Belle menatap lekat wajah nya di cermin toilet, beruntung toilet sedang sepi.
Belle terus berkaca, memperhatikan setiap detail wajahnya. apa yang kurang? apa dirinya kurang cantik? atau justru ia terlihat mengerikan?
Tidak.
Dirinya cantik.
Tapi kenapa?
Kenapa ia tak bisa mendapatkan apa yang ia mau? apa wajah ini tak cukup? lalu untuk apa ia terlahir berwajah seperti ini? apa ia perlu menghancur wajah menyedihkan ini terlebih dulu? mungkin iya.
Pikiran Belle mulai tak terkontrol dengan baik.
Dengan cepat Belle meraih cutter kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. menatap dalam benda tajam itu, sudah cukup lama ia tak menggunakan benda nakal ini.
Belle kembali menatap pantulan wajahnya, menyeringai setan, saat mendengar bisikan-bisikan jika dengan ini, Gio bisa akan terus menjadi miliknya.
Untuk kali ini ia hanya ingin Gio.
Gio Gio Gio Gio. nama itu terus terdengar membuat telinga Belle berdengung, tapi ia suka.
Belle mengarahkan cutter kecil tersebut kearah pipi mulusnya, namun belum sempat mengenai pipi Belle, seseorang mendobrak pintu toilet tersebut dengan keras.
Lelaki itu diam memperhatikan apa yang akan di lakukan Belle, Belle semakin melebarkan seringainya.
Sesaat benda itu menempel di pipinya, ia mulai menekan benda tersebut. belum lama ia menekan, lelaki itu maju dan merampas cutter tersebut, membuat telapak tangan besar itu tergores dan berdarah, membuktikan betapa tajamnya benda nakal milik Belle.
Belle menatap manik itu dengan muak.
Lian, nama itu benar-benar membuatnya sangat marah, selalu muncul tak terduga dan mengacaukan semuanya.
"Monster!" desis Belle sinis, matanya memerah.
Lian diam tak menyahut, namun di detik kemudian.
Plak!!
Lian menampar pipi tersebut dengan keras, membuat darah yang ada di tangannya, turut ikut membasahi pipi Belle.
Belle terhuyung kebelakang, rasa panas perih menjalar di area pipinya.
"Kurang?!"
"Sialan!"
Plak!!
Dengan tak berkemanusiaan, Lian kembali melayangkan tangannya kearah pipi kanan Belle, lengkap sudah. darah memenuhi wajah cantik Belle.
Belle terus meringis, merasakan betapa perih kedua pipinya kali ini.
"Gio bukan buat lo jalang! seharusnya lo sadar diri. lo terlalu mengerikan buat dia.. gue akui lo tahan banting. tapi sayangnya, Gio ngedeketin lo bukan karena dia suka sama lo! dia itu kasian sama hidup lo yang miris ini"
Jantung Belle bagai di remas-remas kuat, sakitnya bahkan melebihi tamparan tadi. tenggorokan Belle terasa tercekat, ia sulit bernafas dengan benar. terlalu sakit, kalimat tersebut terlalu menancap jauh di hatinya.
Apa ia semengerikan itu?
"Jangan mimpi perempuan sampah kayak lo bisa ngedapetin pangeran!"
Bibir Belle bergetar, matanya memerah disertai buliran air bening yang siap meluncur, tangisnya benar-benar tak dapat terbendung lagi. Belle menangis terisak-isak sambil berjongkok di pojok tembok toilet.
Jalang
Jalang
Jalang
Sebutan itu terus memporak poranda kepalanya, hatinya terasa ngilu, Belle menangis tak memperdulikan ia tengah di amati oleh Lian. Lian pun hanya diam memperhatikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Fiksi RemajaRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...