how are you?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Met Plezier
أدب المراهقينTentang seorang perempuan yang suka mengabadikan suatu kejadian dengan lensa kamera serta coretan di atas lembaran. Dan tentunya abad di ingatannya. Perempuan yang terlihat baik-baik saja namun hatinya sering dirundung duka. Dugaanmu salah. Semesta...