Di perjalanan pulang. Belle duduk sebentar di trotoar jalan akibat kelelahan. kakinya tak terbiasa berjalan jauh, membuat dia gampang kelelahan. apa boleh buat, padahal dengan pedenya tadi dia sok mau menikmati angin malam sambil berjalan-jalan.
Belle sedikit memijit betis kakinya, setelah dirasa cukup. ia berdiri dan melanjutkan perjalanannya, namun baru beberapa langkah berjalan..
Wuushhhh..
Motor melaju dengan begitu kencangnya membuat Belle terkejut, hingga dimana sate yang ia genggam ikut terlempar jatuh ke-aspal dengan tak berdaya.
Belle menganga tak percaya, Satenyaaaa...
Ketika Belle memutar tubuhnya, Motor dan Sipengendara itu telah hilang melesat entah kemana. lalu ini? Bagaimana dengan perutnya?
"SIAL!!" Teriak Belle mengumpat dengan lantang. ia benar-benar kesal. setelah berjalan jauh dan menahan lapar, kini perjuangannya berakhir sia-sia?
Perutnya benar-benar sudah melilit menahan lapar, setelah ini dia harus apa?
Belle kembali duduk dengan perasaan dongkol, menatap aspal dalam diam. seaindanya dia punya Mama, ah tidak maksutnya. seaindanya Mamanya menyayangi nya seperti ia menyayangi Gita, mungkin dia tidak akan seperti ini sekarang. ada masakan Mamanya, Mama yang menyuapinya.
Mata Belle Berkaca-kaca membayangkan betapa beruntungnya ia jika itu terjadi. namun sayang, itu hanya mimpi belaka.
Lihat, dia seperti bocah yang ditinggal ibunya sekarang.
Belle menenggelamkan kepalanya dilipatan tangan nya, meringkuk dan menangis seperti orang yang tak berdaya.
"Hiksss.. hiksss.." tanpa sadar tangis Belle sedikit mengeras, dia benar-benar lelah harus berpura-pura kuat didepan semua orang. ini lah dia, dia yang tak berdaya.
Tak berselang lama, Belle merasakan ada yang mengelus rambutnya, Belle mendongak melihat siapa yang berani memegang rambutnya.
Senyum itu..
"Laper ya hahahaaa..." ucapnya sambil terkekeh.
Padahal tidak ada yang lucu.
Seperti terhipnotis, tanpa sadar Belle ikut mengembangkan senyum nya.
Tangan itu kembali mengelus surai Belle dengan lembut, "Makan yuk?" tawar nya dengan wajah konyol.
Belle terkekeh, melupakan tangisnya.
"Apasih, tumben baik gini sama aku? kenapa ni hahahaa.."
"Gue jahat salah, gue baik salah juga. emang ya jadi cowok gak ada benernya.." keluh nya memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
Belle kembali terkekeh.
Alle. teman baru Belle, ya semenjak kejadian insiden di Apartemen Belle. Belle yang saat itu sedang ngambek berat akibat satu ciuman, mungkin kecupan lebih tepatnya.
Alle kelimpungan melihat Belle yang tak kunjung mau berhenti marah, akhirnya Belle memutuskan agar mereka berteman dan melupakan semua yang telah lalu, jika Alle setuju ia akan berhenti ngambek.
Dan ya, mau tak mau Alle mengiyakan. padahalkan dia maunya lebih.
eh?
Memang ya, yang dulu nya musuh bahkan sampai menyimpan dendam, kini justru berteman baik. takdir kadang selucu ini mempermainkan perasaan orang.
"Makan di Apartemen lo aja, kita Delivery. Lo bebas pesen apapun, gimana?" tawar Alle.
"YEAYY.." Sorak Belle begitu senangnya.
"Ayo!"
Entah sengaja atau tidak, Alle menggenggam tangan mungil itu, membuat Belle terdiam memandangi tangan nya yang tengah di genggam Alle.
Hatinya menghangat, satu teman, satu sahabat. bukankah itu kemajuan yang bagus?
Diperjalanan pulang pun, mereka bersendau gurau dan saling menceritakan hal-hal yang lucu.
Sesaat mereka telah sampai di gedung Apartemen Belle, Alle terus menggenggam tangan itu, seakan tak mau terlepas. kini mereka sedang berada di lift yang menuju lantai atas dimana tempat Belle tinggal.
Kebetulan didalam sana hanya ada mereka berdua, "Coba deh lo liat gue!" suruh Alle.
Belle menoleh menatap wajah tampan itu.
Alis Belle meruncing bingung.
"Lalu apa?"
"Mau ya?"
"Mau apa?"
"Cium.." ucap Alle dengan wajah yang memelas.
Mata Belle terbelalak kaget, "GAK MAU!"
Alle memasang wajah kecewa, namun sedetik kemudian. dia menangkup pipi Belle dan mencodong kan bibir nya kearah wajah Belle dengan cepat.
Mau tak mau Belle berteriak geli, serta memukul mukul tangan Alle agar dilepaskan.
"IHHH LEPASSSS ALLEEEE!!"
"GELI!!!"
"JAUH JAUH!!!!!"
Sedangkan Alle sudah ngakak melihat ekspresi Belle yang memasang wajah jijik.
Mereka tak sadar jika lift yang mereka naiki sudah mendarat di lantai atas.
Tingg..
Pintu lift terbuka.
Saat Belle keluar, matanya bertubrukan dengan netra biru tajam itu, Belle terdiam kaku.
"Gio k-kamu.."
Ada kobaran amarah dimatanya, terbukti dari rahang Gio yang mengeras, serta tangan nya yang terkepal kuat.
Mata tajam itu seolah menelanjangi Belle, menatapnya marah dan benci, Netra itu kembali bergulir kearah lelaki di belakang Belle.
Berbeda dengan Belle, Alle kini justru menyungging seringainya.
Tanpa berkata-kata, Gio memutar tubuhnya dan segera pergi dari sana.
"Gara gara kamu!" todong Belle mendelik kesal kearah Alle.
Setelah mengucapkan itu, Belle berlari mencoba mengejar Gio, dia tak ingin Gio salah paham atas apa yang baru saja terjadi.
Alle terus memandangi Belle yang tengah berlari mencoba mengejar sahabatnya, lalu ia tertawa hambar. ada denyut nyeri diulu hatinya.
"Jalang itu milik gue!, dan lo gak akan bisa ngambil dia Gio.." desisnya tajam menyimpan sejuta Obsesi.
_____________________________
Vote dan Coment kalian, penting untuk saya :)
Untuk para Siders, tolong hargai karya saya.
Tq.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Novela JuvenilRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...