Jisoo menyesap cokelat hangatnya. Pipinya yang sedari tadi memucat kini merona. Ia mendengar kabar dari radio kalau malam ini turun salju pertama pada musim dingin di tahun ini. Sebenarnya ia sudah menduga malam ini udara serasa membeku, jauh lebih menusuk-nusuk dari musim gugur yang baru saja lewat. Normalnya, orang akan memilih berdiam diri di dekat perapian, menggulung diri dengan selimut hangat, atau sekedar berkumpul dengan keluarga untuk bercengkrama. Namun, ia sedikit gila. Ia masih berkeliaran di cafe depan sekolahnya, menunggu seseorang yang akan menjemputnya pulang namun tak kunjung tiba.
Jam sudah berdenting tepat di angka 8. Jisoo mulai menggosok-gosok telapak tangannya. Mantelnya seperti menyerah bertarung dengan dingin. Sebenarnya jam pulang sekolah sudah berakhir sejak jam 12 siang, namun sialnya sesuatu yang buruk menimpa Jisoo. Jennie, menguncinya di toilet sekolah dan naas satpam sekolahnya baru berpatroli jam 7 tadi, sehingga ia baru bisa keluar dan mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang yang bisa mengantarnya pulang, karena jadwal bus sudah berhenti beroperasi.
"Sorry Jis, nunggu lama ya?"
Suara berat seseorang memecah kejemuan Jisoo di cafe itu.
Jisoo langsung menangkap sosok laki-laki tegap itu. "Iya, gak apa-apa. Pasti bokap lo sebenernya gak ngijinin lo pergi liat cuacanya kayak gini, kan?" tanyanya.
"Iya sih, gue berdebat bentar, tapi gue lebih khawatir lo kenapa-napa, Jis, dan syukurlah bokap gue ngerti. Tadi gue nyetir pelan-pelan soalnya jalan udah mulai licin, ya gue ngeri aja kalau gue maksa ngebut, meskipun gue bisa, tapi pengendara lain juga berhak pake jalanan nyaman, kan, so.. ya gue minta maaf telat jemput lo," papar Lucas, laki-laki itu. Kini ia duduk di depan Jisoo seraya mengamati gadis itu lekat-lekat, mencari tau kalau-kalau ada luka di tubuh gadis itu. Dan sedikit lega mendapati Jisoo baik-baik saja.
Ia sudah mengetahui sejak di tahun pertama kepindahan Jisoo di sekolah ini, teman karibnya itu menjadi korban perundungan Jennie Kim – model yang lagi nge-hits abis sampai seantero Korea pasti mengenal sosoknya. Tapi dengan track record buruk Jennie yang sering membully seperti itu, kasus pembullyan yang dilakukan Jennie pada teman-temannya masih bisa ditutupi oleh pihak sekolah demi mempertahankan reputasi dan akreditasi sekolah model terbaik ini.
"Jis, lagian lo kenapa gak coba pindah sekolah aja sih? Kalau lo mau bokap gue bisa uru-,"
"Gue tinggal setahun lagi di sini, Luc, gue masih bisa tahan kok." Jisoo memotong ucapan Lucas. Seperti biasanya. Padahal sering sekali dialog seperti ini terulang di antara mereka.
"Tapi Jennie makin lama makin keterlaluan sama lo, Jis," imbuh Lucas penuh penekanan.
Jisoo tiba-tiba mengangkat kedua tangannya. Give up. "Gue minta lo dateng kesini bukan buat ngajak lo debat ya. Jadi intinya lo mau anterin gue pulang apa enggak?" ujarnya to the point.
Lucas menggelengkan kepala tak habis pikir. Lagi-lagi ia kalah dengan elakkan gadis itu, tak peduli seberapa khawatirnya dia. Tapi bukan Jisoo kalau sekali dilobi mengiyakan saja sarannya.
"Ya udah, ke mobil gue sekarang." Kecuali yang ini, ajakannya langsung disetujui oleh Jisoo.
Lucas sedikitnya mengerti perasaan Jisoo, seringkali ia merasa kasihan, tapi juga mengerti alasan Jisoo tidak mau meninggalkan sekolah idamannya ini. Gadis itu sejak lama ingin bersekolah model seperti apa yang dicita-citakannya sejak kecil, dan.. mungkin karena Jisoo sudah tidak memiliki siapa-siapa di Korea, sehingga ia sungkan merepotkan orang lain untuk sekedar urus-urus pindah sekolah dan melepas beasiswa yang ia perjuangkan sejak lama. Padahal, keluarga Lucas akan dengan senang hati turut membiayai sekolah Jisoo, kalau Jisoo mau. Namun setiap tawarannya ditolak halus oleh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amorphous | [Taesoo (Taeyong - Jisoo)]
Про вампиров[18+] Daripada takdir, mungkin lebih cocok disebut tumbal. Jisoo adalah siswa di sekolah model, selama dua tahun di sekolahnya, Jisoo menjadi korban pembullyan Jennie, Lisa dan Rose. Jennie sempat membunuhnya, namun hal itu ternyata hanya manipulas...