Sehari setelah penutupan ospek, Bia menikmati libur satu hari sebelum esok mengikuti malam keakraban atau makrab. Kegiatan ini masih satu rangkaian ospek yang wajib diikuti semua mahasiswa baru, hanya saja makrab kali ini diadakan tiap fakultas.
"Bi..."
Bia yang tengah rebahan di kamar sambil memainkan ponsel segera beranjak begitu mendengar suara Anggun yang mengetuk pintu.
"Tidur, Bi?"
"Nggak."
Pintu kamarnya dibiarkan setengah terbuka lalu keduanya sama-sama rebahan dan masing-masing asyik dengan ponselnya. Hampir tiga hari Bia tidak berselancar di media sosialnya karena disibukkan oleh ospek dan segudang tugas-tugas yang harus dikerjakan sampai malam.
"Gilak banyak banget nih yang follow."
Anggun merapatkan kepalanya ke bantal yang dipakai Bia, matanya melirik layar ponsel Bia.
"Coba lihat Bi, kali ada yang nyantol," celetuk Anggun.
"Paku kali nyantol. Nih ada Rio, Teddy, Denis, Axel, sama-" Bia menggantung ucapannya.
"Sama sapa?"
Bia belum menyahut, kedua manik hitam itu menatap serius layar kaca dalam genggamannya. Karena penasaran Bia membuka akun instagram bernama @bash_yudha dan tanpa pikir panjang menekan tombol follow.
"Ni temen kamu bukan?" Wajar jika Sabia menanyakan hal ini pada Anggun, sebab setelah mengenal Anggun beberapa hari ini banyak teman-temannya yang minta dikenalkan pada Sabia.
"Siapa tadi namanya?"
"@bash_yudha." Sabia menunjukkan akun bernama @bash_yudha tersebut, karena masih menunggu konfirmasi Bia tidak bisa melihat dengan jelas foto profilnya.
"Nggak, bukan temenku. Nggak kenal juga.Tapi kek nggak asing deh, Bi."
"Oke baiklah, mungkin fans," jawab Bia sekenanya lalu keduanya kembali sibuk dengan ponsel masing-masing. Kamar kos berukuran 3x4 meter itu kembali hening, hanya terdengar suara kipas angin yang tengah berputar dan samar-samar aktivitas teman-teman kos Bia dari luar kamar.
"Bi..Bi..Bia... Assalamualaikum..."
Suara itu berhasil memecah keheningan. Bia dan Anggun kompak beranjak ketika mengetahui suara yang tak asing itu memasuki kamar. Dengan nafas terengah-engah karena berlari menaiki anak tangga sampai kamar Sabia, Elita duduk di ujung kasur busa menghadap kedua temannya.
"Ngapain lari-lari, Bu. Kayak habis dikejar satpol pp aja," kata Anggun. Bia segera bangkit dan mengambil air mineral kemasan yang masih bersegel.
"Minum dulu gih, takutnya kalau pingsan kan berabe. Ya nggak, Nggun?" tutur Bia sambil mengedipkan mata pada Anggun.
"Anjay.."
Glek,glek,glek...terdengar dengan jelas suara Elita kala menanggak air mineral yang baru saja dibukanya. "Hufft..." Elita menarik nafas panjang.
"Bi, tebak deh aku ketemu sapa?"
"Siapa?"
"Tebak!"
"Ehm, paling Kak Haris." Elita memang fans berat seniornya yang bernama Haris, Bia pasti dengan mudah menjawab tebakan ala Elita. Tapi Bia keliru, kali ini bukan Haris yang dimaksud.
"Yaelah maunya sih gitu, Bi.."
"Trus?"
"Bukan Haris! Tebak lagi dong!"
"Anjay...males bat sumpah kayak kuis," saut Anggun.
"Anggun bye. Kamu tebak lagi deh, Bi."
"Males ah, gi males mikir Lit. Mending mikirin..."
"Nah itu maksudku, Bi."
Sabia dan Anggun saling melempar pandang lalu tatapan mereka tertuju pada Elita.
"Jangan bilang kamu ketemu sama-"
"Thats right, Mas Ganteng!"
"Arrgh......!! Serius Lit, Mas Ganteng? Kapan? Di mana? Sama sapa?"
"Sabar, sabar, sabar Bu. Atu-atu ya jangan borongan, kayak tukang aja."
"Lit, terus terus terus." Sabia mengguncang-guncang bahu Elita sambil ketawa-ketiwi, kedua pipinya merona seperti kepiting rebus.
"Mending kalian ikut aku deh, yuk GPL!"
Bak sihir ucapan Elita berhasil menghipnotis Sabia untuk ikut bersamanya. Begitu juga dengan Anggun. Mereka bertiga berjalan keluar kos hingga beberapa meter lalu berhenti di sebuah warung makan. Bia menatap sinis Elita.
"Kamu laper, Lit?"
"Sabar Bu, namanya juga modus."
"Halah bilang aja minta temenin makan, pakai PHP segala," imbuh Anggun mengompori.
"Iya ih, males." Bia yang mulai bete karena merasa dikerjain Elita hendak berbalik, namun Elita menarik lengan Bia. Satu tangannya menunjuk seseorang yang tengah duduk seorang diri teras rumah yang berada persis di belakang warung makan tadi.
"OMG!!"
"Samperin gih, mumpung ada kesempatan kedua. Belum tentu ada yang ketiga."
"Nggak ah. Nggak nggak nggak."
"Why?"
"Takut Mas Ganteng menjauh."
"Whats? Menjauh? Memang pernah dekat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Kasta Tertinggi
Ficção AdolescenteSabia Maisadipta begitu terobsesi pada cowok yang dikenalnya saat kegiatan Ospek. Mas Ganteng, begitu panggilan sayang Bia untuk mahasiswa Fakultas Ekonomi itu. Berbagai cara dilakukan untuk menarik perhatian Mas Ganteng, beribu kesempatan datang. S...