9 | Rian?

6.3K 677 35
                                    

Waktu sudah menunjukkan plukul 16:30 dan Naya juga sudah selesai dari mandi cantiknya. Gadis itu sibuk menggosok-gosokkan rambut basahnya dengan menggunakan handuk kecil. Ia meraih sebuah novel, kemudian duduk di tepi jendela untuk membacanya.

Naya mulai membaca lembar per lembar novel yang dipegangnya itu. Tapi sayangnya ia sama sekali tidak paham dengan maksud dan jalan ceritanya. Pikirannya tidak diam di tempatnya melainkan sudah liar kesana kemari. Yang jelas Naya sekarang sedang tidak fokus.

Naya bangkit dari duduknya, lalu melempar novelnya itu di atas kasurnya. Ia mendecak frustasi. Fikirannya masih tetap tertuju pada satu objek yaitu AGAN. Sejak tiga hari yang lalu Naya tidak bisa berhenti memikirkan Agan, pria itu sudah seperti burung kecil yang berputar-putar di kepalanya.

Tingkat kehaluan Naya tentang Agan sudah bisa dikatakan mencapai stadium tiga. Ia bisa melihat pria itu dimana saja. Di mimpi, di piring, di gelas, di, centong, di tembok, di kloset pun ada. Pria itu sudah seperti lem yang melekat kuat di otak dan hati Naya. Cukup sudah, Naya lelah! Apa Naya harus mengirim chat untuk pria itu? Tidak dapat dipungkiri 3 hari tidak bertemu tanpa kabar tanpa pesan membuat Naya sedikit khawatir dan rindu.

Hiks.

Apalagi mengingat profesi pria itu yang cukup bisa di bilang kadang cukup membahayakan. Mengejar penjahat yang membawa senjata tajam dan sewaktu-waktu pasti akan melukainya. Kalau kejar kejar Naya sih gak apa-apa, ye kan? Tembak aja Naya sekalian, gak apa-apa, Naya ikhlas.

Naya meraih handphone nya. Dengan gerakan pelan ia membuka ruang pesannya dengan Agan 3 hari yang lalu. Argh! apa Naya harus mengirimnya pesan lagi? Tapi dengan alasan apa? Naya kan gengsi kalau ngirim pesan duluan! Apalagi gak ada yang penting. Tapi Naya pengen tau kabar Agan.

Hiks 2.

Naya menatap pesan terakhirnya dengan Agan dengan tatapan sendu. Pesan yang sangat singkat. Jadi, setelah melahap habis nasi goreng yang diberikan Agan, Naya langsung mengirimkan pria itu pesan hanya ucapan terima kasih dan diiyakan oleh pria itu. Itu saja.

Naya menghembuskan napas kasar. Tapi tiba tiba teringat tentang motor ibunya. Astaga! kemana saja ia selama ini mengapa ia sampai lupa hal sepenting itu.

Naya mulai mengetik pesan dan mengirimnya. Tidak ada balasan, hanya centang dua yang dapat Naya lihat. Ia kembali mengirim pesan, namun naasnya masih hal yang sama yang dilihatnya. Kesabaran Naya mulai habis, apalagi melihat status online Agan. dengan tergesa gesa Naya menelpon Nomor itu masih dengan via WhatsApp. Maklumlah, Naya kan gak punya pulsa, punyanya cuma kuota.

Tidak ada tanda-tanda penggilan Naya akan diangkat, karna ponsel gadis itu hanya terus ber-tut ria. Panggilan ketiga pun masih tidak ada jawaban, dan sepertinya tidak akan diangkat. Naya semakin kesal. Apalagi melihat centang biru sudah terpampang jelas disana. Tidak ada tulisan mengetik atau tanda-tanda Agan akan membalas pesan Naya. Yang ada status online Agan berubah menjadi angka-angka yang membuat Naya menjadi ingin melempar ponselnya.

Naya mulai berpikir, apa ia terlalu berlebihan dengan Agan kemarin sehingga pria itu marah padanya. Tapi kan Agan duluan yang mainin Naya jadi gak salah dong kalau Naya perlakukan dia seperti itu. Tapi mengapa Naya tiba-tiba merasa bersalah? Arghh Naya bisa gila! Naya bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari kamarnya ia butuh refresing sekarang!

Naya melangkah keluar dari rumahnya, tatapan matanya tertumpu pada sosok pemuda yang berada di halaman rumahnya. Naya membelalakkan matanya dan mulutnya menganga lebar. Bukan karena melihat pemuda itu joget dangdutan. Tidak! Pemuda itu sedang asik mencuci motor. Sebenarnya yang menjadi pusat perhatian Naya bukan pemuda yang tidak lain adalah adiknya itu. Melainkan motor bernuansa pink milik ibunya.

"Ini motor siapa?" Naya meraba-raba benda yang yang tengah dicuci oleh adiknya itu dengan tatapan tak percaya. Adiknya mengeriyitkan dahinya heran. Lah ini si Naya katarak atau bijimana?

"Motor nya bi Sukirnah," jawab Raka asal. Naya masih menatap motor itu dengan tatapan tak dapat diartikan.

"Tapi kok mirip motor mami ya?" Gadis itu masih cengo, dan menatap motor itu heran.

"Ini memang motor mami oon! saalloh, lo kenapa sih Saodah?"

"Lah kapan baliknya?!" Naya tidak menghiraukan namanya yang sudah diubah-ubah oleh adiknya. Yang ia pikirkan sekarang sekarang ini motor sudah ada tapi apa hubungan Naya dan Agan juga masih ada?

"Lah, kan laki Lo yang nganter? Emang lu gak tau?" Naya mengerjap, kapan pria itu mengembalikan motor itu mengapa ia tidak mengetahuinya?

"Lah kapan?" tanya Naya penasaran.

"Kan waktu dia nganter nasgor tiga hari yang lalu, Markonah."

"Seriusan?"

"Ya serius lah Sukijah!" Raka mulai kesal.

"Lu kok ganti-ganti nama gue mulu si..." Naya berhentibicara ketika melihat seorang pri berdiri tidak jauh dari tempatnya tengah tersenyum kepadanya. Pria itu mulai melangkah mendekati Naya.

"Hai Naya?" Sapa pria itu.


"Ngapain lo kesini?" Mata Naya menyipit, apa yang pria itu lakukan ke rumahnya.

"Siapa ya? Oh ini tukang sedot WC yang tadi mami telpon ya? Mas Sukirman kan?" Kali ini Raka ikut berbicara. Pria itu menatap pria didepannya dari atas sampai bawah.

"Bukan itu namanya dodol!"

"Sukijan?"

"Ya bukanlah."

"Suleman?"

"Bukan!"

Pria itu hanya menatap geli kedua kakak beradik itu sambil terkekeh pelan. Mereka berdua malah sibuk bertengkar dan mengabaikan kehadirannya.

"Salman ya? Etdah ini terlalu ganteng kalo buat tukang sedot WC selingkuhan lo ya, Nay?" Ucap Raka asal.

"Sembarangan! Namanya Rian dan dia bukan selingkuhan gue !" kesal Naya. Gadis itu melangkah meninggalkan Rian dan adiknya dengan perasaan jengkel. Ntahlah mungkin ini masih efek pmsnya sehingga membuat gadis itu menjadi kesal sendiri karena hal yang sama sekali tidak besar.

Rian mengikuti langkah Naya yang sudah mulai meninggalkan rumahnya. Gadis itu menghentak-hentakan kakinya kasar. Ntah kemana tujuannya perginya itu. Ia juga tidak tau. Atau ia ke rumah bang Jaenudin saja. Minta jadi istri kedua supaya dia gak galau lagi karena mikirin agan.

"Naya tunggu," ucap Rian sambil berusaha menyamakan langkahnya dengan Naya. Ini orang ngapain ngikutin Naya sih? kalo Agan kan gak apa-apa!

"Lo ngapain ke sini sih?" Ketus Naya Masih dengan langkah lebarnya.

"Gue nemuin lo karna gue mau ngomong sesuatu sama lo," Ucap Rian masih mengikuti langkah Naya. Naya menatap Rian datar.

"Sebenarnya dulu saat SMA, gue suka sama..."

"Naya?!" Panggil seorang pria dibelakang Naya dengan suara cukup lantang. Naya menolehkan kepalanya bersamaan dengan Rian. Gadis itu terpaku ditempatnya. Mata naya membulat, jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. Ia menatap pria itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. tak salah nampak kah?

Pria itu melangkah cepat mendekati Naya. Kemudian dengan sigap ia meraih pergelangan gadis itu lalu menyeretnya paksa. Naya menurut saja, mereka berdua meninggalkan Rian yang masih terpaku di tempatnya. Sedangkan Naya, gadis itu hanya bisa menatap punggung kokoh pria tampan didepannya dengan tatapan tanya.

"Agan, kita mau kemana?" Tanya Naya masih dengan jantung yang berdebar.

"Ke pelaminan."

Kecantol Cinta PAKPOL!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang