10

1.9K 403 32
                                    

"Patah hati kenapa?"

"Ya gitu deh." Kai hanya menjawab singkat dan tersenyum.

Krystal juga hanya membalas dengan senyuman. Kalau mendengar pertanyaan-pertanyaan Kai tentang pasangan hidup, ditambah cerita Hanif tadi. Patah hati yang Kai rasakan pasti berat. Mungkin rasanya sama seperti dirinya.

"Sakit banget ya Kai? Sampai nggak percaya lagi sama orang."

"Banget." Kembali Kai hanya tersenyum tipis. Ia lalu menatap Krystal, haruskah ia bercerita pada teman masa remajanya tersebut? Selama ini tidak banyak yang tahu tentang kisahnya. Karena ia tidak ingin lagi mengungkit masalah tersebut. Ia tutup rapat-rapat cerita cintanya.

Tapi melihat Krystal, sepertinya gadis itu juga punya luka yang sama seperti dirinya. Mungkin dengan bercerita dengan Krystal, mereka bisa saling bertukar cerita.

"Kalau aku mau cerita, kamu mau denger, Krystal?" Tanya Kai pada Krystal.

"Iya, aku dengerin."

Kai menarik napasnya panjang. Rasanya masih sakit setiap kali membahas masalah ini.

"Aku diputusin saat aku sama keluargaku udah siap mau dateng ke rumah dia buat ngelamar." Kai berbicara sambil menunduk, matanya lurus menatap ke lantai.

"Kai----"

"Aku nggak pernah tau apa yang salah sama hubungan aku sama dia selama kita pacaran dulu. Semuanya baik-baik aja sampai hari di mana aku udah siap buat dateng dan besoknya itu jadi hari pertunangan aku sama dia, aku diputusin."

"Alasannya?"

"Nggak cocok." Kai tersenyum tipis. "Dari sekian tahun pacaran, kenapa rasa nggak cocok itu muncul saat kita udah mau serius? Aku sampai bertanya-tanya salah aku apa? Kenapa tiba-tiba dia bilang nggak cocok? Nggak ada angin nggak ada ujan---"

Krystal melihat Kai kembali menarik napasnya. Rasa sedih, marah, dan kecewa yang sepertinya sudah lama terpendam terlihat sedikit terluapkan.

"Aku nggak ngerti, Tal."

"Iya, Kai."

"Atau mungkin selama ini aku nggak menyadari, selama aku pacaran sama dia cuma aku yang bener-bener cinta?"

"Kai---"

"Sorry ya Tal. Aku jadi curhat gini." Kai mengusap wajahnya. Memang ada sedikit perasaan lega, sedikit. Setidaknya ada yang bisa mendengarkannya. Hanya mendengarkan, tanpa menasehati panjang lebar.

"Nggak papa, Kai."

"Kayaknya aku harus balik dulu Tal, kita lanjutin ini besok gimana?" Kai yang emosinya udah campur aduk merasa bahwa ia nggak akan fokus untuk membahas masalah studionya. Memang ini keputusannya untuk menceritakan hal tersebut pada Krystal, tapi emosinya udah terlanjur bercampur sampai ia nggak yakin bisa fokus membahas kerjaan.

"Iya, kita lanjut besok aja."

***

Krystal memainkan mouse untuk mengarahkan kursor di layar laptopnya. Matanya fokus menatap layar, saat ini ia sedang berada di dalam sebuah coffee shop untuk merancang ruangan di studio Kai.

Tadi siang setelah ia pulang dari studio ia langsung menuju ke salah satu coffee shop, ia nggak ada kerjaan lain jadi lebih baik ia menghabiskan waktunya untuk merancang studio Kai.

"Krystal, boleh duduk sini?" Suara halus seorang perempuan mengagetkan Krystal.

"Mbak Lia?" Krystal berdiri dari kursinya saat melihat Mbak Lia berada di dekatnya. Ia lalu menunjuk sofa di depannya. "Duduk aja Mbak."

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang