zeventien

28 5 0
                                    

Bunyi ketukan pintu dari luar mengahlikan perhatian Jean yang tadinya fokus ke televisi kini menatap Jessy.

"Buka sana pintunya. Mama lagi masak," teriak Jessy yang sedang sibuk mengaduk sup di pancinya. Jef sibuk dengan game-nya.

Jean melangkahkan kakinya dan membuka pintu. Matanya terbelalak. Jackson berada di depan pintu. Ayahnya yang tidak pernah dia jumpai dari bulan Maret sampai Juli. Dan sekarang sudah Agustus, Jackson baru pulang.

Jackson memeluk putri kecilnya dan mengucapkan maaf karena tidak pernah menghubunginya. Jean menangis dan terdengar sangat pilu. Jef dan Jessy menyusul ke ruang tamu.

Kaget juga. Karena Jackson tidak memberikan kabar jika akan segera pulang. Jackson memeluk Jessy. Sedangkan Jef menutup pagar dan membawa koper Jackson masuk kemudian menyalami Jackson.

***

Hening. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu di atas piring. Jean dengan mata bengkaknya. Jackson dengan wajah lelahnya. Jessy dengan wajah teduhnya serta Jef yang wajahnya biasa saja.

"Selama ini Ayah kemana aja?" tanya Jean yang sudah lebih dahulu menghabiskan makananya.

"Ayah sibuk. Waktu bulan Mei, Ayah harus ke Semarang dan baru bisa pulang sekarang," jawab Jackson dengan lancar.

"Kok, Ayah nggak ngehubungin aku? Ayah cuman hubungin Mama sama Abang," keluh Jean dengan nada yang sedikit gemetar.

"Ayah ganti nomer. Nomer lama Ayah mati karena lupa Ayah beliin pulsa." Jackson tetap tenang.

"Temenku liat Ayah di mall. Aku juga liat Ayah di pasar malam." Kalimat itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan dari Jean.

Jessy dan Jef memperhatikan gerak gerik Jackson dan juga ikut menunggu jawaban dari Jackson.

"Teman kamu dan kamu salah lihat. Ayah capek. Mau istirahat."

Jackson pergi begitu saja. Menyisahkan Jessy dan anak-anaknya yang saling beradu pandang.

***

Jean mengeluarkan buku catatannya, dia tidak terlalu biasa terbuka kepada orang lain kecuali kepada Putra tapi kali ini masalah keluarganya ingin dia simpan sendiri.

Di kamar. 08 agustus.

Hari ini ayah pulang. Aku senang karena lama tidak bertemu. Aku rindu. Tapi sayangnya, ayah jadi pendiam. Aneh. Ayahku kadang humoris tapi mendadak kikuk seperti menyembunyikan sesuatu.

Apakah ayahku berselingkuh? Iya seperti pilem ajab yang ku tonton, kebanyakan suami yang jauh dari istrinya pasti berselingkuh dan di akhir cerita, si suami mendapat ajab. Oh tidak. Ini hanya pikiran negatifku.

Ayahku mencintai mama. Iyakan? Aku yakin mereka saling mencintai. Tapi jika sampai pikiran negatifku terjadi hm aku harus apa? Sepertinya aku memilih tinggal di rumah eyang saja.

Semoga saja tidak ya. Ah kok aku jadi alay begini?

-Jeanca Atseira.

Jean menyimpan bukunya dan merebahkan tubuhnya. Rahasianya selama ini yang ikut les gitar sembunyi-sembunyi telah terbongkar.

Jessy sedih karena menurutnya Jean seperti takut hobinya tidak didukung oleh Jessy dan terlebih lagi Jean harus menabung uang sendiri dan itu membuat Jessy berpikir jika Jean merasa hidupnya tak terpenuhi.

Dan sebagai jalan tengah, Jean tetap les gitar dan Jessy yang membiayainya, dengan syarat prestasinya jangan sampai menurun hanya karena hobinya.

***

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang