TIGA PULUH

465 47 2
                                        

Perhatian Kanya sepenuhnya tertuju pada pintu masuk Kafe Keva, ia memperhatikan setiap tamu yang baru saja masuk. Hampir empat puluh lima menit ia duduk di sana. Kanya mulai bete, beberapa kali ia memainkan rambutnya yang dibuat curly. Kanya sudah mempersiapkan untuk hari ini, bahkan jauh-jauh hari. Untuk membuat sempurna ia pun tak segan mempercantik diri. Berbalut sheath dress berwarna navy dengan bahu yang sedikit terbuka serta rambutnya yang sengaja dibuat ikal membuat penampilannya kian sempurna. Kanya tidak sendirian, ia duduk bersama Pram, Dino dan Rendi. Ketiga cowok itu memilih bermain game untuk mengusir jenuh karena terlalu lama menunggu. Kanya mulai gusar, ia beberapa kali terlihat menelpon seseorang.

Nomor yang anda tuju sedang di luar area

Sementara itu di tempat yang berbeda Bia tak kalah gusarnya. Kini perasaannya campur aduk, antara senang, grogi, salting, takut dan yang pasti ia dibuat melting. Bia adalah tipe cewek bucin, ia gampang sekali tersentuh dengan hal-hal berbau serba romantis. Mungkin efek terlalu sering nonton drama korea. Bia dan Bash duduk di sebuah kursi yang terletak tepat dipinggir kolam renang yang berada di lantai tiga puluh. Musik yang mengalun dari skybar menambah suasana semakin syahdu.

"Bagus banget sumpah!" Mulut Bia terbuka sempurna, ia masih takjub dengan pemandangan yang memanjakan matanya.

"Suka?"

"Banget..."

Pandangan Bia bergeser menatap Bash yang sedari tadi menghunusnya dengan tatapan yang bisa membuatnya terhipnotis. Bia mengatupkan bibir, sementara pikirannya menebak-nebak apa yang akan dilakukan Bash.

"Kamu kenapa Bash?"

Ternyata tidak hanya Bia yang terhipnotis, bagi Bash Bia kali ini benar-benar menghipnotisnya. Bash menjelajahi wajah Bia dari jarak dekat. Saking dekatnya jarak mereka, Bia bisa merasakan embusan nafas Bash di telinganya saat ia membisikkan sesuatu di telinga Bia.

"Makasih ya udah mau diculik ke sini."

Malam kian larut, Kanya masih setia menunggu di Kafe Keva. Pram sudah menghabiskan hampir setengah bungkus rokok. Sepuluh menit lalu ia meminta Kanya memasukkan kembali kue tart bertuliskan dirgahayu Baskara itu ke dalam kardusnya. Beruntung mereka sudah mempersiapkan plan B jika plan A gagal. Harus diakui skenario untuk memberikan surprise saat ulang tahun Bash tidak mudah, tahun lalu mereka gagal karena Pram tidak berhasil membawa Bash ke TKP, dan kali ini ceritanya sama hanya saja yang membedakan bukan Bia yang gagal membawa Bash ke TKP. Tetapi Bash sendirilah yang menentukan di mana ia merayakan hari jadinya.

"Yakin kita dateng ke kos aja Pram?"

"Yakin, barusan dia balas massage udah mau balik kos."

"Bash di mana?Sama siapa?"

"Bentar, aku mau telpon dulu." Kanya meraih ponselnya mencari kontak Bia lalu menekan tombol hijau, ia mendekatkan benda itu ke telinga.

"Udah buruan, kita harus sampai kos dulu sebelum Bash dateng. Kita pake plan B kasih surprise ke kos."

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, Bash memutuskan untuk mengantar Bia pulang. Jalanan tak seramai saat mereka berangkat, makanya Bash sengaja memperlambat laju kendaraan untuk mengulur-ulur waktu. Namun, akhirnya kendaraan masuk ke sebuah gang yang nampak lengang lalu berhenti di depan kos Bia.

"Thanks ya, Bash. Aku masuk ya."

"See you, Bia..."

Bia baru saja hendak membuka gembok gerbang kosnya, tiba-tiba Bash mendekat.

"Bi, tunggu bentar."

Bash membuka jok sepeda motor lalu mengambil sesuatu dari sana. Sebuah toples bening yang berhiaskan pita. Bia bisa melihat dengan jelas toples tersebut berisi sepasang kura-kura.

Bucin Kasta TertinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang