"Naik bianglala, yuk!" Jean menarik tangan Lingga saat sudah sampai di gerbang pasar malam yang sangat ramai karena katanya ini hari pertama pasar malam ini buka.
"Kamu nggak laper?" Jean hanya menggelengkan kepalanya ketika ditanya oleh Lingga.
"Yaudah, ayok."
Jean berlari dengan semangat menembus keramaian, sampai Lingga harus terus menggenggam tangan Jean agar tidak berpisah dengannya.
Jeanca. Selain gadis yang ekspresif, ceroboh, cerewet dan pelupa, dia juga gadis yang sering terjatuh entah karena tersandung atau apapun itu.
Jean dan Lingga sudah berada di wahana bianglala. Dari atas sini, Jean dapat melihat manusia yang kecil seperti semut serta melihat lampu-lampu yang terang.
Jean memperhatikan seseorang di bawah sana. "Eh, itu Ayahku, ya?"
"Mana?" tanya Lingga yang juga ikut menengok ke bawah.
"Itu sana, yah ... udah pergi tapi dia lagi gendong anak perempuan," kata Jean lirih dengan wajah kecewanya.
"Kamu salah liat kali, mungkin efek kangen jadi gitu," ujar Lingga.
"Iya kali, ya. Hm, abis ini beli permen kapas ya?"
"Iya. Mau warna apa?"
"Warna biru aja," kata Jean cengegesan dan Lingga hanya tersenyum sambil mengacak rambut Jean.
***
"Kamu duduk di sini. Jangan kemana-mana, kalau ada yang gangguin, gunain suara toa kamu, oke?" Jean mengangguk dan Lingga pergi membeli permen kapas dan minuman.
Jean memainkan ponselnya sampai tak menyadari jika di bangku yang dia duduki ada orang lain juga. Tapi tetap saja Jean acuh.
Jean menghembuskan napasnya kasar. Selanjutnya jarinya menari di aplikasi Whatsapp.
Pangeran Tampan :
Mak lampir lo dimana?Jeanca Atseira :
Lagi di pasar malem. Kangen? Putra lo ngubah nama kontak lo ya?Pangeran Tampan :
Najis cuy. Besok lo ikut antar Reynalda ke bandara apa enggak? Hehe iya biar keren. Gua namain kontak lo Ratu Kalem padahal hoax banget.Jeanca Atseira :
Emang gue kalem. Makasih rakyatku. Ikut kok. Jam 8 kan?Pangeran Tampan :
Iya. Bareng gue yuk.Jeanca Atseira :
Boleh. Oh iya ada titipan dari oma juga.Pangeran Tampan :
Oke deh. Have fun ya.Jean mematikan ponselnya. Udara di sekitarnya terasa pengap. Dia menyimpan ponselnya di dalam tas kecilnya. Orang yang di sebelahnya sudah pergi entah sejak kapan.
Jean menoleh ke kiri dan kanan. Kemudian tatapannya berhenti pada buku kecil berwarna hitam dengan gambar bunga matahari. "Eh, ini, kan, buku gue, kok di sini?" Jean membuka buku tersebut dan benar ini buku rahasianya.
"Apa jangan-jangan si permen karet itu di sini?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Je? Ada yang gangguin?" Lingga baru saja datang dengan minuman dan permen kapas di tangannya.
"Nggak, kok. Duduk ayok." Jean menerima minuman dan kembang kapas dari Lingga.
Jean mencubit kembang kapas itu dan memasukannya dalam mulutnya. Cubitan ke dua untuk Lingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Met Plezier
Genç KurguTentang seorang perempuan yang suka mengabadikan suatu kejadian dengan lensa kamera serta coretan di atas lembaran. Dan tentunya abad di ingatannya. Perempuan yang terlihat baik-baik saja namun hatinya sering dirundung duka. Dugaanmu salah. Semesta...