00

5.7K 539 59
                                    


"Ma, Krystal pulang."

"Deeeek, udah sampai?" Dari dalam rumah, Mama sedikit berlari untuk menuju ke ruang tamu. Menghampiri Krystal yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Iya, Ma." Krystal memeluk dan mencium Mamanya sesaat setelah ia menginjakkan kakinya di lantai ruang tamu rumah ini.

"Ayo masuk dulu. Pasti capek ya kamu, tadi kenapa nggak minta dijemput aja?" Mama menggandeng lengan Krystal untuk duduk di sofa setelah sebelumnya beliau tidak berhenti memeluk dan mencium anak bungsunya tersebut.

"Nggak papa Ma, aku kan bisa naik taksi. Ini kan masih jam kerja juga susah kalau mau minta jemput."

"Ya sudah yang penting kamu udah sampai rumah." Mama nggak bisa menyembunyikan kegembiraannya melihat anaknya pulang. Dengan mata berbinar dan penuh harap, Mama menatap Krystal lekat. "Kamu beneran udah resign dari sana, dek?"

"Iya, Ma. Aku udah resign. Ini buktinya aku pulang." Krystal menunjuk dirinya sendiri, meyakinkan Mamanya bahwa ia sudah ada di rumah lagi.

Mama yang tidak berhenti tersenyum kembali menanyai Krystal. "Jadi sekarang bakal tinggal di sini lagi kan?"

"Iya, aku bakalan tinggal di sini lagi. Sama Mama sama Papa."

"Alhamdulillah, Mama seneng banget waktu Mas Ian bilang katanya kamu ada rencana mau resign. Akhirnya kamu mau pulang lagi ke Jakarta." Mama kembali memeluk Krystal, kali ini sambil mengelus rambut Krystal pelan dan Krystal hanya tersenyum di pelukan Mamanya.

"Di sini aja ya dek, jangan jauh-jauh dari Papa, Mama sama Mas Ian lagi. Kamu, udah nggak papa kan?" Mama bertanya sambil sedikit melepaskan pelukannya.

"Iya, Ma. Aku udah ngerasa jauh lebih baik."

"Ya sudah, kamu istirahat dulu ya. Mama masak dulu buat makan siang nanti."

Krystal mengangguk kemudian menuju ke bagian dalam rumah. Sambil masuk ke dalam ia melihat ke sekeliling dinding rumahnya.

Ada foto keluarga saat Mas Ian wisuda dulu. Di sebelahnya ada foto keluarga saat dirinya wisuda. Kemudian ada foto masa kecilnya dan Mas Ian.

Semuanya masih sama, bahkan letak dari figura yang ada di dinding maupun di lemari juga masih sama. Nggak ada yang berubah dari rumah ini.

Krystal membuka knop pintu kamarnya sambil menyeret kopernya. Sejenak ia merebahkan dirinya di kasur. Krystal menghirup dalam-dalam udara kamarnya, rasanya kangen sekali.

Kamar ini, kamar yang sudah lama tidak ia tempati. Hanya sesekali saat ia pulang ke Jakarta. Saat lebaran dan hanya tiga hari, setelahnya ia akan kembali ke Sydney.

Sydney.

Kota yang empat tahun lalu ia datangi, kota yang dipilihnya secara asal, hanya bermodalkan mencari tau singkat dengan bertanya pada temannya yang pernah kuliah di sana.

Sebuah kota asing dengan tidak ada satu pun orang yang ia kenal saat pertama kali datang. Kota di mana ia pertama kalinya mencari pekerjaan baru sebagai All Rounder di sebuah coffee shop di Sydney.

Pekerjaan yang belum pernah ia jalani sebelumnya. Krystal sudah bertekad ia akan bekerja apapun untuk biaya hidupnya selama di sana karena ia datang hanya dengan uang tabungannya dan memang berniat untuk memulai hidup baru di sana.

Sebelumnya ia sudah bekerja kantoran tapi susah untuk kerja kantoran di Sydney karena ia adalah pendatang, dan tidak ada koneksi siapapun di sini.

Jadilah ia bekerja di coffee shop sebagai All Rounder. Banyak pengalaman yang ia dapatkan selama berada di sana, karena kota tersebut seperti dunia baru untuknya.

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang