Ada sesuatu yang aku rindukan,
entah itu kamu, kita, atau cerita
kemarin yang telah usai.______________
Kini Belle tengah diperjalanan menuju rumah nya dulu, ditemani Gio disamping nya. ia sengaja mengajak Gio untuk menopang dirinya disaat dia butuh.Ya, Mama Papa nya menyuruh, ah tidak. lebih tepatnya memaksa dirinya untuk sebentar saja berkunjung kesana, Gita akan kembali.
Dia benci ini.
Belle bisa saja menolaknya, namun untuk kali ini ia tak ingin menjadi pengecut dengan terus menghindar, ada Gionya.
Belle manatap wajah disamping nya, raut wajah serius itu membuat Belle terkekeh sendiri.
Gio yang tengah menyetir menoleh, lalu tersenyum. "Kenapa hm?"
"Kamu kok ganteng banget si" ucap ku sambil mengelus rahang kokoh itu.
"Aku gak tau harus gimana, Tuhan ngasih kutukan berupa kegantengan ini. jadi mau gak mau aku harus ikhlas" jawabnya terdengar lucu ditelinga.
Belle kembali terkekeh geli. "Kamu siap ketemu orang tua aku?" tanya ku.
"Kenapa harus gak siap? buat halalin kamu sekarang aja aku bisa" jawabnya dengan nada bercanda. hal itu benar benar tak bisa membuatku berhenti tersenyum.
"Kamu belajar dari mana kata kata gini?
"Internet"
"Hahahaha.." tawa kita pecah secara bersamaan.
****
Mobil yang dikendarai Gio telah sampai tepat di depan gerbang, rumah ini terlihat masih sama. namun bunga bunga yang biasa Mama rawat sendiri dulu, kini sudah tidak ada. digantikan tanaman gantung biasa.
Belle mengaitkan semua jarinya ke tangan besar milik Gio, Gio pun menggenggam tangan mungil itu dengan erat, seakan tak ingin terlepas.
"Ini Non Inggrit?" tanya satpam yang berjaga disana, dia pak Septo, satpam yang sudah bekerja dari aku kecil.
Belle mengangguk kecil berusaha tersenyum.
"Wah Bapak kangen banget sama Non, Rumah ini sepi gak ada Non Inggrit disini" ucapnya dengan raut wajah sedih.
Belle tersenyum, lalu memeluk pria baya itu. "Inggrit juga kangen sama Bapak.."
Gio yang melihat itu tersenyum, entahlah. setiap dekat dengan Belle, bawaan nya pengen senyum terus.
Setelah pelukan itu terlepas, "Non Gita sudah kembali dari tadi Non" ucap pak Septo pelan.
Belle terdiam, "Gapapa pak, saya kedalam dulu ya.." pamitnya.
"Ayo.."
Tokk tokk!!
Belle mengetuk pintu itu, di ketukan ketiga, pintu itu terbuka menampil kan sosok Mama nya yang tengah tersenyum ceria, ia rindu senyuman ini.
Belle terus mempertahankan wajah datar nya.
"Wahh, anak Mama udah dateng. Mama kangen sayang.." tanpa bisa dicegah, Anita sang Mama memeluk Belle dengan begitu erat.
Tubuh Belle menegang kaku. ini pertama kali nya ia dipeluk Mama nya. kenapa begitu nyaman?
"Sayang nya Mama.." gumam Anita.
Perlahan tapi pasti, Belle membalas pelukan itu dengan sama erat nya, matanya berkaca-kaca.
Putra, sang Papa yang tengah melihat adegan pelukan itu ikut tersenyum haru, ia ingin keluarganya kembali lengkap seperti dulu.
Matanya beralih ke arah Gio yang tengah tersenyum memandangi Belle, Putra sedikit terkejut. bagaimana ini?
"Eh ini siapa?" tanya Mama.
Belle berusaha tersenyum dengan baik, apa ini saat nya ia memperbaiki hubungan nya dengan keluarganya? Sebelum Belle menjawab..
"Saya Gio tante, saya teman nya Belle" terang Gio menyalami tangan Mama nya.
eh? teman?
"Gak usah malu malu, panggil tante Mama aja biar enak"
"Iya Ma"
"Sudah ayo masuk nak.."
Setelah sekian lama ia tak menginjak rumah ini. rasanya benar benar berbeda, tak banyak yang berubah. tapi terlihat sangat nyaman.
"Sayang" panggil Putra, sambil merentangkan tangan nya kearah Belle.
Belle menoleh, diam tak berkutik. bingung apa yang harus ia lakukan. pertemuan terakhir mereka yang buruk membuat Belle bimbang. Dia berjalan pelan kearah Papa nya, dan menubruk tubuh tegap itu dengan erat.
Air mata Belle tak terbendung lagi. ini pelukan yang selalu ia harap-harapkan selama ini. "Maafin Papa sayang" bisik Putra ditelinga Belle, hal itu semakin membuat Belle tak dapat menahan isakan tangis nya.
Putra memegang kedua pipi Belle dengan lembut, dan mencium kening itu berkali-kali.
"Maafin kesalahan kami selama ini, Papa Mama menyesal sayang. tolong beri kami kesempatan, jadi Inggrit kita kembali? Papa mohon.." pinta Papa sambil memegang kedua tangan mungil itu.
Belle melihat semua nya. Belle dapat melihat pancaran penyesalan dimata Papanya, apa dirinya bisa memaafkan mereka?
"A–aku Inggritnya Papa Mama hikss.." ucap Belle pelan, rasa yang membuncah di dada membuat ia benar benar tak bisa menahan tangis bahagia ini. ini yang ia mau selama ini, ini yang ia harapkan selama ini.
Putra dan Anita serempak memeluk Belle, memberi kecupan manis dikedua pipi nya.
"Maaf sayang kamu harus menunggu disini sebentar, Mama sama Papa mau ke bandara dulu" saut Mama tersenyum manis, sambil menghapus sisa air mata haru nya.
"Ngapain?"
"Tante sama Om mu bakal maen kesini. kamu tunggu disini sebentar ya, Gita masih diatas, sebentar lagi dia turun kok" jelas Anita sambil mengelus surai pirang putrinya.
"Papa Mama pergi dulu sayang"
Cup Cup
Jadi begini rasanya diperhatikan?
Sesaat mereka pergi..
***
"Gio"
Suara itu...
Aku menoleh menghadap Gita yang tengah berlari memeluk Gioku, aku diam mencoba mencerna semuanya. kulihat Gio juga ikut terkejut. apa maksutnya?
"Gio aku kangennn" ucap Gita terdengar menjijikan ditelingaku.
Dengan geram aku melangkah menuju tempat Gio berdiri, dengan sekali sentakan ku dorong tubuh Gita menjauh.
Tubuhnya terpanting jatuh kelantai.
"Akhh!.."
"Jangan coba coba deketin Gio!" ancam Belle.
"BELLE!" Suara Bentakan Gio menyadarkan ku.
Aku tak percaya ini, Gio membentak ku hanya karena perempuan ini?
Kulihat Gio terdiam dan wajah nya yang penuh keterkejutan.
"Maksutnya apa?" tanya Belle pelan.
"Aku pacar Gio" katanya.
"JANGAN MIMPI!"
"Gio, kamu kasih tau dia, kalo aku ini pacar kamu, biar dia ngerti"
"BOHONG!" Teriak Belle kesal.
"KAMU TANYA SAMA DIA, AKU SIAPA NYA? AKU PACAR NYA!!" Bentak Gita tak terima.
"GIO KAMU NGOMONG, KENAPA DIEM? BILANG SAMA AKU KALO DIA BOHONG?!"
"Itu semua bener"
Deg!
________________________________
Vote dan Coment kalian, penting untuk saya :)
Untuk para Siders, tolong hargai karya saya.
Tq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Teen FictionRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...