Kamu hanya
menjadikanku pilihan
bukan tujuan.________
Belle terus berlari mencoba mengejar langkah Gio. kini dia sedang di parkiran mencoba mencari dimana keberadaan Gio, mata bulatnya terus celingukan mencari sang empu.
Hingga dimana telinganya mendengar suara mesin mobil yang hendak laju, dengan cepat Belle berlari menghadang mobil yang memang ditumpangi Gio.
Ia merentangkan tangan nya, agar Gio mau memberhentikan mobil nya.
Tinn Tinn!!!
Klakson terus Gio tekan agar Belle pergi dari depan mobil nya.
Cukup lama Belle dengan posisi ini, dia memberanikan diri melangkah maju membuka pintu mobil disamping kemudi. duduk dan menatap wajah sangar itu, jujur ia ngeri.
"Gio k-"
"Keluar!" selanya dengan nada dingin.
"Tap-"
"Keluar!" desis Gio tanpa menatap lawan bicaranya, matanya terus memandang kedepan.
Belle diam tak bergeming.
Merasa terabaikan, Gio menoleh menatap tajam Belle, "LO BUDEK HA?!" Bentak Gio memukul dashboard mobilnya.
Hal itu jelas membuat Belle terkejut bukan main, matanya membola tak percaya. Belle menutup wajahnya dengan kedua tangannya. tenggorokan nya tercekat akibat menahan suara tangis, wajahnya benar benar memerah sekarang.
Gio melihat itu, ada rasa sedikit tak tega dihatinya.
"Hikss.." suara tangis itu meluncur begitu saja.
Gio menjadi serba salah sekarang, akhirnya dia memilih menahan egonya. dan mengangkat tubuh mungil itu keatas pangkuannya. "Ssttt.."
Tangan dingin itu meraih kedua pipi Belle, menghapus jejak air mata yang terus mengalir.
"Cengeng.." ujarnya dingin.
Belle tersenyum dengan air matanya yang sulit dihentikan.
Belle mengalungkan kedua tangannya di leher Gio, menenggelamkan seluruh wajahnya diceruk leher itu. aroma maskulin milik Gio benar-benar membuat nya sedikit lebih nyaman, ia suka.
Gio pun hanya diam membiarkan Belle melakukan apa yang ia mau.
"Bskfkwsbziwhs.." cicit Belle tak jelas.
Gio mengernyit bingung, "Apa?"
Belle hanya menggeleng terus bersandar di dada kokoh itu, rasanya benar benar nyaman pikirnya.
Gio mengulurkan tangannya untuk mengelus surai panjang milik Belle, perasaan nya benar-benar sulit dijelaskan. ia tak tahu rasa apa ini, rasa ini cukup membuatnya gelisah namun ia suka.
Dengkuran halus terdengar, rupanya Belle sudah terlelap. cepat sekali pikirnya, dengan sedikit kesusahan ia menggendong tubuh mungil itu.
Sampai dikamar yang ditempati Belle, Gio menidurankan tubuh itu dengan begitu pelan.
Tak lupa dengan kecupan hangat di kening itu.
Saat akan beranjak, "Gio.." suara sedikit serak itu mencoba mencegah Gio, Belle tak benar-benar tidur. Gio kembali duduk memandangi wajah itu dalam. "Temenin.." ucap Belle memasang wajah memohon.
"Iy-"
Drrttt...
Suara ponsel milik Gio berbunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Teen FictionRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...