1 | Tilang

16.1K 1.2K 44
                                    

Halo!

       Anaya Fahira, gadis berambut ikal dengan wajah ringan natural tanpa make up itu tengah bersiap untuk pergi menuju sebuah mall. Dengan kulot biru muda di padu dengan kaos putih lengan pendek dan outher cream, gadis itu sudah siap pergi menggunakan motor matic kesayangan ibunya. Sebenarnya tidak mudah untuk bisa meminjam motor kesayangan ibu negaranya satu itu. Tapi berkat sogokan tas yang baru ia beli minggu lalu, Nyatanya mampu menggoyahkan keimanan dan pendirian kuat sang ibu.

Naya mulai melajukan motornya, segera bersiap pergi untuk menghabisi gaji keduanya. Walau harus menghadapi kendala motor dahulu dan mengorbankan tas barunya. Tak apa lah!

Tinggal sebagai putri sulung dari 2 bersaudara di keluarganya membuat Naya terbiasa untuk mengalah. Termasuk meminjamkan motornya kepada sang adik hingga mau tidakk mau ia harus meminjam motor kesayangan ibunya. Huh! Seandainya Naya bisa menyetir mobil pasti.. Ah sudahlah! memori 2 bulan yang lalu kembali terngiang diingatannya. Dimana, saat ia belajar menyetir dan menabrak tukang sayur karena menghindari seekor ayam yang linglung ingin menyebrang jalan. Mana nyebrang nya gak ngesein pula! Karena itu ia diomeli habis-habisan oleh ibu dan ayahnya.

Mengingat itu Naya menjadi kesal! Apalagi saat itu ia harus bertanggung jawab dan menggunakan gaji pertamanya Untuk mengganti kerugian tukang sayur dan lecet mobil ayahnya. Menyedihkan memang. Kuliah empat tahun susah-susah buat dapat kerja. Giliran udah kerja, Gaji pertamanya raib hanya karena seekor ayam? Ya Tuhan kurang menyedihkan apalagi hidup Naya?

Kalau saja itu ayam bukan punya Bang Jaenudin, sang kepala kelurahan. pasti ayam itu sudah Naya cincang. Naya semakin kesal, apalagi mengingat ekspresi jeje saat diamana ia meluluhlantakkan isi gerobak sayuran Mang Ujang. Ayam itu hanya menatap kejadian itu tanpa dosa.

Ayam sialan!

Ah Sudahlah lupakan saja perkara ayam.

Yang penting setelah ini Naya akan segera bersenang senang.

Yihaa!

Gadis pecinta warna navy itu kembali fokus mengendarai motornya dan melaju dengan kecepatan cukup santai. Bernyanyi dan Bersenandung kecil di balik helmnya dengan senyum merekah. Naya cukup bersemangat sekarang.

"Yeyeye... Black pink in your areahh... Yeyeyeeahh."

Naya mengulum senyum, bayangan sepatu yang diincarnya dua minggu yang lalu tiba tiba muncul di benaknya. Ah, sebentar lagi sepatu itu akan segera menjadi miliknya. Rasa tak sabar mulai merasuki diri Naya, ia mulai menaiki kecepatan motornya dan melaju di atas rata rata. Ia tidak perduli lagi apabila tiba tiba ada Jeje nyelonong lewat di depannya. Biar saja ia tabrak. Biar ayam sialan itu mati sekalian! Ia tidak perduli jika bang Jaenudin datang ke rumahnya untuk meminta pertanggung jawaban atas kematian Jeje. Atau bahkan melaporkan ke pihak yang berwajib atas kasus tabrak lari ayamnya. Ia tidak perduli!

Naya sudah keluar dari kompleks tempat dia tinggal dan mulai memasuki jalan raya. Naya menggerutu kesal ketika hal pertama yang menyambutnya adalah sedikit kemacetan. Ini akan memperlambat misinya untuk mendapatkan sepatu yang ia incar. Karena tidak sabar, ia mulai menyalip beberapa pengendara. Naya terlihat sangat handal dalam salip menyalip di jalan raya. Ia tersenyum senang ketika melihat tujuannya hampir sampai. Untung saja ia menggunakan motor, sehingga dengan body kecilnya ia dapat dengan mudah menyalip diantara dua mobil yang berhimpitan.

Pengendara yang dominan mobil mempermudah pergerakan Naya walau terkadang ia harus menunggu beberapa saat. Naya semakin melajukan motornya dan menyalip lagi tanpa perduli apa penyebab kemacetan tersebut. Tiba-tiba sebuah sedan hitam di depan Naya menghalangi motor Naya, sehingga gadis itu sama sekali tidak bisa bergerak. 10 menit berlalu, mobil itu belum juga bergerak. Naya tidak tau apa yang terjadi dan ia tidak perduli. Tapi Naya mulai kesal, macet semakin parah. Ia hendak berbalik arah namun tidak bisa, mobil dibelakangnya menghalangi pergerakannya.

Naya turun dari motornya. Mengapa perasaanya tiba tiba tidak enak ya? Matanya melihat seorang polisi beberapa meter didepannya. Ia mulai mengerti penyebab kemacetan itu. Razia. Huh, ternyata hanya sebuah razia. Ya, hanya razia! Bukan apa-apa kok. Naya mulai meraba-raba dan mengabsen satu persatu kelengkapan motornya.

HELM Naya siap, SIM ada, PLAT aman kok, kaca sepion lengkap, ban gak kempes, dada juga gak kempes, eh? STNK dan kawan-kawan? Tenang dan jangan khawatir pemirsah mereka sudah aman di dalam tas Naya. Bahkan nota pembayaran motornya pun masih ada. Lipstik? Udah pake kok buat spik-spik Pak Polantas. Gak ada yang ketinggalan kan? Tanpa Naya sadari mobil didepannya sudah berlalu dan sudah gilirannya untuk dirinya dirazia. Naya menatap penuh percaya diri polisi didepannya yang bisa dibilang cukup tampan.

"SIM nya mbak," ucap polisi itu tersenyum sopan. Naya menyerahkan SIM-nya dengan gaya santai.

"STNK?" Tanya polisi itu lagi. Naya tersenyum penuh kesombongan ia kembali menyerahkan STNK-nya dengan gaya songong nya. Polisi didepannya menyerengit heran membaca STNK milik Naya. Matanya berlabuh pada motor Naya lalu kembali ke STNK di tangannya.

"Mbak, saya razia."

"Sudah lah Pak, bapak mau razia hati saya kan? Gak apa-apa kok, saya ikhlas. Ikhlas banget malah, ambil aja gak usah bilang mau razia segala," ucap Naya percaya diri dan masih dengan gaya super songong nya.

"Maaf mbak, tapi STNK yang saya pegang sama merk motor yang mbak pakai beda," Ucap polisi itu sambil tersenyum tipis.

Naya menatap polisi tampan itu dengan tatapan bingung. Naya buru-buru meraih STNK dari tangan sang polisi. Beberapa menit berselang, gadis itu mulai panik saat menyadari STNK yang ia bawa ternyata miliknya sendiri, sedangkan sekarang ia sedang menggunakan motor ibunya.

Mom push!

Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bisa dicoret dari KK nama Naya jika ibunya sampai tau motor kesayangannya ditilang. Naya mulai memutar otak. Hingga sebuah ide gila muncul di otaknya. Naya mengibaskan rambutnya. Menatap polisi didepannya dengan tatapan seperti kucing melihat ikan. Ia melangkah mendekati polisi itu. Polisi itu mundur dan menatap Naya bingung. Hingga satu detik kemudian tawa polisi itu hampir meledak ketika melihat naya sudah berlutut didepannya.

"Pak.. Bapak polisi ganteng, tolongin saya dong, Pak. Ini motor ibu saya, nanti ibu saya bisa marah pak, kalo nama saya dicoret dari kartu keluarga gimana? Tolong Pak, lepasin saya," ucap Naya sambil menunduk dan menyatukan kedua tangannya. harga dirinya hancur sudah, biarlah, Naya sudah pasrah. Polisi itu tersenyum geli, tidak dapat dipungkiri gadis didepannya ini benar benar lucu. Baru saja ia memasang wajah sombong binti songonggnya tapi sekarang ia sudah berlutut memohon-mohon kepadanya.

"Tidak bisa, mbak," ucap nya. Naya mendongak.

"Tolonglah, Pak."

"Maaf mbak, tidak bisa."

"Tolonglah Pak, kalau nama saya dicoret dari KK Bapak mau tanggung jawab?"

"Ya sudah nanti mbak bikin KK bareng saya saja," canda pria itu disusul kekehan tertahan. Naya menatap polisi itu dengan sangat antusias. Apa idenya berhasil? Apakah itu barusan lampu hijau? Naya buru-buru bangkit dari duduk nya dan kembali berdiri tegap.

"Boleh ya pak?" ucap Naya dengan senyum merekah.

"Tidak," ucap seseorang disamping mereka.

Naya dan polisi tampan itu menoleh ke arah suara. Seseorang dengan seragam polisi tak kalah tampan dengan polisi didepan Naya tengah menatap mereka berdua datar. Naya mengerjap, ia mengenali pria itu? Mata Naya membulat, Apa dirinya tidak salah lihat?

"Agan?"

Berikan vote dan komentarmu, share jika perlu!



Kecantol Cinta PAKPOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang