Papa!

252 22 2
                                    

Di sore yang mendung, sinar matahari yang meredup tertutup kabut awan-awan abu, pertanda akan turunnya sang hujan.

Disebuah Cafetaria, di ujung ruangan yang di tempati sosok perempuan dengan seragam SMA nya, dan didepan nya sosok paruh baya yang masih nampak gagah.

Ya itu Belle dan Papanya.

Sebetulnya Belle sangat malas bertemu dengan Papanya, tapi entah angin dari mana Papanya mengirim pesan kepada Belle untuk menemuinya di sebuah Cafe ini, tumben sekali pikir nya., tapi ia juga penasaran.

"Kenapa Papa nyuruh aku kesini, tolong jangan buang-buang waktu Belle, waktu Belle gal banyak" tanya Belle memecah kan keheningan.

"Inggri–"

"Belle!" potong Belle lugas.

Putra sang Papa menghela nafas berat, ini yang ia takut kan.

"Oke Belle, Papah minta tolong jangan berdekatan lagi dengan nak Gio, dia pacar Gita, Kakak kamu Belle"

Wajah Belle memerah seketika, darimana Papanya tau tentang dia dan Gio, enggak. Gio bukan milik siapapun. mungkin ini terdengar bodoh, tapi dirinya yang berhak ingin berdekatan dengan siapapun, tangan Belle terkepal kuat.

"JANGAN BOHONG!" jawab Belle penuh penekanan.

"Sayang, ini demi kebaikan kamu dan Gita, mengerti–"

"KENAPA? KENAPA SELALU AKU YANG HARUS MENGERTI PA! KENAPA SELALU AKU YANG HARUS NGALAH, KENAPA BUKAN GITA AJA?!" Bentak Belle sambil menggebrak meja dengan kuat, tak ada lagi sopan santun di sana. sudah cukup ia mengalah, kali ini ia akan mendapatkan apa yang ia mau dengan caranya sendiri.

"JAGA BICARAMU! DIMANA SOPAN SANTUN MU, PAPA GAK PERNAH NGAJARIN KAMU KURANG AJAR KAYAK GINI!" Bentak Putra tak kalah kuatnya, emosinya kembali terpancing.

Seketika Belle tertawa keras membuat sekitar nya menoleh kearah meja yang ditempati Belle. Putra hanya diam melihat Belle yang sedang tertawa dengan keras sambil memegangi perut nya.

Apa yang lucu?

Setelah tawa nya mereda, "Papa kapan ngajarin aku? Papa udah ngajarin aku apa? Papa gak inget? yang selalu dapet perhatian Papa selama ini cuma Gita.." jawab Belle sambil terus tertawa geli.

Putra terdiam, ia baru sadar. ia tak pernah mengajarkan apapun pada putri bungsunya, selama ini ia terlalu fokus kepada Gita anak tertuanya.

"Kenapa Pa? kenapa Papa bisa sesayang itu sama Gita, tapi sama Belle enggak? aku juga pengen di peluk Papa, di cium Papa, di sayang Papa. aku pengen Papa memperlakukan aku seperti Papa memperlakukan Gita! kenapa selalu Gita yang dapetin perhatian Papa? apa sebenernya aku bukan anak Papa?" suara Belle melirih.

Netra redup itu memancarkan kepedihan yang ia rasa selama ini.

Ia ingin Papanya tau, betapa menderitanya dia.

Putra diam tertegun, suara lirih itu cukup mampu menyayat hatinya.

"Udah cukup Papa buang-buang waktu Belle. jangan pernah temui atau ngehubungi Belle lagi, dan satu lagi. Papa gak ada hak buat ngatur ngatur hidup Belle!, Papa lupa? Papa sendiri yang bilang kalau Papa malu punya anak gila kaya Belle? jadi stop gangguin Belle, ah iya. Jangan pernah coba coba ambil Gio dari Belle, Belle gak akan segan segan buat ngancurin Papa mau pun Gita!"

Ujar Belle panjang lebar dengan wajah datarnya, setelah nya ia beranjak pergi tanpa menoleh sedikit pun.

Dua tahun yang lalu

"Pa, Ma, Inggrit mau dibawa kemana?"

"Sudah diam!" jawab sang Mama sambil menatap tajam kearah Belle, Belle diam menurut.

Saat sampai Belle melihat sekitar, banyak orang berlalu lalang disana, banyak orang berpaikan putih seperti dokter.

"Ini dimana?"

"Sudah ayo ikut"

Belle dibawa kesebuah ruangan tak terlalu besar tapi ada sebuah satu kasur dan lemari disana.

"Mulai sekarang kamu tinggal disini, ini tempat kamu! kamu itu gila! harus disembuh kan" ucap Putra dengan nada kesal.

"Tapi aku gak gila pa!" Belle berteriak tak terima.

"Kamu itu gila, suka menyakiti diri sendiri itu gila, kamu itu memiliki penyakit mental yang harus disembuh kan!!"

"TAPI AKU GAMAU TINGGAL DISINI!"

"Saya malu punya anak gila seperti kamu!"

deg

Belle langsung menangis meraung raung mendengar ucapan sang Papa, ia mencoba berlari namun tangan nya di tahan oleh seseorang yang tak ia kenal, Papa dan Mama nya pergi menjauh menulikan telinga, Belle berteriak histeris memanggil manggil papa mama nya.

"PAPA MAMA TOLONGG!!!" Teriak nya.

"PAPA MAMA AKU BENCI KALIAN! AKU GAK AKAN PERNAH MAAFIN KALIAN!"

deg.

Putra tersadar dari lamunan nya, kenapa ia bisa sejahat itu kepada anak nya? tanpa sadar Putra menetes kan air matanya, apakah selama ini putrinya menderita? Ia benar benar tak pantas disebut sebagai seorang ayah.

Putra menangis dalam diam membayangkan betapa menderitanya putrinya selama ini, betapa tak adil dirinya memperlakukan Belle selama ini, ia menyesal.

Ia Ayah yang buruk.

Tak adakah maaf untuk dirinya dan istrinya?

__________________________________

Staytuned.
tinggalkan jejak!
sider minggat!

Pathetic18+ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang