Yang lalu

249 27 4
                                    

Hatimu akan dipenuhi
amarah, ketika kekalahan
kau jadikan kegagalan.

__________

Samar-samar Belle membuka matanya, ia menatap di sekelilingnya.

Pening yang teramat itu yang ia rasakan di kepalanya.

Ceklek!

Pintu terbuka, sosok wanita paruh baya yang masih nampak awet muda. berjalan kearah brangkar tempat tidur Belle, raut wajah khawatir sangat kentara disana.

Ya, itu Mamanya.

"Sayang kamu udah sadar, ada yang sakit?" tanya Anita dengan penuh perhatian. dan cemas.

Belle memalingkan wajahnya ke samping, raut wajah tak sudi terpantri disana.

Hati Anita tercubit melihat reaksi anaknya, sebenci ini kah anaknya kepadanya?

"Bagaimana?" Sosok pria paruh baya dengan setelan jas mahal, tubuh yang masih tegap dan gagah. menuju kearah tempat istrinya berada. bahkan ia tak memalingkan wajahnya kearah sang anak yang tengah terbaring lemah dengan perban dikepalanya.

Anita sang Mama mengkode Putra untuk menanyakan kondisi sang putri.

Putra sedikit berdehem "Bagaimana kabar mu?"

"Papa buta?" jawabnya tengil.

Putra berusaha sabar menghadapi sang anak.

"Maksut Papa, bagaimana kabar mu setelah tidak tinggal dengan Mama Papa"

"Jelas sangat baik"

"Lalu apa kamu masih–?"

"Masih gila?" sela Belle memotong ucapan sang Papa.

Putra dan Anita tersentak diam, bibir mereka terkatup rapat. kalimat itu begitu telak.

"Nak.." suara Anita melirih.

"Untuk apa kalian disini, jangan sok peduli. bukannya kalian seneng anak yang kalian anggap gila ini menderita?!"

"JAGA UCAPAN MU INGGRIT!" tanpa sadar Putra membentak, ia turut emosi mendengar ucapan putrinya

"PAPA LUPA? AKU BUKAN INGGRIT, AKU BELLE! INGGRIT UDAH MATI. KALIAN YANG BIKIN INGGRIT MATI KALIAN PEMBUNUH! AKU BENCI KALIAN! AKU GAK GILA, KALIAN YANG GILA AKKHH!!!" Teriakan Belle tak terelakan.

Belle berteriak histeris mengungkapkan semuanya, Perasaan hampa itu datang kembali menikam dadanya. perasaan yang telah hinggap sekian lamanya, bersarang menjadi dendam dan dengki. Belle yang mencoba menutupi semua kehampaan yang ia rasa. kini kembali lagi, benteng pertahanan yang ia dirikan kini roboh.

Jantung Belle serasa diremas kuat, denyut nyeri membuat ia sulit mengontrol diri.

Anita menangis terisak-isak melihat betapa menderitanya sang putri yang ia telantarkan dulu, ia sangat-sangat menyesal.

Apa tak ada pengampunan untuk mereka?

Putra hanya diam dengan eskpresi tak terbaca, memandangi anaknya yang tengah meronta ronta tak karuan.

Tanpa sadar matanya turut berkaca-kaca, putrinya..

Beberapa dokter memasuki ruangan Belle dan menyuntikan obat penenang, rontaan Belle melemas, dan setelahnya ia pingsan.

"Bisa ikut kami, ada yang ingin saya jelaskan perihal putri kalian" jelas sang Dokter.

Sesaat mereka telah berada diruangan Dokter.

Pathetic18+ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang