At rumah sakit..
Tepat hari ini Jisoo melahirkan di rumah sakit yang berada di Seoul, ia sekarang sedang ditemani oleh ketiga sahabatnya dan Jimin.
Ia merasa sedih karena Seokjin tidak ada sisinya saat ia melahirkan, tetapi ia harus memaklumi ini karena suaminya itu sedang bekerja untuknya dan juga anaknya yang baru lahir ini.
Sebenarnya Seokjin udah meminta Jimin untuk menemani Jisoo karena ia tidak tega meninggalkan istrinya sendirian, meskipun ada ketiga sahabat Jisoo tetapi ia masih tetap khawatir karena bagaimanapun juga mereka itu perempuan jadi Seokjin menyuruh Jimin untuk menjaga istrinya
Karena hanya Jimin lah yang pekerjaannya tidak terlalu banyak. Bahkan Jungkook dan Taehyung pun sama sibuknya dengan Seokjin.
"Selamat anak anda perempuan, terlihat cantik seperti ibunya" ucap seorang perawat yang sedang menggendong anaknya itu.
"Terimakasih suster" Jisoo tersenyum lalu menggendong anaknya.
"Kalau begitu saya permisi dulu" pamig perawat itu.
"Ah iya silahkan"
"Jisoo eonnie anakmu sangat lucu dan cantik, aku jadi ingin cepat-cepat memiliki anak" kata Lisa sambil memandang anak Jisoo.
"Aku doa kan semoga kau dan Jungkook cepat-cepat mempunyai anak" ucap Jisoo tersenyum.
"Aah terimakasih eonnie ku"
"Akupun jadi tidak sabar menunggu anak kita lahir Jim" ujar Rose sambil mengusap lembut perutnya itu.
"Bukan hanya kau aku juga sama seperti mu tidak sabar menunggu anak kita lahir" Jimin tersenyum kearah Rose.
"Tapi apa Jin oppa sudah tahu anak kau lelaki atau perempuannya?" tanya Jennie.
"Sudah. Tadi aku sudah meneleponnya" jawab Jisoo.
"Syukurlah kalau begitu, takut nanti Jin oppa malah membelikan pakaian lelaki padahal anaknya perempuan" ucap Jennie tertawa.
"Tidak akan. Kan aku sudah memberitahunya" timpal Jisoo.
"Kalau kau tidak memberitahunya mungkin itu akan terjadi kali hahaha"
Saat mereka sedang mengobrol sambil sedikit bercanda Rose melihat kearah pintu yang terbuka sedikit ia awalnya terheran kenapa pintu itu bisa terbuka padahal anginnya saja tidak terlalu kencang.
Tapi kalau misalnya itu angin mana mungkin angin itu bisa membuka pintunya sedangkan pintu itu sangat susah dibukanya.
Mereka yang menyadari ekspresi Rose berubah langsung bertanya kenapa ia seperti itu.
"Sayang ada apa? Kenapa ekspresimu seperti itu?" tanya Jimin lembut.
"Iya Rose kenapa? Apa diantara kita ada yang salah berbicara ya sampai melukai hatimu?" tanya Jennie. Tetapi Rose menggeleng.
"Terus kau kenapa?"
"Lihat pintu itu"
Semua mata langsung tertuju kearah pintu yang Rose tunjuk. Itu pintu kamar ini.
"Ada apa dengan pintu itu?" tanya Jisoo.
"Bukankah agak aneh?" tanya Rose, tetapi matanya masih melihat kearah pintu itu.
"Aneh? Maksudmu aneh seperti apa?" tanya Lisa yang terlihat bingung.
"Jisoo eonnie pernah bilang ke kita kalo pintu itu susah sekali dibukanya jadi kita harus sekuat tenaga untuk membuka pintu itu" semuanya mengangguk bertanda menginyakan ucapan Rose.
"Terus kenapa kau bilang aneh? Bukankah itu sama sekali tidak aneh?" tanya Jennie yang semakin bingung dengan ucapan Rose.
"Sayang cepat katakan, ada yang aneh kenapa dengan pintu itu?" Jimin menatap Rose dengan tatapan bertanya.
"Tapi kenapa pintu itu tiba-tiba terbuka? Bukankah tadi perawat itu sudah menutupnya rapat-rapat. Terus kenapa pintu itu terbuka? Kalo misalkan itu angin, tidak mungkin. Disini tidak ada angin, meskipun kalo ada angin besar enggak mungkin angin itu bisa ngebuka pintu itu dengan gampangnya" jelas Rose, semuanya diam mencerna ucapan Rose tadi.
"Bukankah aku benar?" tanya Rose. Semuanya terlihat mengangguk bertanda bahwa mereka setuju dengan kata-kata Rose tadi.
"Jadi siapa yang membukanya? Kalau misalkan itu orang pasti kita tau karena pintu itu kalau dibuka akan menghasilkan suara" kata Jisoo.
Mereka saling pandang satu sama lain, suasana disana berubah menjadi mencekam.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
'MYSTERY S2'
Horror'MYSTERY Season 2' Dicerita ini mereka masing-masing sudah menikah dan setelah satu tahun yang lalu mereka sudah menyelesaikan misinya tetapi 'mereka' datang lagi. Tidak sama. Ini berbeda dari yang waktu itu. Setiap harinya mereka mendapat teror, a...