halo!
Naya keluar dari restoran dengan langkah lebar dan sesekali menghentak-hentakkan kaki nya kasar. Wajah gadis itu sedikit memerah karena menahan amarah. Naya menoleh sekilas memastikan jika agan benar-benar tidak mengikutinya. Naya semakin murka ketika mendapati tidak ada siapa-siapa orang di belakangnya. Ternyata pria itu sama sekali tidak perduli dengan Naya. Uh Naya tuh gak bisa diginiin.
Ah, seharusnya dari awal Naya tidak berharap banyak pada Agan. Sepertinya karna mengetahui fakta. Dulu, Naya pernah menyukainya telah membuat pria itu besar kepala dan berani mempermainkan Naya. Naya mengacak rambutnya frustasi. Perasaan gadis itu sedang bercampur aduk saat ini. Naya benar-benar menjadi sangat sensitif.
Naya mulai bingung bagaimana cara ia pulang sekarang? Udah gak punya motor gak punya duit pula! Handpone saja ia tidak bawa. Apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin ia kembali ke restoran itu kemudian meminta Agan untuk mengantarnya pulang bukan? Bisa hancur harga diri Naya.
Naya merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Bukan tentang perasaanya terhadap Agan tapi seperti ada sesuatu yang mengganggu pada bawah perutnya dan rasa sedikit tidak nyaman. Seperti saat menstruasi. Apa jangan-jangan? Naya menolehkan kepalanya untuk menatap celananya. Gadis itu memejamkan matanya dan meringis tipis ketika melihat bercak merah di sana.
Naya semakin dibuat bingung, sekarang apa yang harus ia lakukan? Apa ia benar-benar harus mengorbankan harga dirinya? Berbalik dan meminta Agan untuk mengantarnya pulang? Tidak! Naya sudah terlanjur kesal pada pria itu. Mau dibawa kemana harga diri Naya? Ke rumah mang Ujang? Ogah ya. Kalo dibawa ke pelaminan Naya oke-oke aja.
Naya berfikir keras, bagaimana cara dia pulang dan bagaimana cara dia menyembunyikan bercak merah dicelananya dari orang-orang. Naya melangkah pelan di pinggir jalan, apa ia harus nekat pulang jalan kaki dengan jarak lebih 1 km ke rumahnya? Sepertinya tidak ada pilihan lain, huh. Baru beberapa langkah Naya berjalan seseorang menahan lengannya. Naya menoleh dan membalikkan badannya menghadap orang itu.
"Lo.." ucapan Naya terhenti kala pria itu tiba-tiba melepas jaketnya dan memasangkan pada pinggang Naya untuk menutup noda di celananya. Naya mengerjap cukup terkejut dengan perlakuan tiba tiba dari pria dihadapannya itu.
"Butuh tumpangan?" Tanya pria itu sambil tersenyum tipis.
"Rian, kok Lo ada disini?"
"Emang kenapa kalo gue ada disini?" tanya Rian sambil mengangkat sebelah alisnya. Naya hanya menatap pria dengan balutan seragam polisi itu datar. Tapi satu hal pertama yang dapat ditangkap oleh Naya ternyata Rian tidak sekaku Agan. Pria ramah itu menggunakan bahasa gaul dengan Naya, tidak seperti Agan yang selalu menggunakan embel-embel 'saya'. Dasar polisi kaku memang!
"Lo kok bisa kelayapan gini sih gak tugas apa?"
"Gue ada urusan dikit tadi. Jadi gimana? Lo butuh tumpangan gak?" Rian tersenyum tipis.
Naya menatap Rian dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah berpikir sejenak, akhirnya gadis itu pun menganggukkan kepalanya. Toh, Naya tidak dikasih pilihan lain lagi kan?
****
"Makasih tumpangannya, jaket nya gue pinjem dulu ntar gue cuci," ucap Naya Setelah ia turun dari motor Rian.
![](https://img.wattpad.com/cover/194963609-288-k154635.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecantol Cinta PAKPOL!
RomanceFollow sbg uang parkir Bertemu dengan mantan? Ups... Ralat, mantan doi maksudnya. Tidak pernah Naya bayangkan sebelumnya, ia bisa kembali bertemu dengan Afgan Alfiandi Fahreza. Pemuda yang dulu pernah ia tembak saat SMA. Jangan berharap pertemuan...