EMPAT

1K 86 8
                                    

Seminggu sudah Sabia Maisadipta tercatat sebagai mahasiswa di salah satu kampus negeri di Semarang. Usai mengikuti rangkaian ospek yang diadakan kampus kini Bia mulai disibukkan dengan gelar barunya sebagai mahasiswa. Kuliah perdana sebanyak 23 SKS begitu menyita waktunya, belum lagi tugas-tugas yang mulai berdatangan.

Bukan hanya bergelar sebagai mahasiswa, kini Bia memiliki gelar baru yang dihadiahkan kedua temannya Elita dan Anggun. Bucin. Ya, Bia mendapat gelar sebagai budak cinta. Rasa kagumnya pada seseorang yang bahkan belum dikenalnya membuat Bia rela melakukan hal-hal konyol yang kadang tak bisa ditolerir akal sehat. Seperti hal bodoh yang akan dilakukannya ini.

"Pokoknya nih jangan sampai bocor kalau aku yang kirim."

"Ya elah, Bi trus gimana Mas Ganteng tahu kalau kamu yang kirim nih cokelat."

"Pokoknya jangan sampai tahu!"

"Trus ngapain juga kamu kirim cokelat kalau ujung-ujungnya doi nggak boleh tahu pengirimnya."

"Nanti ada waktunya. Tapi bukan sekarang."

"Kapan?"

"Entaran deh nunggu momen yang pas."

"Etdah, mau sampai kapan jadi secret admirer?"

Bia tak bergeming, ia sibuk menghias cokelat yang akan dikirimkan pada Mas Ganteng. Merasa gemas, Elita mengambil paksa cokelat berhiaskan pita warna merah tersebut. Tentu reaksi Bia kaget, sorot matanya berubah seperti hendak marah namun tiba-tiba Elita mengeluarkan quote bijak bak motivator yang berhasil membungkam audiens.

"Waktu terbaik untuk memulai itu sekarang. Bukan besok atau bahkan lusa dan lusa. Kita nggak akan pernah tahu apa yang akan terjadi kalau kita nggak berani mencoba."

Kompak Bia dan Anggun memberikan applause atas quote bijak Elita. "Yak kita sambutnya, Elita Golden ways.."

Susah payah Elita merangkai kata agar Bia mau memikirkan ulang sarannya itu. Sayang, Bia terlalu membentengi dirinya dengan prasangka-prasangka yang ia ciptakan sendiri. Padahal tujuannya hanya untuk berkenalan dengan sosok yang dikaguminya, Mas Ganteng.

Urusan nantinya mereka akan lanjut pdkt bahkan sampai pacaran ya Alhamdullilah. Kalau nggak setidaknya Bia dapat kejelasan sehingga waktunya tak terbuang sia-sia untuk menunggu sesuatu yang masih abu-abu.

Dalam dunia perbucinan kita pasti kerap sekali menjumpai orang macam Bia ini. Hanya mampu menjadi secret admirer yang hanya mengagumi dari jauh dan mencintai secara diam-diam.

"Bi, aku serius tauk!"

"Unch..tayang-tayang..." jawab Bia cengengesan."

Gimana ceritanya mau dimulai kalau nggak ada yang mulai duluan, Bi. Boro-boro jadian, kenal aja nggak. Kan ada tuh pepatah tak kenal maka tak sayang. Gimana mau sayang coba kalau kenal aja kagak."

Bia termangu mencerna kalimat-kalimat yang dilontarkan Elita. Diam-diam ia membenarkan semua yang dikatakan temannya itu. Sejenak keheningan merajai sebelum akhirnya Bia meraih kembali cokelat dari tangan Elita.

"Oke fine," ucap Bia mantap.

Elita, Anggun dan Bia kemudian keluar kamar menuruni satu persatu anak tangga sampai di depan gerbang pintu kos. Mereka berjalan beberapa meter dan berhenti tepat di depan sebuah pencucian motor. Bia bersiap melancarkan misi pertamanya. Kedua matanya berkelana mengamati situasi di sekitar. Lalu dengan modal nekat ia menghentikan sebuah sepeda motor yang sedang melaju.

"Mas..Mas..Mas..."

Sontak si pengendara menghentikan laju sepeda motornya, terlebih ia melihat tiga dara yang menghentikannya.

"Mas, bisa minta tolong kah?" Rengek Bia dengan nada semanis mungkin untuk melancarkan misinya.

"Kenapa, Mbak?"

"Mas, kalau aku mau minta tolong buat anterin ini ke kos yang warna hijau itu bisa?"

Bia menunjukkan sebuah plastik putih yang berisikan cokelat berhias pita itu.

"Oh, iya-iya bisa bisa."

"Yes!" Ucapnya lirih namun bisa terdengar.

"Buat siapa ini, Mbak?"Bia menepuk jidat. Mampus, bahkan ia tak tahu siapa nama Mas Ganteng. Satu hal yang ia tahu jika Mas Ganteng ini adalah anak FE. Hal ini pun diketahuinya saat penutupan ospek kemarin karena Mas Ganteng mengenakan baju berwarna merah yang merupakan warna khas Fakultas Ekonomi.

"Bilang aja buat maba FE yang kos di sini."

"Oke sip. Mau diantar sekarang, Mbak?"

"Besok! Ya sekarang lah," Elita menyahut.

"Dari siapa Mbak?"

"Bilang dari Bia anak FBS." Sambar Elita cepat.

"Yaudah jalan dulu ya, Mbak."

"Makasih banyak ya, Mas."

"Sama-sama Mbak."Si mas baru saja menyalakan mesin sepeda motornya, baru saja hendak melaju tiba-tiba saja Bia menahannya.

"Mas..Mas..Mas...tunggu..tunggu.Jangan bilang dari Bia ya cokelatnya, bilang aja dari pemuja rahasia."

"BIAAAAAAAAAAA!!!!

Bucin Kasta TertinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang