Chapter 14 : Beautiful Gift

4.2K 303 9
                                    

Author’s POV

Hyein memperhatikan dua box susu dengan rasa berbeda di kedua tangannya, menimbang-nimbang rasa mana yang harus dia beli. Taehyung yang memegang trolley nampak mulai gemas melihat Hyein yang berpikir sangat lama hanya untuk membeli susu. Ia tak habis pikir mengapa wanita begitu penuh pemikiran saat belanja.

“Sudahlah, ambil saja dua-duanya,” ujar Taehyung yang mulai tak sabaran pada Hyein. Satu hal yang paling malas ia lakukan bersama wanita adalah belanja.

Hyein menggelengkan kepalanya, “Sayang kalau beli dua tapi tidak habis nantinya.”

“Ya sudah, ambil saja salah satu. Kau kan suka dua-duanya, jadi minum yang manapun tidak akan masalah,” ujar Taehyung lagi semakin tak sabaran.

“Tapi—”

Belum sempat Hyein menyahut, Taehyung sudah memotongnya, “Oke, oke, kau boleh pikirkan lagi mau beli yang mana,” Taehyung menarik nafas dalam, “Aku ke toilet dulu, oke? Sudah tidak tahan menunggumu, bisa – bisa aku mengompol di sini kalau menunggu lebih lama lagi.”

Hyein terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.

Taehyung pun memberikan trolley mereka pada Hyein, “Jangan ke mana-mana! Tunggu aku di sini,” pesannya pada Hyein, membuat Hyein memutar matanya.

“Aku bukan anak kecil,” protes Hyein.

Sepeninggal Taehyung, Hyein kembali melihat-lihat susu-susu yang berjejer di rak dan membandingkannya dengan yang ada di tangannya. Ia ingin rasa pisang, namun di saat yang bersamaan ia ingin membeli rasa coklat juga.

“Hyein?”

Membeku di tempat, Hyein hampir menjatuhkan kotak susu di tangannya begitu mendengar suara familiar yang sudah lama tidak ia dengar secara langsung. Jantungnya berdetak kencang, bukan karena cinta, namun karena panik.

Dalam hati ia bersyukur Taehyung pergi meninggalkannya ke toilet. Namun ia khawatir Taehyung akan segera kembali dan melihat sosok mantan kekasihnya, Park Jimin.

Setelah menarik nafas dan mencoba menyembunyikan keterkejutannya, Hyein membalik badannya dan menatap Jimin, “Oppa,” sapanya.

Kebiasaan lama memanggil Jimin dengan sebutan oppa ternyata belum menghilang. Ia pun merutuki kecerobohannya dan mengingatkan dirinya untuk memanggil Jimin dengan namanya mulai sekarang.

Suasana di antara mereka berdua sangat kikuk. Jimin berdiri di hadapan Hyein dengan tatapan rindu dan sedih yang menjadi satu, sementara Hyein balas menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa ia mengerti. Namun satu hal yang Jimin yakin, Hyein terkejut melihat dirinya.

“Apa kabarmu?” tanya Jimin. Pertanyaannya bukanlah sekedar pertanyaan basa-basi, namun ia tulus ingin tahu bagaimana kabar Hyein.

“Aku… seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja,” jawab Hyein agak ragu. Ia masih ingat Jimin adalah tipe orang yang hanya akan menanyakan kabar jika ia benar-benar ingin tahu tentang kondisi orang tersebut. “Kau sendiri?” tanya Hyein balik, tak ingin bersikap dingin.

Se-menyebalkan apapun Jimin, Hyein tahu Jimin adalah pria yang baik dan tidak pernah berniat jahat.

Jimin terlihat berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Hyein. Akhirnya ia pun menjawab jujur, “Buruk. Kau pasti tahu itu dengan sangat baik.”

Senyum getir terulas di bibir Jimin. Di depannya berdiri wanita yang ia cintai namun naasnya ia tidak bisa memeluk wanita tersebut. Ia juga yakin wanita dihadapannya tersebut enggan ia peluk. Menyedihkan.

Hyein mengalihkan pandangannya dari wajah Jimin sembari menghembuskan nafas berat. “Aku tidak tahu harus bicara apa lagi,” akunya.

Hyein benar-benar kehabisan kata-kata. Jika Jimin masih sedih dengan perpisahan mereka, apa yang bisa ia katakan dan lakukan? Kata-kata menghibur bahkan tak akan bisa menyemangati Jimin untuk move on darinya.

BTS ~ Amor Fate[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang