Liandra yang lain

234 19 3
                                    

Jangan terlalu berlebihan,
cukup sekedar
namun tak pudar.

_________

21:40 PM

Belle mengerjap-ngerjapkan mata lentiknya, ia mengumpul kan semua kepingan ingatan yang telah ia alami.

Dari ia yang melabrak Lian, lalu Gio yang menjambaknya, hingga ia pingsan dan bertemu orang tuanya.

Ia mendengus kasar ketika mengingat tekanannya kambuh, hanya karena pria tua itu, untung nya ia mulai pandai mengendalikan diri.

Belle mencoba duduk dan melihat sekitar, ruang inapnya nampak kosong dan hanya ada dirinya.

Ia sendirian lagi.

Mungkin selamanya pikirnya.

"Oi"

Suara itu..

Dengan cepat Belle menoleh kearah samping tempat tidurnya.

Lian.

Bagaimana bisa ia masuk?

"Mau apa lo?" tanya Belle dengan wajah yang ia buat sedatar mungkin. dia sedang tak ada tenaga untuk berkelahi.

"Bunuh lo mungkin." jawab Lian dengan ekspresi serius. membuat mata Belle melotot tak percaya.

Lian yang melihat itu justru terkekeh, wajah konyol macam apa itu pikirnya ngakak.

Belle terdiam mengamati wajah tampan Lian yang sedang tertawa, ia tak yakin itu Lian. bagaimana mungkin dia bisa tertawa, kerjaannya kan hanya membuat susah dan kebiadabannya yang tiada batas.

"Ngapain lo ngeliatin gue, gue tau gue ganteng" ucapnya dengan begitu percaya diri.

Belle yang mendengar itu mempraktikan seakan sedang muntah, membuat Lian terkekeh kembali.

Kenapa dia jadi suka ketawa si batin Belle
terheran.

Selain biadab, dia juga narsis.

"Gue gak tau lo bakal selucu ini, mungkin kalo lo gak bikin masalah sama gue. lo udah gue jadiin pacar dari kemaren" ujar Lian sambil memainkan ujung rambut wavy Belle.

"Rambut lo lembut, nyalon dimana?"

"Mau lo apa?" tanya Belle kedua kalinya, ia muak berlama-lama dengan lelaki di sampingnya ini.

Diam.

Tiba-tiba Lian mengambil tangan Belle yang terinfus, mengelusnya pelan dan..

"Akhh s-sakit bodoh!" teriak Belle tertahan.

Lian mencabut jarum infus di tangan Belle dengan sekali tarikan, sedikit darah mengalir disana.

Denyut-denyut perih ia rasakan, semakin lama denyut itu berubah menjadi kenikmatan bagi Belle.

Lian terus memperhatikan raut wajah Belle yang menunjukan raut kesakitan dan– kenikmatan.

Kenikmatan ya?

Lian menyeringai, tangan yang masih ada di genggamannya, ia arahkan kearah mulutnya. Lian menghisap darah Belle dengan sensual, lidahnya yang basah menyentuh kulit tangan Belle tanpa rasa jijik.

Belle merasakan gelenyar aneh pada tubuhnya, perutnya tergelitik seakan ada banyak ribuan kupu-kupu disana, Belle memejamkan matanya menikmati permainan yang di ciptakan oleh rival nya ini.

"Stopp!" Bentak Belle terengah-engah.

Lian hanya diam menunjukan smirk andalannya.

"Enak?"

"CEPET NGOMONG MAU LO APA?!"

"Jauhin Gio!"

"Kenapa?"

"Gue cemburu"

"LO GILA HAH?!"

Lian tertawa lebih keras mendengar bentakan itu, ia sangat suka bermain-main dengan lawan nya.

"Untuk kali ini gue gak akan nyakitin lo, pantang buat gue nyakitin lawan gue yang kondisinya masih lemah kayak gini. Gio emang sialan! tapi lain kali, gue gak akan ngebiarin lo hidup dengan tenang sayang.." Lian berucap dengan raut wajah tak terbaca. ucapannya seperti sumpah. yang akan menjadi celaka untuk Belle.

Belle hanya diam tak bergeming mendengar itu.

**

3 Hari Belle dirawat di rumah sakit, itu perintah dari Papanya, ia menuruti itu dengan syarat untuk jangan pernah menemuinya lagi.

Kondisi kepalanya sudah membaik, hanya di beri plester untuk menutupi bekas jahitan di dahinya.
Kini ia tengah berjalan menyusuri koridor yang masih sepi, ya, Belle memilih berangkat lebih pagi untuk menghindari semua orang.

Belle memilih masuk keperpustakaan sekolah yang berada di ujung lorong, perpustakaan ini jarang dipakai oleh siswa siswi karena jaraknya yang jauh.

Belle masuk dengan kunci di tangannya yang ia minta kepada satpam sekolah.

Ia menjelajahi beberapa rak buku, memilih buku mana yang akan ia baca.

Buku sastra yang ia pilih, setelahnya ia memilih duduk dipojok ruangan dan mulai fokus membaca.

Brakk!

Dentuman suara keras mengejutkan Belle, Belle mencari cari berasal dari mana suara itu, ia berjalan panik kearah pintu, dan benar dugaan nya, pintu yang awalnya ia biar kan terbuka kini tertutup dan terkunci.

Belle mulai panik, keringat dingin mengalir keluar dari pori-porinya, ia takut.

"JANGAN MACAM MACAM!" teriak Belle membahana.

Ia merasa diawasi.

Ia merasa ada yang menatapnya tajam.

Jantungnya kini berdegub kencang.

Tenang Bel tenang batin Belle menginstruksi agar ia lebih tenang.

Tap Tap Tap

Suara langkah kaki seseorang di belakang nya makin membuat Belle gemetaran, ia tak berani berbalik badan dan melihat siapa itu, atau apa itu.

Belle mencoba memberanikan diri melirik kesamping, hanya ada bayangan seseorang.

bayangan?

Belle menghembuskan nafas lega, hantu tak memiliki bayangan kan?

Ia malu mengakui ini, ia sangat takut hantu dan hal yang berbau seperti itu.

Yang jadi pertanyaan, siapa sosok dibalik punggung nya?

Penjahat kah?

Atau perampok?

Oh, atau penculik?

Dengan sisa keberanian yang Belle miliki, Belle sedikit demi sedikit menggerak kan kepalanya untuk menoleh kesamping.

1

2

3

"Kyaaaaaa!!"

Lian terbahak-bahak setelah puas mengerjai Belle, ia bahkan mengeluarkan air mata ketika mengingat ekspresi Belle yang begitu aneh menurutnya. perutnya tergelitik hebat.

"STOP KETAWA, GAK LUCU BODOH!"

_________________________________

Staytuned
tinggalkan jejak!
sider minggat!

Pathetic18+ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang