Pencet dulu bintangnya sekalian follow author nya wkwk.
🍬🍬🍬
Jika sumpah sudah diikrarkan pantang bagi Ana untuk mengingkarinya. Termasuk janjinya untuk menikah sepuluh tahun setelah ia lulus SMA. Bertahun-tahun telah berlalu, kini genap 9 tahun ia hidup menyendiri dengan usia yang nyaris kepala tiga.
Entah karena ia memang benar-benar kekeuh untuk mewujudkan sumpahnya. Atau karena dirinya memang pada dasarnya tidak terlalu laku dipasaran, waallahualam. Intinya, Ana tidak akan menikah sebelum rekor menjomblo selama sepuluh tahun diraihnya. Setelah itu ia akan pasrah, mau dijodohkan ibunya dengan lelaki tua atau apa. Jika benar adanya, ia tinggal bunuh diri saja.
Omongan tetangga, desakan keluarga, dikatai perawan tua, sudah bukan hal yang asing lagi di telinga Ana. Ini sudah seperti makanan sehari-hari yang tak pernah absen ia telan. Jika tidak mendengar sehari saja ada orang-orang yang mengungkit tentang statusnya, percayalah, mungkin saat itu para manusia durjana itu tengah sibuk karena bumi sedang dilanda hujan berlian.
Dari yang tua sampai yang muda, dari yang SMA sampai yang belum terlalu lancar berbicara. Semua melontarkan pertanyaan yang sama, seakan memperjelas status nya sebagai wanita kematangan yang belum juga menikah.
Belum lagi tatapan hina saat ia pergi ke kondangan dari kedua mempelai. Lihatlah sekarang, bahkan teman dekatnya yang baru saja melaksanakan ijab Qabul mulai berlagak. Menatapnya dengan tatapan seakan dirinya berbeda kasta dan tidak selevel dengan mereka. Sialan!
"Tante Ana kapan nikah juga kaya kak lala?"
"Uhuk uhuk."
Setan!
Jika sudah mendapatkan serangan dadakan seperti ini Ana hanya bisa istighfar. Apa mungkin ini karma Ana pada om Raka? Huh, Harusnya ia siaga, ini tempat pasti rawan pertanyaan-pertanyaan horor sejenisnya. Lihat, bahkan bocah kecil usia 4 tahun seperti Sela, juga berani menanyakannya?
"Iya Ana, tuh liat sahabat kamu dua-duanya udah nikah, salsha aja audah anak dua, kamu nyusul nya kapan?" ucap Naya, ibu Ana mulai mengeluarkan kicauannya.
Nah kan kan kan?
"Nikah dulu mah, baru bikin anak," jawab Ana malas, memilih untuk melanjutkan maniup soto yang panas.
"Kak Ana, sebenarnya kenapa? Apa kakak sama sekali gak tertarik untuk menikah? Gimana kalau pulang dari sini, kita ke psikiater. Takutnya gangguan psikologis kak," kekeh Sonia. Yana hanya bisa menghembuskan napasnya sabar, sial! bahkan adik iparnya juga berani meledeknya?!
Apa Ana separah itu hingga kesehatan mentalnya dipertanyakan? Ana meradang, udah gak punya harga dirinya di depan keluarga. Memilih mendinginkan soto dengan teknik tiup-tiup, supaya reda panasnya. Kenapa sekarang telinga nya ikut panas?
"Aduh Ana, mama sudah malu dengar ocehan tetangga, dibilang kamu gak laku lah, udah nikah sama jin buat pesugihan lah, kamu gak malu?"
Pe-su-gi-han?! Ada-ada saja mulut tetangga! Tidak tau Ana banting tulang dari pagi sampai malam kerja, dibilang pesugihan? Sialan!
"Sabar omah, nanti tante Ana nikah kok omah," ujar Rio, bocah ompong berusia 10 tahun.
"Nikah sama kang siomay langganan nya. Jadi istri kedua haha!"
Meredam rasa kesal, Ana memilih diam. Daripada dia menjawab, dan bibir ibunya akan mengeluarkan kata-kata pedas yang membuat hati makin panas. Mending dirinya diam-diam saja. Tiup-tiup soto saja lah ala-ala ibu bidan yang lagi viral.
Ana melirik ke arah kedua mempelai, terlihat bahagia, tiap detik tiap menit kerjaannya cuma pamer kemesraan. Apa mereka tidak bisa sabar sedikit saja? Kemesraan jadi konsumsi publik seperti ini tidak baik, dimana hati nurani mereka? Apa mereka tidak memikirkan perasaan para jomblo yang melihatnya. Tidak berprikejombloan!
"Dilihat Mulu pengantin nya, pengen ya?" Ucap Zul, adik Ana yang baru saja nikah muda. Naya mendelik menatap tajam Zul yang terkekeh-kekeh sambil merangkul Sonia seenaknya. Ana memutar bola mata, sial! Lagi-lagi, ia harus melihat adegan-adegan tidak pantas terpampang jelas dan nyata.
For o, ketiga saudara Ana semuanya sudah menikah, hanya Ana yang sudah berumur namun belum naik pelaminan. Sebenarnya fakta ini cukup melukai harga dirinya sebagai kakak tertua. Tapi apa mau dikata.
Bisa kalian bayangkan, betapa tersiksanya Ana? Tiap hari di suguhi adegan uwuwu yeye dan semacamnya. Pernah saat awal-awal pernikahan adiknya ia memergoki adiknya dan istrinya sedang ciuman di dapur rumah mereka. Ana syok luar biasa! Bahkan saat itu ia sukses memecahkan gelas kaca. Bisa kalian bayangkan bagaimana rasanya jadi Ana?! Itu tidak terjadi sekali dua kali, Ana bahkan sekarang sudah terbiasa!
"Makanya kawin An, lu jangan-jangan gak suka laki ya?" Tuding Zul tak berperikemanusiaan. Tidak suka laki-laki katanya? Kalau Ana tidak suka laki-laki, sumpah seperti itu tidak akan pernah ia lontarkan. Justru karena kesukaan nya terhadap seorang lelakilah yang berhasil membuatnya tidak sanggup mencari lelaki lain dalam hidupnya. Ana bisa dikatakan sebagai bucin yang cukup profesional.
"Gak apa-apa ya kan An? Menikmati masa muda," ucap Agan, membuat Yana gembira karena merasa mendapatkan dukungan dari sang ayah.
"Masa muda yang mengenaskan maksud papah?" Ledek Zul, kemudian tertawa. Agan hanya tersenyum tipis menanggapi candaan putra bungsunya, mengabaikan Ana yang tengah mati-matiannya menahan kesal.
Sudahlah! Stok kesabaran Ana benar-benar habis tak bersisa. Keluarga nya ini benar-benar tidak punya hati dan perasaan! Ini harga diri Naya sudah di banting, diinjak, ditendang sampai guling-guling di tanah! Untung mentalnya, mental baja. Huh, Gini amat nasib Ana, sudah di asingkan teman-temannya, difitnah tetangga, di-bully keluarga pula! Andaikan saja sekarang masa kejombloan Yana sudah genap sepuluh tahun lamanya, ia pasti akan memilih mati saja! Dunia terlalu kejam untuk gadis rapuh seperti nya.
"An! Ayo foto!" Sebuah teriakan menyadarkan Ana, gadis itu menoleh. Disana kedua temannya sudah berkumpul bersiap untuk pemotretan. Ana segera bangkit, daripada ia makan soto dengan backsound berupa ocehan dari keluarga yang menyesakkan dada. Lebih baik ia foto-foto saja, siapa tau bisa upload di Instagram, terus doi liat kan?
"Cepet Ana! Mumpung anak gua anteng sama bapaknya." Teriak Salsha tidak sabar.
"Iya anjir sabar!" Naya mulai mempercepat langkahnya. Sedikit berlari, hingga saat menaiki tangga menuju pelaminan. Yana salah menginjak tangga, dan tubuhnya goyah.
"Aa!" Bulu kuduk Ana meremang ketika tubuhnya berada pada kemiringan 50 derajat. Ya Tuhan, itu dibawah keramik keras, bukan matras. Apa kabar batok kepala Naya kalau benar-benar mendarat di lantai dengan gaya punggung seperti ini? Gadis itu memejamkan mata, menunggu dengan pasrah kerusakan seperti apa yang akan menimpa tengkorak kepala nya.
Ana bisa merasakan sebuah tangan berada di pinggangnya ketika bokongnya nyaris menyentuh lantai. Ana membuka mata, merasa ngilu saat tubuhnya berputar dan dan terangkat kembali berdiri tegak.
Dengan posisi sedekat ini, Ana bisa melihat wajah orang yang menolongnya itu dengan sangat jelas, "hati-hati," ucap pemuda itu sambil melepaskan tangannya dari pinggang Ana. Tersenyum tipis, kemudian melangkah menjauh meninggalkan Ana yang masih terpana.
"Tapi ini belum 10 tahun," gumam Ana, menatap punggung pemuda itu dengan jantung berdebar, Ana memegang pipinya yang memanas. Ah, gantengnya calon imam Ana, hihihi.
🍬🍬🍬
"
Aku bertemu dengannya...
Dia tampan
Dia tampak lebih dewasa
Senyumnya terlihat manis, masih sama seperti dulu
Dan aku menyukainyaAkankah takdir mengaminkan doa ku dan membayar lunas penantian ku?
Tapi, bukankah ini belum saatnya?
"
Kamis, 31 Januari 2019
Agana Putri Alfiandi
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecantol Cinta PAKPOL!
RomanceFollow sbg uang parkir Bertemu dengan mantan? Ups... Ralat, mantan doi maksudnya. Tidak pernah Naya bayangkan sebelumnya, ia bisa kembali bertemu dengan Afgan Alfiandi Fahreza. Pemuda yang dulu pernah ia tembak saat SMA. Jangan berharap pertemuan...