vijftien

27 5 2
                                    

Alice. Gadis itu terlambat juga. Jean sangat terkejut melihat Alice bersekolah di sini. Alice juga terkejut melihat Jean. Dan saling bertatapan dengan mata yang berbinar seakan mengatakan : "Alhamdulillah gue gak dihukum sendiri."

"Kalian ngadep depan. Saya di depan kalian bukan di samping kalian," tegas Bahstian. Masih dengan suaranya yang besar.

"Kak, kita nggak tuli. Bisa nggak suaranya dipelanin dikit aja?"

Alice menatap Jean dengan tatapan ngeri. Sedangkan Bahstian hanya menatap Jean dengan tajam dan kembali acuh.

"Ini tusuk gigi. Pake ini buat tusuk daun kering. Pungut daunnya sampai seratus. Gak boleh kurang ataupun lebih. Paham?" tegas Bahstian.

Jean menatap Bahstian tidak percaya. Sedangkan Alice hanya menunduk.

"Apa kamu lihat-lihat? Mentang-mentang pacarnya Jef jadi saya takut? Tidak. Kamu kumpul daun sebanyak seratus lima puluh. Sekarang!" bentak Bahstian dengan lantang.

Dan tentu saja Jean ini gampang kaget dan tangannya langsung bergetar tetapi tetap melanjutkan hukumannya.

Air matanya lolos begitu saja saat tangannya masih bergetar dan membuatnya susah menusuk dedaunan dengan tusuk gigi. Rasa parno mulai menyerangnya.

Jef menghampirinya. Membungkus tangan Jean dan meniupnya. Pemandangan yang dramatis.

Bahstian kembali murka kemudian berteriak dengan nada yang lumayan tersulut emosi. "Jefrano!"

Jef menghiraukannya. Lagi pula mengospek bukan tugasnya, dia hanya menggantikan temannya yang memang sedang tidak bisa karena ada urusan lain dan untuk Jef sendiri, dia ingin menjaga Jean.

Jef berdiri dan merangkul Jean. Bahstian mendekat dan menatap Jef dengan tajam.

"Apa?" hanya itu yang keluar dari mulut Jef.

"Lo ngapain? Ngospek sana. Pacar lo nggak bakal digangguin, dia cuman di hukum," jelas Bahstian dengan ekspresi menahan amarah. Tangannya terkepal seakan bersiap menghajar Jef.

"Pacar? Ck," Jef terkekeh dan itu terdengar menyeramkan di telinga Jean, "Jeanca adek gue. Mau apa lo?" lanjut Jef. Jean kaget dan akhirnya semuanya terbongkar. Pasti Natasha akan gencar mendekati Jef lagi.

Bukan hanya Bahstian yang terkejut. Semua yang berada di sekitar lapangan juga ikut terkejut. Karena selama ini mereka mengira Jef dan Jean sepasang kekasih yang memiliki wajah yang hampir mirip. Muka jodoh kata mereka.

"Dan lo udah bentak dia yang lo anggap pacar gue? ck. Masalah lo sama gue bukan sama adek gue, ambil sana Natasha lo. Gue nggak minat sama sekali. Childish..." Jef menarik napasnya dalam-dalam, "dan untuk hukuman bodoh lo... di peraturan ospek jelas banget nggak ada hukuman idiot kayak gini. Yang ada cuman lari keliling lapangan lima putaran. Maksud lo apa?" lanjut Jef.

Bahstian diam. Dan untuk pertama kali Jef berbicara sebanyak itu. Jean mengusap punggung Jef untuk menenangkannya.

"Lo, sini." Jef memanggil Alice yang hanya diam saja.

"Lo sama Jean lari keliling lapangan lima putaran, ngerti?"

Jean dan Alice mengangguk dan mulai berlari. Bahstian masih diam di tempatnya dan menatap punggung Jef yang menggunakan almamater merah maron perlahan menjauh.

***

Para senior sedang sibuk membagikan makan siang untuk para murid baru. Senior perempuan yang tadinya sinis kepada Jean mendadak baik. Terlalu munafik menurut Jean.

"Je, buka mulut, gue suapin." Jean mengangguk dan membuka mulutnya. Putra menyuapinya seperti seorang ayah dan anak.

Gea, Chira, Della, Fazaira, Dio dan Karel sudah biasa dengan adegan ini. Tapi tidak dengan Jia, Gladys dan Alice yang langsung membulatkan matanya karena Putra menyuapi Jean dengan tangan.

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang