Teruntuk kamu yang
memaksa rasaku untuk berhenti
bersabarlah
sebentar lagi hati ini akan mati
dan kamu tak perlu lagi
melihat perjuangan
seseorang yang setia menanti.________
Hanya malam yang sepi dan sunyi yang selalu menemaninya, menerimanya, menganggapnya ada.
Belle, dulu gadis yang ceria dan aktif, kini benar benar berubah menjadi sosok yang buruk dimata semua orang. ini yang paling ia sayangkan, keluarganya sendiri yang membuatnya menjadi seperti ini. sosok menyedihkan yang haus akan kasih sayang. rasa hampa dan sepi terus mencekik kehidupan Belle, menghancurkan Belle secara perlahan, seakan ada luka menganga di hatinya, jelas perih rasanya.
Sakit
Sesak
Selalu itu yang ia rasa, tak ada yang benar benar menerimanya.
Belle tengah berada di balkon kamarnya berdiri dipagar pembatas, mengadah, menerawang semua yang telah terjadi di hidupnya.
Ia ingin memiliki hidup normal seperti orang kebanyakan, hanya itu harapannya.
"Apa kalian semua nunggu Belle mati?" gumamnya pelan.
"Gak ada yang mau lo mati, kecuali gue mungkin" suara bass itu membuat Belle menoleh seketika, ah ia lupa mengunci pintu.
Kenapa bukan Gio, pikirnya. eh?
"Ngapain lo kesini?!" tanya Belle dengan ketus.
Dia maju selangkah demi selangkah, tepat di hadapan Belle, Ia menyeringai. membuat Belle was-was, kegilaan apa lagi yang akan ia lakukan.
Yup, tebakan kalian benar, dia Lian.
Si monster yang arogan.
Tanpa tanda-tanda, tangan Alle menekan kedua pipi Belle dengan kuat, Belle mencoba melepaskan namun sia-sia, cengkramannya menguat, rahangnya benar-benar terasa ngilu sekarang.
"L-lepas.."
Alle terus menyeringai melihat ekspresi wajah Belle yang menahan sakit, sudah lama ia ingin bermain-main dengan perempuan di depannya ini, ini saat yang tepat.
Lian mendorong kuat tubuh Belle kebelakang, membuat tubuh kecil tersebut kehilangan keseimbangan dan berakhir jatuh dari pagar pembatas, Belle memejamkan matanya kuat, apakah ini akhir hidupnya?
Jika iya, ia akan sangat berterimakasih.
Tubuhnya melayang, siap menghantam aspal.
Brakkk!!
Lian melihat kebawah, senyumnya mengembang semakin tinggi melihat apa yang terjadi di bawah sana.
**
Bugh! Bugh!
Bugh!
Pukulan demi pukulan Lian terima, wajahnya sudah di penuhi oleh lebam-lebam, wajah tampannya kali ini babak belur yang di ciptakan oleh kedua tangan milik Gio.
"LO GILA!"
"Lo kenapa? Lo gak pernah ngurusin urusan gue sebelumnya Gio!" ujar Lian menatap tajam sahabatnya.
"Oh, atau lo udah mulai suka sama jalang itu"
Gio memberi tatapan membunuh "DIA BUKAN JALANG!" Gio membalas ucapan Lian dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.
Lian tertawa hambar "Ternyata bener, lo suka sama dia"
Gio diam tak menyahut, ia memikirkan perkataan Lian, apa benar dirinya mulai menaruh perasaan kepada Belle?
"Kalau gue bilang gue juga suka dia, apa yang bakal lo lakuin?"
Gio menoleh dengan cepat, memandang wajah sahabatnya seakan berkata lo becanda kan?
"Gak mungkin lo suka sama dia, kalo pun iya, lo gak akan nyakitin dia kayak tadi"
"Lo lupa? lo juga sering nyakitin dia?"
Skak mat
Gio terdiam kali ini, benar yang di katakan Lian.
Gio memandang sahabatnya dengan tajam "Gue gak ngebiarin lo dapetin Belle!"
Lian tertawa dengan keras, "Selain ngekhianatin gue, Lo juga udah ngelupain cewek itu?" tanya nya dengan nada meremehkan.
Rahang Gio mengerat mendengar itu, tanpa sepatah kata, Gio berlalu pergi dengan menahan amarahnya.
**
Samar samar Belle membuka matanya, mencoba mengetahui ia sedang ada dimana, saat menggerakan badannya, Belle meringis merasakan pinggangnya yang ngilu, rasanya seakan ingin patah, apa yang terjadi?
Ia mencoba mengingat ngingat semua kejadian, yang membuat dirinya harus berada di rumah sakit ini sekarang.
"Jangan banyak gerak"
Belle menatap lelaki di depan nya dengan sorot benci.
"Sakit ya?" tanya nya dengan nada mencemooh.
"Lo-
"DIEM!"
Lian maju melangkah menuju brangkar tempat dimana Belle berbaring. dia menatap tepat di manik coklat tersebut, tunggu. ada apa dengan jantungnya?
"Lo emang cowok brengsek! gue bisa aja nuntut lo atas apa yang uda lo lakuin ke gue!" ucap Belle dengan marah. berkali-kali ia masuk rumah sakit hanya karena masalah sepele.
"Bukannya lo emang pengen mati?" Lian terkekeh sinis melihat Belle yang terdiam.
"Gue pasti bakal bikin perhitungan sama lo monster!" desis Belle sengit.
"Dengan senang hati" Lian tertawa mengejek. Belle semakin geram dengan tingkahnya yang semakin hari semakin gila.
________________________________
Staytuned.
tinggalkan jejak!
sider minggat!

KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Novela JuvenilRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...