Halo!
Disinilah Naya sekarang bukan di atas kuda-kudaan atau duduk di pelaminan, tapi ia hanya duduk di sofa ruang tamu dengan Agan disampingnya. Jantung Naya masih berpacu cepat seolah ia baru saja lari dengan kecepatan 100km/jam karena di kejar tumang, anjing tetangganya. Ia sampai tidak sadar jika tatapan ibunya yang tadinya tajam tiba-tiba berubah jadi melembut sekarang. Telinganya seakan tuli dengan obrolan Agan dan orang tuanya. Entah apa yang mereka bahas. Naya merasa menjadi orang paling bodoh disana. Ia adalah pemeran utama tapi mengapa ia seolah tidak tau apa-apa? Hah?!
Berbagai pertanyaan muncul di otak Naya. Mengapa Agan tiba-tiba mengakui dirinya sebagai pacar? Didepan orang tua Naya pula. Sedangkan mereka saja bersama belum sampai 1 jam setelah 4 tahun lamanya mereka tidak bersua. Lalu kapan pria itu menyatakan cinta padanya? Apa saat Naya terjatuh di trotoar sehingga ia tidak mendengar pria itu mengungkapkan perasaannya? Tidak mungkin kan? Naya semakin dibuat bingung. Apa pria itu sedang mengerjainya sekarang?
"Jadi begini pak, tadi motornya Naya kena tilang pak. Karena dia tidak membawa STNK."
"Oh. Jadi motornya bagaimana, nak Afgan?"
"Sebenarnya saya tadi ingin membantu Naya pak. tapi sayangnya motor Naya sudah terlanjur dibawa ke kantor sebelum saya datang. Jadi mau tidak mau Naya harus sidang. Tapi bapak tenang saja, entar biar saya yang urus semuanya, pak," jelas Agan dengan tersenyum sopan. Naya membulatkan matanya tak percaya. Apa-apaan si Agan? Bukannya tadi dia yang memerintahkan Rian untuk menahan motornya?
"Iya gak papa kok, Nak Agan. Makasih ya, udah antar Naya pulang," ucap Bu Lia dengan nada suara lembut, selembut sutra. Naya menatap heran ibunya, mengapa harimau Sumatera itu tiba tiba berubah menjadi kucing anggora? astagfirullah, Naya tidak sopan!
"Sudah kewajiban saya sebagai pacar, Bu."
Water pak?!
Pacar? Naya tidak salah dengar kan? Ini orang dari tadi kenapa sih? Gadis itu benar benar bingung harus melakukan apa menghadapi situasi sekarang. Apalagi melihat perubahan tiba-tiba pada Agan. Apa mungkin pria itu tadi juga tersandung di tangga toko sandal hingga terpental di aspal? Lalu ia lupa ingatan dan mengira Naya adalah pacarnya?
Karena terlalu kalut dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Naya bahkan tidak sadar jika Agan sudah berdiri disampingnya untuk berpamitan pulang.
"Saya pulang dulu ya Pak, Bu?"
"Iya hati hati ya Nak Afgan."
"Naya?" Panggil Agan. Naya terkesiap dan bangkit dari duduknya cepat.
"Ah, ya?" Naya terlihat gugup.
"Aku pulang ya,'' ucap agan sambil mengusap rambut Naya pelan. Lutut Naya tiba tiba melemas ketika tangan pria itu menyentuh puncak kepalanya. Astaga, apa lagi ini Tuhan?
"Sekali lagi saya pamit Pak, Bu. Assalamualaikum," ucap Agan sambil mencium punggung tangan kedua orang tua Naya, kemudian melangkah keluar. Naya masih berdiri kaku ditempatnya seakan nyawanya sudah tidak ada di raganya. Bahkan ia juga tidak sadar ibunya sudah berdiri disampingnya dan menatapnya girang.
"Naya. Calon kamu ganteng, mirip Aliando syaraf. Polisi pula, mami suka kamu pinter banget sih milihnya."
Naya terkejut melihat ibunya yang tiba-tiba berada disampingnya. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran nya. Saat Naya akan berbicara ibunya sudah berlalu pergi dan meninggalkannya.
"Mami restuin kok Nay!" Teriak ibunya dari kejauhan.
Naya menghembus napasnya kasar lalu terduduk di sofa, kepalanya tiba pusing seperti habis berputar putar. Sebenarnya mengapa ia harus pusing begini? Ini bukan hal yang besar Naya! Santuy.. santuy...
"Ehrm." Dehem ayah Naya yang tengah melangkah didepan Naya dengan senyum merekah. Naya tau betul ayahnya itu pasti sedang mengejeknya karena ini pertama kali ia membawa pria kerumahnya. Sebagai pacar pula.
"Ehrm."
"Hem, ehrm, ehrmm."
"Ehrmmm." Dehem ayah Naya lagi, kali ini dengan senyum semakin lebar. Naya terkekeh geli. Ini ayahnya Naya kenapa sih? Keselek kaca spion mobil kah?
"Batuk Pak haji?"
****
Naya merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. Pikirannya masih saja semberaut walau ia sudah berendam di bathub hampir satu jam. Padahal biasanya ia akan merasa tenang jika sudah berendam. Ia pikir cara itu masih ampuh untuk meringankan kepalanya dari pikirannya tentang Agan. Ternyata tidak! Pria itu seperti sebuah lem yang tidak bisa lepas dari ingatannya. Naya merasa bingung sekaligus senang. Bayangkan saja ia diakui sebagai pacar oleh orang yang pernah dan masih disukainya. Mana mungkin Naya tidak berbunga-bunga?
disisi lain, Ana merasa bingung apa sebenarnya alasan pria itu tiba-tiba mengakui nya sebagai pacar? Apa Agan sedang mengerjainya saja? Membuat Naya kembali terbawa perasaan dan kembali jatuh cinta kepadanya sedalam-dalamnya? Naya tidak mau itu terjadi apalagi jika ia sudah tidak bisa hidup tanpa Agan dan pria itu malah pergi meninggalkannya dan mengatakan jika ia mengakui Naya sebagai pacar itu hanya sebatas candaan bagaimana?
Tidak! Naya tidak mau itu sampai terjadi. Ia akan pastikan ia tidak akan jatuh kedalam permainan Agan! Walau Naya sebenarnya bimbang. disisi lain dirinya berharap Agan serius mengakuinya sebagai pacar tapi disisi lain Naya juga takut jika Agan hanya mempermainkannya.
Arghhh Naya jadi pusing!
"Hoy! Napa lo?" Tanya seseorang di samping Naya sambil mengguncang tubuh Naya. Raka yang sedari tadi berbaring dengan posisi tengkurap di samping Naya menatap heran kakaknya yang hanya melamun dan diam seribu bahasa. Tidak seperti biasanya berkokok macam ayam. Yeh dikira Naya anaknya Jeje apa ya?
"Sejak kapan Lo disini?" tanya Naya baru menyadari kehadiran adiknya.
"Lah, gue kan disini dari tadi. Dari waktu lo abis mandi. Gue kesini mau balikin kunci motor lo."
Naya mengernyitkan dahinya heran. mengapa ia sama sekali tidak menyadari kehadiran adiknya itu. Ah, Agan benar-benar telah merenggut separuh konsentrasinya. Naya menatap Raka tajam, rasa kesal mendadak muncul. Jika saja Raka tidak memaksa meminjam motornya, masalah rumit seperti ini pasti tidak akan pernah terjadi.
"Lo beneran ditilang Nay?" Raka menahan tawa.
Rasa kesal Naya semakin menyeruak dari rongga dada, apalagi melihat wajah polos adiknya bertanya dengan tatapan tanpa dosa. Apa Raka sama sekali tidak merasa bersalah? Naya semakin gelap mata ketika menyaksikan adiknya itu tertawa tetbahak-bahak. Tanpa segan ia mencekik Raka hingga adiknya itu kesulitan bernapas.
"Eh jamal! gue kagak bisa napas!!" teriak Raka sambil berusaha melepaskan cegkraman tangan Naya dilehernya.
"Nama gue Naya bukan Jamal! Ini semua gara-gara lo tau gak? Seandainya lu gak mohon-mohon terus ngemis-ngemis buat minjam motor gue! Gue gak bakalan ditilang!" Ucap Naya sambil melepas cekikan nya.
"Yee.. gue kan gak tau juga kalo hari ini ada razia. Lagian salah lu juga malah bawa STNK sendiri bukan STNK mami."
"Gue kan lupa!"
"Elah nay, Sudahlah ini tuh udah takdir ilahi. Lu terima aja Napa?"
Naya menatap tajam adiknya yang masih memasang wajah songong tanpa bebannya. Jika saja Raka bukan adik kandung Naya dan dia cuma tumang anjing tetangganya. Mungkin sudah Naya masukin kotak trus buang ke ternak buaya. Tapi amat disayangkan Raka adalah seorang manusia dan berstatus sebagai adiknya pula.
"Naya Lo sekarang beneran punya pacar ya? Cieee... status jomblo dari lahir Lo udah kehapus dong Nay.''
"Lo keluar sekarang atau gue beneran cekik lo sampai koid Raka?"
"Oke oke gue keluar. Btw gue penasaran deh Nay cowok modelan gimana sih yang mau sama lo?" Raka tergelak.
"RAKA! KELUAR GAK?!"
Like dan komentar, share jika perlu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecantol Cinta PAKPOL!
RomanceFollow sbg uang parkir Bertemu dengan mantan? Ups... Ralat, mantan doi maksudnya. Tidak pernah Naya bayangkan sebelumnya, ia bisa kembali bertemu dengan Afgan Alfiandi Fahreza. Pemuda yang dulu pernah ia tembak saat SMA. Jangan berharap pertemuan...