Waktu menunjukkan pukul sembilan, setelah acara resepsi pernikahan selesai, mereka semua berkumpul dirumah Naya. Untuk merayakan kelancaran proses pelaksanaan pernikahan. Naya masih asik menyantap makanan di meja makan. Melahap semua makanan yang ada, tanpa sisa. Naya benar-benar lapar, seharian ia belum makan, karena terlalu sibuk menghadapi para tamu undangan.
"Pelan-pelan Nay," ucap Agan, Naya hanya berdehem pelan kemudian kembali melahap sepotong daging yang masih tinggal setengah.
"Kalian ada niat bulan madu? Kasih mamah sama mamih cucu dong." Tanya ibu Agan yang langsung diangguki ibu Naya.
"Yang gemoy, ya."
Naya tiba-tiba tersedak, Agan sigap langsung menyerahkan air putih pada gadis itu. Ana buru-buru menegak air putih, berusaha mengabaikan wajahnya yang tiba-tiba memerah, Naya menyudahi makannya. Ia teringat satu hal, hal yang seharusnya dirinya dan Agan segera lakukan.
"Ayo Gan." Naya menatap Agan lurus.
"Ayo, apaan?" Agan menatap Naya tak percaya, Ayo gimana ini maksudnya?
Semua orang terlihat terkejut melihat Naya, "lah, buat nya sekarang?" Tanya Raka polos.
"Lebih cepat lebih baik Rak, lu siap-siap aja dah, jagain ponakan." Jawab Sarwan santuy.
"Mantep, gak sabar gua, bikin yang lakik ye bang, biar bisa nemenin gua mabar epep."
"Aman," ucap Agan dengan kekehan gelinya.
"Ayo ke kamar!" Ana lagi-lagi memaksa, ia sudah tidak perduli dengan orang-orang disekitarnya. Agan terperangah, antara girang juga tak percaya. dirinya sih ayo-ayo saja. Tapi, demi apa Naya mengajak sekarang? Terang-terangan didepan keluarga? Wah, mental Naya ternyata mental baja!
"Emang lu mau ngapain sih Nay, buru-buru ke kamar." Yana mencomot bolu diatas meja sambil menatap Naya datar.
"Lah, bikin Dede gemoy lah sayang," ucap Rian sambil mencubit hidung Yana gemas.
"Paan sih lu?" Naya menepis tangan Rian, pemuda itu malah semakin gemas dan mengacak rambut Yana. "Argh jauhin tangan lu dari kepala gue!" Yana berteriak kesal. Rian terkekeh kecil kemudian menjauhkan tangannya.
"Semangat banget sih mbak Naya."
"cie Naya gak sabar," ucap Salsha nyengir kuda.
"Ayo, cepet!" Naya mengabaikan ejekan mereka, dan menyeret Agan menuju kamar. Tentu saja, dengan senang hati Agan mengekor. Dikasih yang enak-enak gak mungkin Agan nolak wkwk.
"Ayo yang, jadi gak sabar." Agan berujar dengan wajah sumringah.
"Semangat nak! Bikin cucu yang mirip kaya ayah." Ucap pak Adi dari kejauhan.
"Naya! Cucunya harus mirip papa!" Ucap pak Reza tidak mau kalah.
"Mirip saya aja pak, saya ganteng."
"Lalu, bapak pikir saya gak ganteng?"
"Ganteng, tapi masih gantengan saya."
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 10, tapi setiap orang masih asik berbincang dan menyantap makanan. Semua terlihat menikmati acara kecil-kecilan itu kecuali satu orang. Terlihat di pojok ruangan seorang gadis tengah mati-matian menahan emosinya.
"Bisa gak lo berhenti gangguin gue?" Yana melangkah cepat menjauhi pemuda dibelakangnya.
"Gak bisa, hehe." Rian tersenyum tipis sambil terus menyamai langkahnya dengan Yana. Yana mempercepat laju kakinya, berusaha menjaga jarak dari Rian. Hingga tanpa sengaja gadis itu terpeleset dan nyaris terjatuh pabila Rian tidak dengan sigap menahan pinggang nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecantol Cinta PAKPOL!
RomansaFollow sbg uang parkir Bertemu dengan mantan? Ups... Ralat, mantan doi maksudnya. Tidak pernah Naya bayangkan sebelumnya, ia bisa kembali bertemu dengan Afgan Alfiandi Fahreza. Pemuda yang dulu pernah ia tembak saat SMA. Jangan berharap pertemuan...