Halo!
Naya menyantap makanan nya dengan lahap, begitulah Naya jika sudah makan siapapun bisa terabaikan olehnya. Termasuk Agan, pria itu hanya bisa tercengang melihat cara makan Naya yang tidak ada feminim-feminimnya. Gadis itu juga sama sekali tidak mengajaknya berbicara karna ia terlalu fokus mengunyah nasi gorengnya seperti orang tidak makan sebulan saja.
"Pelan-pelan Naya," ucap Agan ketika ia melihat Naya menyuap nasi gorengnya sedangkan mulutnya masih terisi penuh. Naya hanya berdehem sebagai jawaban. Agan menggeleng pelan, gadis didepannya ini sebenarnya tidak pernah makan atau bagaimana?
"Eh anjir! Gue gak bawa dompet." Naya tiba-tiba menepuk jidatnya kasar.
"Tenang Naya, biar saya yang bayar."
"Serius?" ucap Naya dengan tatapan tak percaya.
"Iya."
"Seriusan, Gan?"
"Saya serius Naya."
"Lu bohong pasti kan?"
"Saya gak bohong."
"Bohong?!"
"Tidak."
"Bohong."
"Kamu bayar sendiri saja Nay, saya gak jadi bayarin kamu."
"Eh gak gak gue tadi bercanda, btw Lo kaku banget sih Gan, pake saya segala. Perasaan pas SMA lu gak gini-gini amat." Naya mulai mencari topik pembicaraan. Jelas saja ia mengatakan itu toh si Agan dulu femous dan punya banyak mantan. Playboy sih enggak, tapi cukup berpengalaman lah. Tidak macam Naya lah, jomblo karatan tapi banyak gebetan.
"Kaku-kaku gini pernah kamu sukai juga kan? Bahkan saya yakin sampe sekarang kamu masih suka sama saya."
Blush.
Ucapan Agan sukses membuat wajah Naya memerah. Tubuhnya membeku dan tak satu pun kata yang dapat terucap dari bibirnya. Naya hanya diam menikmati debaran jantungnya yang berpacu cepat. Hening tiba-tiba menguasai suasana. Tidak ada yang bersuara, mereka sama-sama melemparkan tatapan tak terbaca.
Agan tiba-tiba memutuskan kontak matanya dengan Naya lalu merogoh sakunya mengambil sebuah kertas berwarna merah muda. ia menyodorkan kertas itu di atas meja. Naya melirik kertas itu, lalu menatap Agan dengan tatapan tanya. Surat apa itu? Apa jangan-jangan surat cinta? Jantung Naya kembali berpacu cepat tanpa di perintah.
"Apa ini?"
"Buka saja."
Gak salah lagi! Ini pasti surat cinta! Pantas saja Agan mengajak Naya pagi-pagi makan ke restoran. Ternyata dia mau ngasih surprise dan nembak Naya dan meresmikan hubungan mereka toh. Ah Naya gak kuat! meleleh Dede Naya bang. Haduduh, Agan lucu banget sih, mau nembak aja pake surat segala kenapa gak langsung aja sih. Oh biar romantis kali ya? Hihi Naya kok tiba-tiba gemes sih sama Agan.
Dengan kegugupan yang merajalela Naya meraih kertas itu. Jantungnya semakin berpacu cepat, apa Agan benar-benar akan menyatakan cinta padanya? Dengan tangan sedikit bergetar Naya membuka kertas itu perlahan. Rahang bawahnya terasa jatuh ketika ia membaca kalimat pertama pada surat itu.
BUKTI PELANGGARAN LALU LINTAS JALAN TERTENTU
Apa ini SURAT TILANG??
Apa?! Mana surat cintanya? Mana? Ah Agan mengapa dia membuat debaran tidak normal pada jantung Naya terkesan sia-sia. Lalu apa? Dia jauh-jauh membawa Naya makan di restoran cuma untuk memberikan surat tilang. Yang benar saja?! Mengapa ia tidak memberikannya saat di rumah tadi saja?! Naya benar-benar tidak mengerti jalan pikir Agan.
"Kemarin saya lupa kasih kamu surat itu."
Naya menatap Agan dengan tatapan kesal. Ekspetasi Naya ternyata salah, apa Naya terlalu berharap banyak? Ia terlalu terbuai dengan perlakuan tiba-tiba Agan. Dan mengabaikan fakta nyata didepan mata bahwa pria itu sama sekali tidak menyukainya. Hati Naya sedikit berdenyut rasa kesal dan kecewa sudah bercampur menjadi satu disana.
Kening Naya berkerut heran, bukan karena surat itu tidak sesuai ekspetasinya. Tapi ia mengingat ketika kemarin motornya tiba-tiba ditahan. Mengapa tidak SIM nya saja yang ditahan? Aneh sekali. Tapi kenapa Naya baru sadar sekarang. Bodoh! Naya ingin menanyakan hal itu tapi perhatian nya tiba-tiba teralihkan oleh warna surat tilang ditangannya.
"Kok suratnya merah? Gue ngaku salah! Jadi kasih gue yang biru aja."
"Saya gak punya yang biru."
"Lu bohong kan? Mana mungkin gak ada? Cepat gue mau yang biru aja biar gak ribet! Gue malas sidang segala!"
"Gak ada Naya."
"Lu temen gue bukan sih? Tolongin gue Napa Gan?"
"Oke, saya tolongin kamu. Sidangnya hari ini jam 9 saya akan antar kamu kesana."
Naya menggeram kesal, bukan itu yang ia maksud. Argh, Agan ini bodoh atau bijimana? Atau pria itu sedang pura-pura bodoh sekarang? Naya sebenarnya tidak paham mengapa ia tiba-tiba kesal dan mempermasalahkan warna surat tilang itu. Toh mau di bank atau disidang tetap saja dia harus bayar. Tapi entah kenapa jauh di dalam lubuk hati Naya ada rasa tertahan yang sudah menggumpal. Seperti kecewa.
Naya bangkit dari kursinya sambil menatap tajam Agan, tak ada yang diucapkannya. 5 detik berikutnya gadis itu sudah beranjak dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata. Ia benar-benar kesal pada Agan mengapa pria itu tidak mengerti juga?! Apa Agan berniat mempermainkan Naya? Jika iya, Naya tidak akan memaafkan Agan. Naya melangkah dengan tergesa-gesa mengabaikan Agan yang sedari tadi memanggil namanya. Ketika ia sudah hampir mencapai pintu tiba-tiba tangan di tahan oleh seseorang.
"Lepas!" Ucap Naya sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Agan. Tapi sayangnya Naya terlalu lemah untuk melawan kekuatan seorang agan.
"Kamu kenapa Naya?" Mendengar kalimat tanya yang sudah jelas jawabannya itu membuat kepala Naya tiba-tiba memanas. Emosi tertahan di kepalanya kini terasa ingin meledak. Ia menghempaskan tangan Agan kasar.
"Ulang lo tanya apa?" Ucap Naya dengan suara dingin.
"Saya bilang kamu kenapa?"
Naya tertawa sinis
"Lo tanya gue kenapa? Lo sadar gak sih Gan? Lo udah permainkn gue! Lo tahan motor gue dan lo gak mau sama sekali bantuin gue padahal gue udah mohon mohon sama lo. Terus lo ngaku jadi pacar gue didepan orang tua gue untuk apa coba? Lo cuma mau buat gue baper kan? Cuma itu kan? dan sekarang pagi-pagi lo ngajak gue makan ke restoran cuma buat ngasih gue surat tilang?! Kenapa gak dirumah aja sih? Ngapain bawa gue ke sini kalo cuma buat ngasih itu? Lo udah ganggu tidur gue tau gak? Sekarang apa?! Gue minta bantuan lo buat ganti surat tilang lo gak mau juga? Mau Lo apa hah?! Lo mau mainin gue? Lo mau bikin gue kesel? Selamat lu sukses Gan!" Ucap Naya dengan emosi yang meluap-luap. Gadis itu benar benar Mengabaikan tatapan heran orang-orang disekitarnya. Bodo amat!
"Naya, saya.."
"Stop! Gue gak mau denger apa apa lagi. Gue udah kelewat kesal sama lo! Jangan tahan gue dan jangan ikutin gue! Gue gak mau ketemu sama lo lagi. Dan satu lagi, jangan pernah hubungin gue atau semacamnya!" Ucap Naya sambil berbalik membelakangi Agan. Tapi anehnya gadis itu masih diam tak bergerak seperti ada sesuatu yang dinantinya.
Tahan gue, gan. Ayo cepetan!
Naya berjalan satu langkah seakan memberi kode pada Agan untuk segera menahannya. Nihil, pria itu tidak bergerak dan hanya menatap Naya datar. Naya Melangkah lagi kali ini lebih pelan dari sebelumnya. Ia sempat melirik sekilas ke arah Agan dan di dapatinya pria itu masih diam ditempatnya. Naya menghentak-hentakan kakinya kesal kemudian beranjak dari sana dengan wajah masam.
"Dasar cowok gak peka!"
Agan mengerutkan dahi heran. Apa yang salah? bukankah tadi gadis itu melarangnya untuk menahannya?
Aneh.
Tinggalkan vote dan komentarmu, bagikan jika perlu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecantol Cinta PAKPOL!
RomanceFollow sbg uang parkir Bertemu dengan mantan? Ups... Ralat, mantan doi maksudnya. Tidak pernah Naya bayangkan sebelumnya, ia bisa kembali bertemu dengan Afgan Alfiandi Fahreza. Pemuda yang dulu pernah ia tembak saat SMA. Jangan berharap pertemuan...