Taeyong tersenyum dalam hati memperhatikan Jisoo yang tengah melakukan pemotretan. Jisoo cantik ya? Batinnya. Satu saja yang kurang dari Jisoo menurut Taeyong: Jisoo bukan vampir. Dan hal tersebut otomatis mengeliminasi Jisoo dari kriteria idaman Taeyong.
Jisoo lahir sebagai makhluk pewaris genetik rendahan yang disebut manusia. Dan dalam silsilah di kamus kehidupan Taeyong, makhluk yang tidak memiliki kemampuan supranatural, berada di jajaran kasta terendah. Berbanding seratus delapan puluh derajat dengan Taeyong sang pewaris tahta tuan Lee Teuk, raja dari segala raja vampir: God vampir, pemilik gen terbaik dari semua mahkluk yang pernah lahir di dunia ini.
Taeyong jadi terkekeh kecil, ia agak tergelitik membayangkan apa jadinya ya kalau Taeyong mengatakannya tepat di depan muka Jisoo? Bagaimana kira-kira reaksi Jisoo kalau Taeyong memberitahunya tentang "masa lalu" yang membuat manusia akhirnya dilabeli sebagai produk ter-gagal sepanjang peradaban yang pernah ada? Oh, Taeyong tahu, mungkin Taeyong akan ditampar lagi seperti waktu itu. Lagipula Jisoo ngerti apa sih? Batin Taeyong.
Tapi, di satu sisi Taeyong yang masih merasa angkuh, dalam lubuk hati kecilnya ia merasa miris dan sesak. Memang predikat siapa yang terbaik itu tidak akan pernah bergeser dan tidak akan ada yang bisa menyangkalnya, tidak akan pernah ada yang menggantikannya, tapi.. sangat tidak disangka, dalam kurun waktu sekian ratus tahun saja keadaan bisa berbalik. Manusia sebagai pemilik gen rendahan bisa menguasai dunia, dan vampir sebagai penyandang gen terbaik nyaris punah. Hanya menyisakan dirinya dengan Johnny. Menyedihkan. Sangat sangat menyedihkan. Pikir Taeyong.
Taeyong jadi menghela napas, lalu mendesah. Menyebabkan uap dingin keluar dari hidung dan mulutnya, mengingat udara semakin dingin karena musim salju hampir mendekati periode pertengahan. Suhu tubuhnya memang tak bermasalah dengan dingin, toh Taeyong sudah terbiasa dengan suhu di bawah nol derajat, hanya dalam dirinya saja yang resah dan bergejolak tak nyaman. Ngomong-ngomong soal mengeliminasi, jiwa Taeyong sejujurnya tertampar, bisa-bisanya ia masih pilih-pilih sedangkan ia tahu vampir sudah tamat. Tidak ada lagi wanita vampir. Bahkan salah seorang vampir yang dicintainya... juga sudah mati. Lalu bagaimana caranya kalau Taeyong ingin bereproduksi? Taeyong seketika tertohok oleh pergulatan di dalam benaknya sendiri. Hatinya jadi sakit.
Sementara Taeyong sibuk membatin, sepasang mata tengah keheranan mendapati keberadaan Taeyong, terlalu cepat seribu tahun baginya untuk menemukannya. Tapi tak bisa disangkal lagi seberapapun menggelikannya target pencariannya muncul secepat ini, mungkin ini yang dinamakan takdir.
"Ck. Mustahil. Lihat siapa yang kutemukan," desisnya.
~~0~~
"Taeyong mana sih?" ucap Jisoo setengah berbisik pada dirinya sediri.
Jisoo akhirnya memutuskan berkeliling ruangan seusai menyelesaikan pekerjaannya. Ia setengah melihat-lihat sekitar dan membaur dengan lalu lalang manusia yang berkutat dengan beban pekerjaan mereka masing-masing, sekalian, pupil matanya bergerak lincah menyusuri tiap sudut ruangan mencari satu makhluk yang lalai dari tugas untuk menjaganya. Taeyong benar-benar luput dari pandangan mata Jisoo. Entah si bangsat itu pergi kemana.
Alih-alih mendapati Taeyong, Jisoo malah menangkap sosok Jaehyun yang tengah bersantai di sofa selepas pemotretan. Sepersekian detik mereka kontak mata. Dan Jisoo jadi tanpa sungkan-sungkan menghampirinya untuk menyelesaikan masalah di kantin, mumpung mereka break. Namun setengah jalan, seseorang mencegat Jisoo.
"Jisoo, sorry gue ganggu. Bisa lo ikut gue? Penting, semua udah nunggu lo di backyard. Lo tau kan, kenapa tuan Yang pengen banget lo dateng?"
Jisoo mengeryit. "Jujur aja gue kurang tau sih alasannya."
"Kalau gitu ikut gue."
Jisoo mengamati raut Minho, seniornya yang lebih dulu lulus dari almamaternya. Laki-laki bertubuh tinggi ramping itu berjalan mendahuluinya. Lalu berbalik dan memberi kode agar Jisoo mengikutinya. Setengah ragu, Jisoo menurut seniornya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amorphous | [Taesoo (Taeyong - Jisoo)]
Vampire[18+] Daripada takdir, mungkin lebih cocok disebut tumbal. Jisoo adalah siswa di sekolah model, selama dua tahun di sekolahnya, Jisoo menjadi korban pembullyan Jennie, Lisa dan Rose. Jennie sempat membunuhnya, namun hal itu ternyata hanya manipulas...