Usai pertemuannya dengan Kanya, Bia merenungkan kembali keputusan yang sudah diambilnya. Setelah memastikan Kanya tak ada hubungan dan perasaan apa-apa pada Pram, boleh jadi ia bernafas lega. Tapi, tetap saja ia dibuat kaget ketika tahu jika selama ini Kanya malah menaruh hati pada Bash. Entah mengapa seperti ada perasaan tidak rela dalam hati Bia.
Bia berbaring di tempat tidurnya, jemari tangannya bergerak meng-scroll layar ponselnya. Bia mengetikkan sebuah nama persis seperti nama yang tertera pada akun instagram yang baru saja dibukanya. kini Bia mengetikkan nama tersebut di facebook.
"Yes, ketemu!"
Bia tertawa senang menemukan nama Baskara Yudha di daftar teratas lalu membuka bagian foto. Ia menemukan foto-foto lama Bash. Bia berhenti pada satu foto, nampak Bash berpose ala-ala oppa dengan tatapan yang membuat leleh.
"Gimana nggak naksir kalo ditatapnya gini," gerutu Bia.
Bia baru saja berniat menyimpan foto tersebut dan hendak mengirimkannya pada Kanya. Sial tanpa sengaja jemarinya menekan tombol suka, buru-buru Bia menekan tombol batal suka.
"Oh my ghost!"
Puas menjelajah galeri, Bia beranjak ke beranda. Ia menemukan status-status Bash yang terakhir di posting dua tahun lalu.
Bayangkan kamu lagi berada di tengah lautan duduk di atas perahu yang bocor, hampir tenggelam, dan dikelilingi lima hiu. Gimana coba kamu menyelamatkan diri? Ya tinggal berhenti membayangkan lah. Susah-susah amat...
Bia lanjut membaca status yang ditulis Bash lebih lama lagi.
Kamu tahu nggak bedanya kamu sama daun?
Kalau daun jatuhnya ke tanah, kalau kamu ke jatuhnya ke pelukanku
"Hiyek...ternyata sereceh itu kamu, Bash."
Sebuah penelitian membuktikan, nonton film azab tiap hari tak lantas membuat seseorang bertobat yang ada malah hafal lagu-lagu Opick.
Bia terbahak, ia tak bisa menahan tawanya sampai perutnya sakit. Hanya membaca status-status Bash, Bia sebahagia ini.
Drtt..Drtt...
Ponsel Bia berdering. Nama Bash muncul pada layar untuk menelpon Bia.Hampir saja Bia melempar ponselnya karena kaget.
"Hah, panjang umur banget ni anak." Bia mengatur napas, satu tangannya memegangi dada.
"Halo..."
"Hayo ketahuan! Lagi nge-stalk ya?"
"Hah, kenapa Bash?"
"Aku dapat notif, ada akun bernama Sabia Maisadipta like foto lama aku. Tapi pas aku cek udah nggak ada."
"Masak sih?"
"Tapi itu akun kamu kan?"
"Eng-"
"Aku lama nggak mainan facebook, Bi."
"Sama, mungkin nyasar tadi bisa sampai akun kamu, Bash."
"Ati-ati lho nyasar."
"Kan pake GPS." Jawab Bia sekenanya.
"Tapi nggak pa-pa sih kalo nyasarnya ke hati kamu.hahaha"
"Dasar, receh. Ke hati Kaa-"
Belum selesai Bia melanjutkan ucapannya sambungan telepon terputus. Bia mendengus lalu meletakkan ponselnya di bawah bantal. Kedua mata Bia terpejam, pikirannya dihinggapi pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran. Tentang Pram, Mas Ganteng yang sampai saat ini tak kunjung peka, tentang Kanya dan kesepakatan yang sudah mereka buat, tentang Elita dan Anggun yang kali ini tak tahu keputusan yang sudah Bia buat. Dan tentang rindu akan kampung halamannya. Namun kali ini Bia berhasil mendistraksi semua pikiran itu dengan wajah seseorang.
Bash...
Bia memeluk boneka kesayangannya, ia membenamkan wajahnya di sana. Entah kenapa Bia senyum-senyum sendiri. Eh tunggu bentar kenapa jadi wajah Bash yang muncul?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Kasta Tertinggi
Teen FictionSabia Maisadipta begitu terobsesi pada cowok yang dikenalnya saat kegiatan Ospek. Mas Ganteng, begitu panggilan sayang Bia untuk mahasiswa Fakultas Ekonomi itu. Berbagai cara dilakukan untuk menarik perhatian Mas Ganteng, beribu kesempatan datang. S...