negenenveertig

24 4 4
                                    

Pangeran Tampan :
Sorry, gue nggak bisa jemput lo. Gue udah janjian sama Loren.

  Jeanca Atseira :
Oke. Hati-hati :)

Sebenarnya Jean sangat kesal karena Putra baru menghubunginya di saat bel masuk di sekolahnya akan berbunyi lima belas menit lagi.

Dobleh Bloon :
Lo dimana? Bunda Jum bentar lagi masuk.

Jeanca Atseira :
Masih di rumah. Gue udah mau otw.

Dobleh Bloon :
Naik apa? Cepetan.

Jeanca Atseira :
Bus. Nggak usah kangen. Rio udah ada?

Dobleh Bloon :
Belum ada. Dia pasti telat. Udah hobi dia tuh. Lu nggak bawa mobil atau motor gitu?

Jeanca Atseira :
Motor gue ada di rumah eyang. Kalau naik mobil pasti macet. Alhamdulillah. Gue dihukumnya kagak sendiri.

Dobleh Bloon :
Eh anjir. Bunda udah masok. Cepetan bego.

Jean memakai earphone-nya dan berjalan dengan santai ke halte bus. Jalanan macet dan bus selanjutnya akan datang pukul tujuh lewat dua puluh menit. Dan sekarang sudah pukul tujuh lewat sepuluh. Bunda Jum, si guru biologi pasti sudah mulai mengabsen.

Sepuluh menit kemudian bus pun datang dan perjalanan ke sekolahnya jika memakai bus akan memakan waktu selama lima belas menit. Jean sudah percaya diri jika di sudah pasti telat.

Jean turun dari bus dan gerbang sudah di tutup dan tak lama Rio pun datang.

"Tumben lo telat," kata Rio.
"Bodo. Yang jelas gue telatnya nggak sendiri."'
"Idih, cari temen buat dihukum bareng."
"Seratus buat Rio panglima angkatan gue."

Rio hanya menggelengkan kepalanya. Ternyata benar kata Dobleh. Jika Jean itu unik. Dan sedikit menyebalkan.

Pak Abdi sebenarnya ingin membukakan gerbang untuk Jean tetapi Jean bilang, "Nggak apa-apa, Pak. Sekali-sekali dihukum nggak masalah kok."

Bu Tukirah pun datang. Gerbang dibuka sedikit untuk Jean dan Rio masuk. Sebenarnya yang terlambat bukan hanya mereka berdua. Tadi ada beberapa orang, tetapi mereka memilih bolos dan lewat di tembok belakang sekolah.

Sebenarnya Rio bisa saja masuk dengan cara memanjat tembok belakang tetapi tidak jadi karena ingin menemani Jean dihukum. Hanya hormat pada bendera sampai jam istirahat.

"Capek? Kalau capek, lo duduk aja. Mumpung nggak ada guru," kata Rio.

"Nggak kok. Masih kuat. Nama lengkap lo siapa?"

Rio langsung menunjukkan name tag-nya kepada Jean. "Keterlaluan banget sekelas tapi nggak tau nama gue."

"Rio Aryandra. Ya... maaf. Nama lo bagus. Lo tau arti nama lo, nggak?" tanya Jean.

"Kagak tau. Yang gue tau, emak gue ngasih nama Rio karena suka banget sama animasi burung yang warna biru itu."

Jean langsung tertawa. "Eh, sumpah! Gue ngakak. Emak lo gokil parah. Eh tapi setau gue Aryandra itu artinya prajurit yg dihormati."

Rio kembali diam dan sepertinya tampak berpikir. "Oh... sekarang gue paham. Kayaknya emak gue pengen gue kayak bapak gue, deh."

"Emang bapak lo kenapa?"

Tatapan Rio lansung menjadi sendu. Jean langsung memegang bahu Rio. "Ri, are you okay?"

Sama seperti Jean. Rio berhenti hormat dan menatap Jean. Rio berdiri tepat dihadapan Jean. Ya, Rio sedang menghalangi wajah Jean dari sinar matahari yang mulai terik.

Met PlezierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang