"Belle!" Teriak Nina dengan suaranya yang cempreng, dia berlari menerjang tubuh Belle yang sedang duduk di brangkar.
Belle lupa memberitahu ini, dia dan Nina sudah berbaikan, dia meminta maaf atas sikapnya waktu itu, dan kabar gembiranya saat ini mereka menjalin persahabatan. dengan Nina yang mencoba mengerti semua tentang Belle.
"Ya ampun Bel, Nina khawatir tau pas denger kamu masuk rumah sakit lagi. dalam sebulan ini kamu udah berapa kali masuk rumah sakit sih! jangan bikin khawatir deh ah.." omelnya sambil bersedekap dada dengan lucu.
Belle tersenyum mendengar suara cempreng milik sahabat barunya ini.
"Kamu tau nggak Bel mas-"
"Brisik!"
Nina dan Belle serentak menoleh kearah pintu yang terbuka, menampilkan sosok Gio yang tengah bersandar disana.
Gio menatap tajam Nina yang tengah berdiri dengan gugup, belum ada yang pernah melototinya selama ini!
"E-eh Mm, A-aku mau ketoilet dulu ya, misi.." pamitnya dengan suara terbata-bata.
Setelah yakin Nina pergi, Gio menghampiri Belle dan memeluknya dengan cepat, Sikap aneh Gio membuat Belle bertanya-tanya, Gionya kenapa?
Eh, Gionya?
"Jangan pernah benci gue" gumam Gio pelan, namun Belle dapat mendengar nya dengan baik.
Belle merasa Gio sedang gelisa entah karena apa, ia mencoba menenang kan Gio dengan cara mengelus pelan lengang keras milik Gio. ia berharap dengan itu dapat mengurangi keresahan hati Gio.
"Kamu kenapa hm? coba cerita sama aku" bujuk Belle yang mencoba merayu agar Gio mau membagi cerita.
Gio menggeleng pelan, pertanda tak mau membahas itu, Belle mencoba memahami.
Mata biru itu menatap lama wajah pucat Belle, memperhatikan dengan seksama, mencoba fokus dan mengabaikan detak jantungnya yang memompa lebih keras tak seperti biasanya, ini yang ia takut kan selama ini. Belle masuk menghancurkan tembok pertahanannya, ia takut akan ada yang tersakiti nanti.
Belle perempuan yang bodoh, kenapa dia harus bertahan setelah apa yang ia lakukan, dan sial nya kenapa sahabatnya Lian juga menginginkan Belle.
Apakah dia harus mengalah?
Tapi apa ia sanggup?
"Kamu berantem sama Lian?" tanya Belle lembut.
"Dia nyakitin kamu" jawabnya singkat
Belle tersenyum teduh, mengelus rahang tegas itu dengan pelan "Aku gak pernah takut, ada kamu Gio"
Gio diam tak menjawab.
"Gio aku sayang sama kamu" lontar Belle tanpa beban, dia tak mau munafik, ia terlalu malas menampik kebenaran hatinya, ia ingin Gio segera tau.
Kalimat itu membuat Gio mematung, ia tak tahu harus senang atau justru sedih, Gio menghembuskan nafas kasar dam menjawab.
"Aku tau"
Senyum Belle luntur berganti ekspresi kecewa, bukan jawaban ini yang ia mau.
Gio menangkap semua eskpresi itu dengan baik, hati nya tercubit melihat binar mata yang mulai meredup itu.
"Aku juga" lanjutnya berusaha tersenyum.
Belle memekik senang dan langsung memeluk tubuh tegap itu dengan erat, tanpa sadar air matanya mengalir pelan, ia tahu Gio berbohong. ia terlalu peka dengan senyuman itu, Gio berbohong padanya!
Kenapa Gio? batin Belle bertanya, menyuarakan kekecewaan itu.
"Kamu nangis?"
"Eh, enggak. aku cuma terlalu seneng aja hehe"
Gio terdiam menyadari ada yang berbeda dari Belle, tawa hambarnya benar-benar seakan mengejek dirinya.
"Gio?"
"Hm?"
"Kamu tau, aku bisa mati kalo kamu ngebohongin aku?" lirih Belle pelan.
Gio tersenyum kaku mendengar itu. "Jangan mati" ucapnya dengan lembut.
Mereka tak tau jika sedari tadi, Lian sedang menyaksikan adegan tersebut. dia tertawa mencemooh dalam hati.
"Cih, drama picisan bikin gue sakit mata aja.." eluhnya memilih berlalu.
__________________________
Staytuned.
tinggalkan jejak!
sider minggat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic18+ (REVISI)
Teen FictionRank #1 Pathetic in 11 November 2019 Belle yang mempunyai penyakit mental, dan suka menyakiti dirinya sendiri untuk mendapatkan kepuasan. justru berurusan dengan lelaki berjiwa 'psyco' yang gemar menyakiti siapapun, Alle dan Gio. sepasang sahabat gi...