Bukankah kita hanya
sebatas senja dan daratan?
saling melihat tapi tak saling terikat.
saling menatap namun tak saling
menetap.___________
Belle berjalan pelan menyusuri trotoar jalan, rintik rintik hujan mulai membasahi tubuh Belle. Belle menangis dalam diam, air matanya bercampur dengan rintik hujan yang dingin, Bumi seakan turut menemaninya menangis.
Sudah cukup dia mengeluarkan bermili-mili air mata. namun tak bisa ia pungkiri, jujur ia rindu sosok Papanya, tapi apa ia bisa mendapatkan itu kembali?
Haha jangan mimpi Belle! batin nya menyadarkan.
Belle terus berjalan tanpa arah, hujan semakin mengguyur bumi dengan deras, tubuh Belle pun mulai gemetaran menahan dingin yang menusuk nusuk tulang.
"SELAIN GILA LO JUGA GOBLOK YA!" Bentak sosok Gio yang berada didalam mobil nya, dengan jendela mobilnya yang terbuka.
Belle menoleh, detik itu pula senyum Belle mengembang, Gio datang.
Gio menatap diam Belle yang tengah tersenyum dengan bibir gemetaran, ia tahu Belle sedang tidak baik saja, terlihat dari sembab di matanya, mata birunya cukup jeli melihat perbedaan dari wajah Belle.
"Masuk!"
Belle menggelengkan kepalanya, pertanda tak setuju.
"Masuk atau gue tabrak lo dari belakang!" ancam nya, entah terbiasa atau memang watak nya, Gio selalu mengancam untuk mendapat kan apa yang ia mau.
Belle yang mendengar itu, langsung berlari kearah samping jok samping tempat Gio duduk, ia tak ingin mati terlalu cepat.
Gio menaikan suhu hangat di dalam mobilnya, agar Belle tak kedinginan, eh? untuk apa juga ia peduli?
Seragam Belle benar benar basah kuyup membuat Gio tak tega.
"Lepas baju lo!"
Mata Belle melotot tak percaya
tug!
"Aw" ringis Belle akibat sentilan yang ia dapat di kening nya.
"Gak usah mikir macem-macem!" ujar Gio menatap tajam Belle.
"Tapi lo udah pernah macem-macemin gue"
"Eh"
Wajah Gio memerah, entah antara kepanasan atau malu ia tak tahu.
"Udah cepet buka!" ucapnya ketus, sangat ketus.
Belle membuka seragam nya, tak perlu khawatir kali ini dia memakai dalaman.
Gio membuka kaos nya dan memberikan kepada Belle, kini Gio bertelanjang dada memperlihat kan perut roti sobek dan tatto di bisepnya, Belle terdiam terpesona dengan badan tegab milik Gio, tangannya benar-benar gatal ingin menyentuh abs itu.
"WOY"
Belle tersadar, wajahnya memerah kali ini, sangat kentara. Belle manahan malu akibat tertangkap basah sedang memperhatikan tubuh Gio.
Salahkan saja Gio, kenapa bisa punya tubuh sebagus itu, pikirnya membenarkan.
"Terpesona eh?" ejeknya
Belle menggelengkan kepalanya cepat, membuatnya terlihat lucu, Gio terkekeh melihat tinggkah lucu Belle, Belle tersenyum malu mendengar kekehan Gio, sangat indah di dengar di telinga nya.
"Nih pake kaos gue, gue gamau lo sakit, kalo lo sakit Lian jadi ngamuk lagi"
"Lian?"
"Udah pake jangan banyak omong"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Teen FictionRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...